Beranda / Romansa / Jatuh ke Pelukan Musuh / Warisan Luka dan Dendam

Share

Warisan Luka dan Dendam

Penulis: Skywinter
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-24 21:48:38

Di tempat lain, Keira berdiri di roof top kantor, tangannya mencengkeram pagar besi hingga ujung jari-jarinya memutih. Malam berembus dingin, tetapi yang membakar dalam dirinya bukanlah suhu udara. Melainkan amarah yang mendidih pelan di dalam hatinya. Hari ini, ia kembali diingatkan akan sesuatu yang sudah lama ia kubur dalam-dalam. 

Dendam itu.

Nama Aditya Dihardja keluar dari mulut para direktur dengan nada sesal yang hampa. Seolah mereka benar-benar menyayangkan kepergiannya. Tapi di mana mereka saat ayahnya dihancurkan? 

Keira mengepalkan rahangnya.

Mereka tidak melakukan apa pun. Mereka hanya berdiri di pinggir lapangan, membiarkan seorang pria yang begitu berdedikasi untuk perusahaan ini jatuh tanpa perlawanan. Dan kini, mereka menyebut namanya dengan nada nostalgia?

Keira memejamkan mata. Dan saat ia melakukannya, memori itu kembali menyeruak.

Dinginnya lantai rumah sakit menembus sepatu hitamnya yang sedikit longgar. Seragam sekolahnya basah oleh keringat, bercampur debu yang menempel di lipatan kainnya. Ruangan itu begitu putih. Terlalu putih. Namun, suara yang memenuhi udara bukanlah keheningan yang menenangkan.

Tit... tit... tit...

 

Bunyi mesin EKG memenuhi telinganya, detak itu semakin lama semakin melemah. Napasnya tercekat di tenggorokan saat ia melihat tubuh yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Ayahnya.

Baju putih pria itu sudah berlumuran darah. Kaku. Tak bergerak. Dokter dan perawat mondar-mandir, wajah mereka penuh ketegangan. Seseorang berteriak agar lebih banyak unit darah segera dikirim. Yang lain sibuk menekan dada pria itu dengan tangan bergetar, mencoba membuat jantungnya berdetak kembali. Keira berdiri di ambang pintu, tubuhnya membeku.

Tidak. Tidak seperti ini. Ayahnya kuat. Ayahnya adalah pria yang bisa melakukan segalanya. Ayahnya tidak akan menyerah. Ia ingin berlari, ingin memeluk pria itu, ingin meneriakkan namanya. Namun tubuhnya tidak mau bergerak. Kakinya terpaku di lantai dingin itu, sementara napasnya makin tersengal.

Tit… tit… tit…

Detaknya semakin lemah.

Air mata menggenang di matanya, jatuh satu per satu ke lantai rumah sakit yang steril.

“Papa…” suaranya hampir tidak terdengar.

Tit…

Dan lalu—

Garis lurus.

Suara mendengung panjang menusuk gendang telinganya.

Tidak ada lagi detak. Tidak ada lagi harapan.

Keira ingin menjerit. Ingin menolak kenyataan yang terpampang di hadapannya. Namun yang bisa ia lakukan hanyalah berdiri di sana, tubuhnya bergetar hebat, sementara dunia di sekelilingnya perlahan runtuh.

Keira tersentak membuka matanya. Pandangannya kembali ke langit kota yang gelap, tetapi di dalam dadanya, gejolak itu belum reda. Ia mengangkat tangannya, mendekap dadanya sendiri. Kenangan itu masih menyakitkan. Masih terasa begitu nyata.

Ia bisa merasakan bau antiseptik rumah sakit, mendengar suara monitor yang mendengung panjang, merasakan dinginnya udara saat tubuh ayahnya kehilangan nyawanya di hadapannya.

Dan semua itu… Karena keluarga Ravindra. Karena keserakahan mereka. Karena mereka memilih untuk menghancurkan pria yang hanya ingin membuat perusahaannya lebih baik.

Mereka membiarkan ayahnya mati. Dan sekarang mereka ingin seseorang seperti Aditya Dihardja? Mereka ingin seseorang dengan kecerdasan dan ketajaman seperti ayahnya kembali ke perusahaan ini? Baik. Maka mereka akan mendapatkannya. Tapi kali ini, bukan untuk mengangkat Ravindra Corporation lebih tinggi. Tapi untuk menariknya jatuh. 

Keira menarik napas panjang, berusaha mengendalikan amarahnya. Ia tahu ia harus tetap tenang. Jika terlalu terburu-buru, semuanya bisa berantakan. Tapi satu hal yang pasti—ia tidak akan berhenti sampai keluarga Ravindra merasakan kehancuran yang sama seperti yang dialami ayahnya. Keira memejamkan mata sejenak sebelum membukanya kembali. Tatapannya kini dingin dan penuh keteguhan.

Di ruangannya. Keira bersiap untuk pulang, namun sebuah pesan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponselnya. Sesaat setelah membaca pesan itu, Keira akhirnya tahu siapa pengirim pesan itu.

Keira berdiri di depan pintu kayu megah dengan gugup. Undangan dari Tuan Gunawan Ravindra—ayah Andre—datang mendadak, namun dengan nada tak terbantahkan. Dalam hati, ia bertanya-tanya, apa motif pria tua itu ingin bertemu dengannya secara pribadi.

“Silakan duduk, Nona Keira,” ujar Gunawan dengan suara rendah namun tegas.

To be continued…

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Harga Dari Kesalahpahaman

    Keira menatapnya sejenak sebelum akhirnya duduk. “Ada yang bisa saya bantu, Pak Gunawan?”Gunawan menyunggingkan senyum tipis. “Langsung saja ya. Saya ini orang yang tak suka membuang waktu. Saya tahu Andre telah mempekerjakanmu sebagai sekretarisnya.”Keira tidak menjawab, hanya mengangguk.“Anakku itu keras kepala. Tapi tetap saja, saya punya hak untuk tahu apa yang terjadi dengannya. Terutama jika menyangkut seseorang sepertimu.” Gunawan membuka laci meja, mengeluarkan sebuah amplop cokelat dan meletakkannya perlahan di atas meja.Keira melirik amplop itu. Ia mengira ini hanya pertemuan formal antara atasan dan bawahan.Gunawan menggesernya ke arah Keira. “Buka.”Dengan ragu, Keira meraih amplop itu, menarik napas, dan membukanya. Tangannya gemetar saat melihat isinya—foto-foto dari malam itu. Bukan sembarang foto. Malam di hotel. Dirinya dan Andre. Wajah Andre yang setengah tersembunyi, namun jelas baginya. Juga tubuhnya sendiri, dalam berbagai pose memalukan, terlihat seperti wan

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Warisan Luka dan Dendam

    Di tempat lain, Keira berdiri di roof top kantor, tangannya mencengkeram pagar besi hingga ujung jari-jarinya memutih. Malam berembus dingin, tetapi yang membakar dalam dirinya bukanlah suhu udara. Melainkan amarah yang mendidih pelan di dalam hatinya. Hari ini, ia kembali diingatkan akan sesuatu yang sudah lama ia kubur dalam-dalam. Dendam itu.Nama Aditya Dihardja keluar dari mulut para direktur dengan nada sesal yang hampa. Seolah mereka benar-benar menyayangkan kepergiannya. Tapi di mana mereka saat ayahnya dihancurkan? Keira mengepalkan rahangnya. Mereka tidak melakukan apa pun. Mereka hanya berdiri di pinggir lapangan, membiarkan seorang pria yang begitu berdedikasi untuk perusahaan ini jatuh tanpa perlawanan. Dan kini, mereka menyebut namanya dengan nada nostalgia?Keira memejamkan mata. Dan saat ia melakukannya, memori itu kembali menyeruak.Dinginnya lantai rumah sakit menembus sepatu hitamnya yang sedikit longgar. Seragam sekolahnya basah oleh keringat, bercampur debu y

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Di Balik Kegigihan

    Ayah Keira, Aditya Dihardja, dulu adalah seorang eksekutif berbakat yang bekerja di bawah kepemimpinan ayah Andre, Gunawan Ravindra. Aditya adalah tangan kanan yang selalu setia, seorang pria yang mengabdi sepenuhnya pada perusahaan. Namun, sepuluh tahun lalu, sebuah skandal menghancurkan segalanya.Aditya dituduh melakukan penggelapan dana perusahaan. Tuduhan itu menghancurkan reputasinya. Ia dipecat tanpa kesempatan membela diri, dan beberapa bulan kemudian, ia meninggal dalam kecelakaan yang mencurigakan.Keluarga Dihardja hancur.Keira, yang saat itu masih remaja, melihat ibunya jatuh dalam kesedihan dan keputusasaan. Kehidupan mereka berubah drastis. Mereka kehilangan rumah, harta, dan yang paling penting—kehormatan.Tapi Keira tidak percaya ayahnya bersalah. Ia yakin bahwa seseorang telah menjebak ayahnya. Dan orang yang paling diuntungkan dari kejatuhan Aditya Dihardja adalah keluarga Ravindra.Dari situlah dendamnya tumbuh dan menjadi satu-satunya alasan mengapa ia begitu gigi

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Bara Dendam

    Andre Ravindra bukan pria biasa. Ia tumbuh dalam lingkungan yang keras—di bawah didikan seorang ayah yang menuntut kesempurnaan dan seorang kakek yang membangun kerajaan bisnis dengan tangan besi. Sejak kecil, Andre diajarkan satu hal: kelemahan adalah kehancuran.Kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Dan dalam dunia ini, hanya ada dua jenis manusia—yang mengendalikan, dan yang dikendalikan. Orang-orang lemah akan tersingkir. Begitulah dunia bekerja. Tapi sekarang… ada satu masalah.Wanita itu. Keira Mahendra.Setelah wawancara itu berakhir, Andre tidak bisa menghilangkan pikirannya tentang Keira. Dari sekian banyak perusahaan besar, kenapa harus perusahaannya? Kenapa Keira begitu ngotot ingin menjadi sekretarisnya? Kenapa dia tidak gentar sedikit pun, bahkan ketika Andre berusaha menekannya?Semakin Andre memikirkannya, semakin ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ia melirik kembali berkas di tangannya. CV Keira memang impresif. Tapi Keira tidak terlihat seperti wanita

  • Jatuh ke Pelukan Musuh   Tawaran Berbahaya

    Keira melangkah masuk ke ruang wawancara dengan penuh percaya diri. Namun, di balik ketenangannya, jantungnya berdebar kencang. Dia sudah membayangkan seperti apa reaksi pria itu nanti saat melihatnya. Namun, tetap saja… reaksi Andre di luar dugaannya. Saat pintu terbuka dan Keira melangkah masuk, pria itu membeku. Sekian detik, ia menatap Keira tanpa kata. Bagi Keira, kejutan yang diberikannya pasti telah menghantam Andre begitu keras hingga ia lupa bernapas. Satu poin menuju keberhasilan rencananya telah dimulai. Keira tidak tersenyum lebar, tapi ekspresinya tetap tenang. Seolah pertemuan ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Seolah ia tidak sadar betapa mendidihnya kemarahan di mata Andre saat ini. Oh, tapi dia sadar. Sangat sadar. Di bawah meja, jemari Keira saling bertaut erat, berusaha menahan getaran samar yang mungkin saja terlihat. Namun, di permukaan, ia tetap tampil sempurna—anggun, percaya diri, dan seolah-olah tidak ada satu hal pun yang mengganggunya. Sebalikny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status