Home / Romansa / Jatuh ke Pelukan Musuh / Harga Dari Kesalahpahaman

Share

Harga Dari Kesalahpahaman

Author: Skywinter
last update Last Updated: 2025-01-25 03:00:45

Keira menatapnya sejenak sebelum akhirnya duduk. “Ada yang bisa saya bantu, Pak Gunawan?”

Gunawan menyunggingkan senyum tipis. “Langsung saja ya. Saya ini orang yang tak suka membuang waktu. Saya tahu Andre telah mempekerjakanmu sebagai sekretarisnya.”

Keira tidak menjawab, hanya mengangguk.

“Anakku itu keras kepala. Tapi tetap saja, saya punya hak untuk tahu apa yang terjadi dengannya. Terutama jika menyangkut seseorang sepertimu.” Gunawan membuka laci meja, mengeluarkan sebuah amplop cokelat dan meletakkannya perlahan di atas meja.

Keira melirik amplop itu. Ia mengira ini hanya pertemuan formal antara atasan dan bawahan.

Gunawan menggesernya ke arah Keira. “Buka.”

Dengan ragu, Keira meraih amplop itu, menarik napas, dan membukanya. Tangannya gemetar saat melihat isinya—foto-foto dari malam itu. Bukan sembarang foto. Malam di hotel. Dirinya dan Andre. Wajah Andre yang setengah tersembunyi, namun jelas baginya. Juga tubuhnya sendiri, dalam berbagai pose memalukan, terlihat seperti wanita simpanan. Keira yang terengah di bawah Andre. Keira yang menggenggam pundaknya. Gambar-gambar itu buram tapi cukup jelas untuk membuat darahnya berhenti mengalir.

“Apa maksud semua ini…?” bisiknya.

“Saya tahu wanita seperti apa kamu sebenarnya,” kata Gunawan, tenang namun dingin.

“Kamu pikir saya akan membiarkan seseorang dengan masa lalu abu-abu mendekati anakku?”

“Saya tidak mengerti maksud Anda—”

“Tidak usah berbohong padaku, Nona..” Gunawan berdiri, berjalan ke sisi ruangan, lalu kembali dengan sebuah kotak beludru merah. Ia membukanya perlahan, memperlihatkan barisan perhiasan mewah—kalung berlian, cincin, gelang. Tapi yang membuat Keira terkesiap adalah lapisan bawah kotak itu yang ternyata penuh dengan lembaran uang tunai yang tersusun rapi.

“Ambil ini,” ujar Gunawan, tatapannya menusuk. “Anggap saja ini... kompensasi. Sebagai balas jasa karena kamu akan membantuku mengawasi Andre. Laporkan semua kegiatannya. Semua pertemuan. Siapa yang ia hubungi. Saya ingin tahu segalanya.”

Keira berdiri dengan cepat, wajahnya memerah antara marah dan malu. “Anda pikir saya orang yang mau melakukan hal seperti itu?”

“Semua orang punya harga. Jangan naif. Kamu sudah tidur dengannya, Keira. Kamu sudah masuk terlalu dalam. Sekarang pilihannya tinggal satu: manfaatkan posisimu... atau hilang dari hidup Andre sebelum kamu menghancurkan segalanya.”

Keira menggigit bibirnya, matanya berkaca-kaca, namun bukan karena lemah. “Saya mungkin bukan wanita yang baik apalagi suci di mata Anda, tapi jangan pikir saya akan menjual harga diri saya hanya demi uang Anda.”

Gunawan mendekat, berdiri hanya beberapa inci darinya. “Kamu pikir saya percaya kamu ada di hidup Andre karena cinta? Jangan menipu dirimu sendiri. Kamu hanya ingin balas dendam. Atau kekuasaan. Atau uang. Tapi percaya padaku, Nona. Saya lebih berbahaya dari Andre.”

Mata Keira membelalak.

Tepat saat itu, suara pintu depan terdengar dibuka keras. Langkah kaki mendekat. Lalu—Andre muncul di ambang pintu ruang kerja. Andre berdiri di ambang pintu dengan tatapan dingin dan tidak percaya. Pandangannya bergantian antara Keira yang masih berdiri dengan napas memburu, dan Gunawan, ayah yang sudah lama tidak ia kunjungi—dan yang tak pernah ia percayai.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanyanya tajam.

Keira membeku. Jantungnya seolah berhenti berdetak. Ia membuka mulut, ingin menjelaskan, tapi tidak ada suara yang keluar.

Gunawan tersenyum, melangkah tenang ke arah anaknya. “Andre. Sudah lama kamu tak mampir. Keira hanya—” 

“Jangan.” Andre mengangkat tangan, menghentikan ayahnya bicara. “Jangan coba-coba menjawab. Aku tanya Keira, bukan papa.”

Dengan sigap, Andre menarik tangan Keira dan menyeretnya menjauh dari tempat itu. Napasnya memburu, langkahnya panjang-panjang, seolah ingin melarikan diri dari sesuatu yang menjijikkan.

Keira tergagap, mencoba menjelaskan, “Tuan Andre, Anda tidak perlu khawatir. Saya—”

Namun, begitu mereka sampai di luar, Andre melepas tangannya dengan kasar. Bukan sekadar melepas, tapi seperti melemparnya menjauh, membuat Keira terhuyung. “Kamu pikir aku bodoh?” potong Andre, matanya membakar. “Kamu di sini, bersama pria yang paling aku hindari dalam hidupku, dan kamu bahkan tidak memberi tahu aku?”

“Bukan seperti itu,” desis Keira, mencoba menjaga suaranya tetap tenang. “Saya dipanggil ke sini. Dia—”

“Dan kamu datang?” Andre tertawa pendek, sinis. “Tanpa berpikir dua kali, kamu datang ke rumah orang yang paling kubenci. Duduk di ruangannya. Menerima... apa itu?” Otaknya kembali memutar kotak beludru di atas meja. “Sogokan?”

Keira menatap kotak itu dan buru-buru menggeleng. “Saya tidak menerimanya!”

“Tapi kamu diam saja! Bahkan sampai aku datang, kamu tidak berusaha menjauh darinya!” Andre maju selangkah, suaranya meninggi. “Sial, Keira! Selama ini aku mencoba percaya padamu. Tapi ternyata benar... kamu hanya peduli pada satu hal. Uang!”

“Itu harga dirimu?” tanyanya sinis. “Satu malam dengan pria yang membencimu, lalu satu kotak perhiasan dan setumpuk uang dari pria yang membenciku?”

Keira menggeleng. “Bukan seperti itu... saya tidak—”

“Cukup!” bentak Andre. “Aku muak.”

Ia menarik napas, matanya gelap.

“Kamu dipecat, Keira. Keluar dari hidupku. Dan kalau suatu hari kita bertemu lagi—anggap saja aku tak pernah mengenalmu. Anggap saja malam itu hanya kesalahan satu malam yang memalukan.”

Kata-kata itu menghantam Keira lebih keras dari tamparan mana pun. Ia terdiam, tidak percaya. “Anda... memecatku?”

Andre mendekat, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Keira. Tatapannya menusuk, namun ada bayangan luka dalam sorot matanya yang membuat Keira nyaris menangis.

“Jadi... anda benar-benar tidak percaya padaku?” suara Keira bergetar.

“Percaya?” Andre tertawa getir. “Setelah malam itu, aku bahkan mencoba mengabaikan semuanya. Tapi ternyata... kamu baru saja menegaskan semuanya. Tentang siapa dirimu sebenarnya.”

Andre berbalik, melangkah menuju mobilnya, lalu berhenti sejenak. “Kamu boleh ambil semua yang kamu dapat dari dia. Tapi jangan pernah muncul lagi dalam hidupku.”

Ia menoleh sekali lagi, tatapannya dingin seperti es, lalu melemparkan kalimat terakhir seperti pisau yang menghujam dada Keira.

“Dan semoga uangnya cukup untuk membayar sisa harga dirimu.”

Keira berdiri mematung di halaman rumah mewah itu, angin malam menusuk kulitnya, tapi rasa dingin yang sebenarnya bersumber dari dalam dirinya sendiri. Nafasnya terengah, dada sesak oleh kalimat-kalimat terakhir Andre yang masih terngiang di telinganya. Ucapan-ucapannya masih menggaung—tentang uang, harga diri, dan pengkhianatan. Tentang malam itu yang disebutnya kesalahan.

“Kamu dipecat, Keira.”

“Keluar dari hidupku.”

“Dan semoga uangnya cukup untuk membayar sisa harga dirimu.”

“Anggap saja malam itu hanya kesalahan satu malam yang memalukan.”

Semua yang ia bangun hancur dalam hitungan menit. Kepercayaan Andre. Posisinya di perusahaan. Dan yang paling parah—kemungkinan bahwa ia telah kehilangan satu-satunya celah untuk membalas dendam.

Keira memandang kosong ke arah mobil Andre yang menjauh. Lalu menunduk. Tangan mengepal. Napasnya berat.

Ia datang ke hidup Andre untuk membalas dendam. Tapi sekarang? Ia bahkan tak tahu lagi, siapa yang lebih hancur.

Andre sudah memecatnya. Mengusirnya. Membencinya.

Dan Keira sadar...

Ia tak punya akses lagi ke pria itu.

Ke perusahaan itu.

Ke rencana balas dendamnya.

Ia menggigit bibir bawahnya, keras, sampai hampir berdarah.

Tidak.

Ini belum berakhir.

Tapi jika Andre sudah menyingkirkannya dari hidupnya...

Lalu bagaimana dia bisa melanjutkan balas dendam ini?

Apa yang tersisa dari rencana yang sudah ia susun bertahun-tahun?

Masih adakah jalan untuk menghancurkannya?

To be continued…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Harga Dari Kesalahpahaman

    Keira menatapnya sejenak sebelum akhirnya duduk. “Ada yang bisa saya bantu, Pak Gunawan?”Gunawan menyunggingkan senyum tipis. “Langsung saja ya. Saya ini orang yang tak suka membuang waktu. Saya tahu Andre telah mempekerjakanmu sebagai sekretarisnya.”Keira tidak menjawab, hanya mengangguk.“Anakku itu keras kepala. Tapi tetap saja, saya punya hak untuk tahu apa yang terjadi dengannya. Terutama jika menyangkut seseorang sepertimu.” Gunawan membuka laci meja, mengeluarkan sebuah amplop cokelat dan meletakkannya perlahan di atas meja.Keira melirik amplop itu. Ia mengira ini hanya pertemuan formal antara atasan dan bawahan.Gunawan menggesernya ke arah Keira. “Buka.”Dengan ragu, Keira meraih amplop itu, menarik napas, dan membukanya. Tangannya gemetar saat melihat isinya—foto-foto dari malam itu. Bukan sembarang foto. Malam di hotel. Dirinya dan Andre. Wajah Andre yang setengah tersembunyi, namun jelas baginya. Juga tubuhnya sendiri, dalam berbagai pose memalukan, terlihat seperti wan

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Warisan Luka dan Dendam

    Di tempat lain, Keira berdiri di roof top kantor, tangannya mencengkeram pagar besi hingga ujung jari-jarinya memutih. Malam berembus dingin, tetapi yang membakar dalam dirinya bukanlah suhu udara. Melainkan amarah yang mendidih pelan di dalam hatinya. Hari ini, ia kembali diingatkan akan sesuatu yang sudah lama ia kubur dalam-dalam. Dendam itu.Nama Aditya Dihardja keluar dari mulut para direktur dengan nada sesal yang hampa. Seolah mereka benar-benar menyayangkan kepergiannya. Tapi di mana mereka saat ayahnya dihancurkan? Keira mengepalkan rahangnya. Mereka tidak melakukan apa pun. Mereka hanya berdiri di pinggir lapangan, membiarkan seorang pria yang begitu berdedikasi untuk perusahaan ini jatuh tanpa perlawanan. Dan kini, mereka menyebut namanya dengan nada nostalgia?Keira memejamkan mata. Dan saat ia melakukannya, memori itu kembali menyeruak.Dinginnya lantai rumah sakit menembus sepatu hitamnya yang sedikit longgar. Seragam sekolahnya basah oleh keringat, bercampur debu y

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Di Balik Kegigihan

    Ayah Keira, Aditya Dihardja, dulu adalah seorang eksekutif berbakat yang bekerja di bawah kepemimpinan ayah Andre, Gunawan Ravindra. Aditya adalah tangan kanan yang selalu setia, seorang pria yang mengabdi sepenuhnya pada perusahaan. Namun, sepuluh tahun lalu, sebuah skandal menghancurkan segalanya.Aditya dituduh melakukan penggelapan dana perusahaan. Tuduhan itu menghancurkan reputasinya. Ia dipecat tanpa kesempatan membela diri, dan beberapa bulan kemudian, ia meninggal dalam kecelakaan yang mencurigakan.Keluarga Dihardja hancur.Keira, yang saat itu masih remaja, melihat ibunya jatuh dalam kesedihan dan keputusasaan. Kehidupan mereka berubah drastis. Mereka kehilangan rumah, harta, dan yang paling penting—kehormatan.Tapi Keira tidak percaya ayahnya bersalah. Ia yakin bahwa seseorang telah menjebak ayahnya. Dan orang yang paling diuntungkan dari kejatuhan Aditya Dihardja adalah keluarga Ravindra.Dari situlah dendamnya tumbuh dan menjadi satu-satunya alasan mengapa ia begitu gigi

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Bara Dendam

    Andre Ravindra bukan pria biasa. Ia tumbuh dalam lingkungan yang keras—di bawah didikan seorang ayah yang menuntut kesempurnaan dan seorang kakek yang membangun kerajaan bisnis dengan tangan besi. Sejak kecil, Andre diajarkan satu hal: kelemahan adalah kehancuran.Kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Dan dalam dunia ini, hanya ada dua jenis manusia—yang mengendalikan, dan yang dikendalikan. Orang-orang lemah akan tersingkir. Begitulah dunia bekerja. Tapi sekarang… ada satu masalah.Wanita itu. Keira Mahendra.Setelah wawancara itu berakhir, Andre tidak bisa menghilangkan pikirannya tentang Keira. Dari sekian banyak perusahaan besar, kenapa harus perusahaannya? Kenapa Keira begitu ngotot ingin menjadi sekretarisnya? Kenapa dia tidak gentar sedikit pun, bahkan ketika Andre berusaha menekannya?Semakin Andre memikirkannya, semakin ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia melirik kembali berkas di tangannya. CV Keira memang impresif. Tapi Keira tidak terlihat seperti wanita

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Tawaran Berbahaya

    Keira melangkah masuk ke ruang wawancara dengan penuh percaya diri. Namun, di balik ketenangannya, jantungnya berdebar kencang. Dia sudah membayangkan seperti apa reaksi pria itu nanti saat melihatnya. Namun, tetap saja… reaksi Andre di luar dugaannya. Saat pintu terbuka dan Keira melangkah masuk, pria itu membeku. Sekian detik, ia menatap Keira tanpa kata. Bagi Keira, kejutan yang diberikannya pasti telah menghantam Andre begitu keras hingga ia lupa bernapas. Satu poin menuju keberhasilan rencananya telah dimulai. Keira tidak tersenyum lebar, tapi ekspresinya tetap tenang. Seolah pertemuan ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Seolah ia tidak sadar betapa mendidihnya kemarahan di mata Andre saat ini. Oh, tapi dia sadar. Sangat sadar. Di bawah meja, jemari Keira saling bertaut erat, berusaha menahan getaran samar yang mungkin saja terlihat. Namun, di permukaan, ia tetap tampil sempurna—anggun, percaya diri, dan seolah-olah tidak ada satu hal pun yang mengganggunya. Sebalikny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status