Kaylee membuka matanya begitu merasa terganggu dengan sinar matahari yang menerangi wajahnya. Matanya mengedar sembari menyadarkan diri. Ia merasa tidak mengenali tempat ini dan bahkan ini bukanlah kamarnya. Kaylee menghembuskan napas pelan dan menoleh. Memperhatikan sekitar dan benar-benar merasa asing dengan tempat ini. Namun begitu, ia masih berusaha mengingat kejadian apa yang terjadi sebelumnya.
Seorang pria datang yang membuat Kaylee lebih tidak percaya dengan keberadaannya saat ini. Ia menjerit karena merasa telah kotor, apalagi kehadiran seorang pria itu yang hanya mengenakan handuk sebatas pinggang dan bagian dada yang terbuka, memperlihatkan tubuh atletis serta bagian perut yang kotak-kotak bak roti setelah mandi membuat Kaylee semakin yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang tidak ia sadari sebelumnya hingga bisa berada di dalam kamar yang tidak ia kenali ini. kaylee terus menggeleng tidak percaya dengan kenyataan yang ada.
“Apa yang kau lakukan, Nona.”
Suara bass seorang pria bukannya membuat Kaylee tersadar tetapi justru semakin mengeraskan teriakannya. Ia tidak bisa menerima kenyataan pahit ini setelah suatu hal terjadi padanya. Kaylee membuka matanya lebar. Tidak … pria yang tengah mengenakan kemejanya itu adalah orang yang telah merusak dirinya. Kaylee harus meminta pertanggung jawaban meski itu akan terlihat menjijikkan.
Baru saja Kaylee akan beranjak dari posisinya untuk meminta pertanggungjawaban, pria itu mendekat dan menarik wajah Kaylee hingga melihatnya. Mereka saling bertatapan dengan mulut terdiam. Kaylee terperanjat karena ketampanan yang dimiliki pria ini. Bukan hanya wajah tetapi semua bentuk tubuhnya juga terpahat hampir sempurna, tetapi sekali lagi ia harus sadar bahwa pria tampan tidak selalu memiliki hati yang baik juga. Kaylee segera menampik tangan pria itu hingga wajahnya terlepas dari tangan pria itu.
“Pikiranmu terlalu kotor, Nona. Lebih baik pergilah mandi dan dinginkan pikiran panasmu itu.” Pria itu berujar lebih dulu sebelum Kaylee mengatakan apa yang ada dalam pikirannya.
Pria itu beranjak pergi setelah sebelumnya mengambil pakaian, mengabaikan Kaylee yang masih bengong dan bahkan sangat susah untuk mengedipkan matanya. Kaylee segera menyadarkan diri, ia melihat sekitar dan masih tidak percaya ia bisa berada di kamar ini. Kaylee bahkan tidak tahu siapa pria penuh pesona itu dan ia merutuki kebodohannya yang malah berpikir buruk sebelumnya. Tetapi … hei! Darimana pria itu tahu bahwa Kaylee memiliki pikiran kotor?
Kaylee menyibak selimut yang menutupi bagian tubuhnya. Ia mengeluh karena tubuhnya masih lengkap menggunakan pakaian dan ia sudah bertindak bodoh dengan menuduh pria itu berbuat mesum padanya. Astaga … Kaylee benar-benar merasa bersalah sekarang.
Dengan penuh penyesalan Kaylee mulai beranjak menuju kamar mandi untuk melakukan ritual membersihkan diri atas perintah pria tampan tadi. Tidak tahu mengapa ia mudah sekali menurut meski mereka tidak saling mengenal. Kaylee benar-benar terjebak dalam masalah sekarang. Sudah menuduh orang melakukan perbuatan mesum padanya dan dengan baiknya pria itu malah memintanya menyadarkan diri. Astaga ... Kaylee benar-benar malu!
Sedangkan pria itu sibuk dengan menyiapkan makanan. Memanggang roti dan membuat susu. Matanya begitu jeli dengan apa yang dia lakukan, mengabaikan sesosok wanita yang tengah mengintipnya dari pintu kamar yang terbuka sedikit. Lagi-lagi Kaylee mengeluh dengan apa yang dia lakukan.
Kaylee menghela napas panjang. “Baiklah, Kaylee. Sepertinya kau memang harus melalui hari yang buruk ini dengan lapang dada. Yeah … kau bukan wanita yang banyak gaya dan- oh ayolah. Aku tidak bisa seperti ini.”
Kaylee mengepalkan kedua tangannya. Memejamkan mata sembari mencoba berpikir untuk mencari jalan keluar dari masalah yang ia hadapi saat ini. Kaylee benar-benar kacau sekali. Ia tidak bisa berpikir dengan baik.
Pada akhirnya hanya helaan napas panjang yang kembali terdengar. Kaylee membuka matanya lagi lalu mulai memasuki kamar mandi dengan lesu. Ya … Kaylee hanya sekedar penasaran dengan pria itu sebelumnya hingga memutuskan untuk mengintip sebentar dari balik pintu untuk melihat apa yang tengah pria itu lakukan. Bodoh memang, tetapi Kaylee memang bukan wanita pendiam yang hanya akan menerima nasibnya. Sebaliknya, kaylee adalah wanita yang tidak bisa diam dan memiliki banyak tingkah.
Kaylee pasrah. Ia benar-benar tidak punya pilihan selain hanya ikut dalam arus air yang mengalir. Ia segera menuju ke kamar mandi dan mulai melakukan ritualnya di dalam sana. Tak cukup lama, wanita itu kembali dengan hanya mengenakan handuk yang memang tersedia di dalam sana. Kaylee tampak bingung dan berpikir. Ia tidak memiliki pakaian ganti dan hanya ada lemari besar milik pria itu. kaylee tidak tahu harus melakukan apa. Tidak mungkin juga ia mengenakan pakaian pria itu tanpa izin.
Pintu terbuka, menampakkan pria itu yang kembali lagi untuk mengambil ponselnya tetapi matanya langsung tertuju pada Kaylee yang hanya mengenakan handuk, memperlihatkan sebagian tubuhnya terpampang jelas oleh pria tersebut serta tengah diam sembari melihat lemari di depannya. Kaylee menoleh begitu mendengar suara pintu terbuka lalu membulatkan matanya dan segera menutup rapat bagian atas handuknya. Kedua tangannya seolah melindungi bagian atas tubuhnya.
Pria itu segera mengalihkan pandangan begitu sadar. Ia menelan salivanya dengan susah payah setelah melihat bagaimana indahnya tubuh gadis tidak dikenal itu. “Maaf. Aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Aku hanya ingin mengambil ponsel.”
Kaylee menoleh dan melihat ponsel di atas nakas lalu mengambilnya, memberikannya kepada pria itu dengan melindungi tubuhnya dengan handuk sialan itu. Pria itu baru saja akan pergi saat suara Kaylee kembali terdengar.
“Aku tidak memiliki pakaian ganti. Tidak mungkin aku memakai bajuku lagi karena itu sudah kotor. Apa kau akan keluar? Jika iya, belikan aku satu set pakaian.” Kaylee berujar dengan rasa bersalah yang tinggi karena selain berpikir buruk tentang pria itu ia juga meminta bantuan.
Pria itu berdehem sebentar dan mulai bergerak dengan melangkah mendekati lemari tanpa mau melihat Kaylee. Membuka lemarinya dan mencari sesuatu di dalam sana sebelum akhirnya memberikan sebuah kemeja putih panjang dan celana jeans kepada Kaylee.
“Mungkin ini muat untuk tubuhmu jika kau tidak memiliki banyak lemak.” Pria itu berujar sembari menyodorkan pakaian kepada Kaylee dengan melindungi wajahnya dengan ponselnya.
Kaylee membulatkan matanya. Banyak lemak dalam tubuh? Yang benar saja. Kaylee bahkan memiliki porsi tubuh yang kurus. Baru saja Kaylee ingin membantah ucapan pria itu, tetapi pria itu sudah berangsur pergi. Meninggalkan Kaylee yang mulutnya masih terbuka sedikit karena ingin bicara.
Kaylee segera masuk kembali ke kamar mandi untuk mengenakan pakaian. Mulutnya terus menggerutu sampai bisa didengar dari luar kamar tetapi seolah tidak ada yang mau menyahut. Kesal dan malu menjadi satu dalam diri Kaylee hingga ia tidak tahu harus mengutamakan yang mana untuk ia rasakan.
Kaylee segera kembali ke kamar dan melihat pantulan dirinya dicermin. Rambutnya masih basah karena keramas dan ia segera mengambil hair dryer milik pria itu yang terletak dinakas. Mengeringkan rambutnya dan menatanya kembali setelahnya. Kaylee menatap lagi pantulan dirinya. Tidak cukup buruk meski kemejanya terasa begitu besar. Ini lebih baik daripada ia harus mengenakan pakaiannya yang kotor.
Kaylee mengambil tas dan ponselnya yang berada di nakas, lantas segera pergi keluar untuk berpamitan. Meski rasa malu dan bersalahnya cukup tinggi, tetapi ia tidak akan mengulangi kesalahannya. Cukup hari ini saja Kaylee melakukan hal bodoh karena telah memasuki kamar milik orang lain bahkan tak ia kenali.
Kaylee berjalan pelan mendekat pada pria itu yang tengah sarapan. Pria itu menoleh dan beranjak dari duduknya, mempersilakan Kaylee duduk di kursi seberang. Kaylee menurut tanpa banyak bicara. Memperhatikan pria itu yang mengambilkan roti panggang dan memberikan pilihan selai, lalu segelas susu hangat dan satu permen rasa coklat.
“Kita tidak saling mengenal tetapi kenapa kau sangat baik? Mungkin saja aku adalah orang jahat,” ujar Kaylee dengan mengambil roti dan mulai memakannya tanpa sungkan.
Pria itu hanya menyunggingkan senyuman tipis, tetapi begitu mempesona bagi Kaylee yang melihatnya saat ini. Astaga … Kaylee tidak mungkin tergoda dengan pria ini karena satu kali bertemu bukan? Pria ini benar-benar tampan melebihi Jason si brengsek itu.
Kaylee mengalihkan pandangan dan berusaha agar tidak mempermalukan diri lebih banyak. Ia fokus memakan makanannya dan menunggu pria itu menjawab pertanyaan yang aneh mungkin saja.
“Tidak mungkin wanita bodoh sepertimu memiliki niat buruk terhadapku.”
Kaylee kembali tersinggung. Lagi-lagi pria itu selalu membuat harga dirinya seakan runtuh tanpa aba-aba. Kaylee mengepalkan jemarinya kuat dan memilih menghirup napas dalam-dalam untuk menahan emosinya. Sepertinya pria ini memang memiliki racun disetiap kata yang ia ucapkan. Buktinya Kaylee sudah beberapa kali menahan emosi sejak bersama beberapa saat dengannya. Sial!
Pria itu menyelesaikan sarapannya dan mengusap tangannya dengan tissue. Kaylee memperhatikan dengan diam.
“Baiklah. Karena kau sudah melihat isi rumahku maka kau juga harus bertanggung jawab atas apa yang telah kau lakukan. Apalagi kau masuk ke sini tanpa izin dan bahkan dengan percaya diri langsung masuk ke dalam lemari pakaian yang tentunya itu sangat pribadi. Kau … apa hukum negara yang pantas untuk wanita tidak sopan sepertimu ini, hm?”
“Apa maksudmu?” tanya Kaylee disela-sela makannya tepat dengan wajah bingung dengan mata menyipit.Pria itu tersenyum tipis dan kembali meminum susunya. “Ku pikir kau tidak sebodoh itu untuk mengerti apa maksudku tetapi melihat ekspresi yang kau berikan aku jadi tahu bahwa kau memang bodoh.”Kaylee menatap penuh pria itu yang menampakkan senyuman sinis. Ia mencoba mengartikan maksud pria itu tentang tanggungjawab yang dimaksud. Kaylee tersedak begitu otaknya berpikir tentang hal aneh yang tiba-tiba menyelinap dalam pikirannya. Hei … itu tidak benar bukan?Pria itu segera membantu Kaylee yang tersedak dengan mencoba menepuk-nepuk bagian punggung atas Kaylee dan menyodorkan minuman kepada Kaylee. Kaylee segera mengambil minum dan meneguknya cepat. Sial! Kenapa tenggorokannya terasa sangat sakit, huh?“Pelan-pelan,” ujar pria itu mencoba mengingatkan Kaylee. Setelah melihat Kaylee yang membaik, pria itu kembali duduk ditempatnya. Menatap Kaylee yang memperhatikannya dengan seksama dan ia
Pria itu menatap penuh kepada Kaylee yang terus mengatakan seolah ia bercanda dengan tawaran pernikahan yang ia ajukan. Ia menghembuskan napas pelan dengan Kaylee yang menatapnya meminta jawaban. “Apa aku sempat mengatakan bahwa tawaranku untuk sebuah kebohongan?”Kaylee yang baru meminum susunya menatap pria itu dengan wajah serius. Ia mengusap mulutnya setelah selesai minum. Bisa ia lihat wajah tenang sekaligus serius pria itu saat menekan kata-kata yang ia ucapkan.“Lalu?” tanyanya dengan fokus karena ia juga ingin mendengar jawaban pasti pria itu.Pria itu tersenyum tipis. “Aku sungguh mengajakmu menikah. Bukan untuk sebuah kebohongan ataupun kepura-puraan belaka tetapi benar-benar menikah sebagai pasangan suami istri pada umumnya. Tidak ada kebohongan apapun yang aku rencanakan sebab aku tidak menyukai hal yang bersifat sia-sia. Jadi, ku harap kau juga serius menanggapi tawaranku.”“Bagaimana bisa seperti itu? kita bahkan tidak saling mengenal dan tidak mungkin kau jatuh cinta de
Kaylee berjalan perlahan karena ingin menghampiri pria itu di dalam kamar, tetapi baru saja ia akan bergerak dengan kakinya, pria itu sudah datang dengan satu paper bag yang dapat Kaylee tebak itu adalah pakainnya dan satu tangan lain yang membawa ponsel serta tasnya. Pria itu datang mendekat dan memberikan paper bag serta tas tersebut kepada Kaylee.Baru saja pria itu akan berbalik, suara Kaylee terdengar yang membuatnya berhenti. “Mengenai tawaranmu … aku setuju untuk menikah.”Pria itu mengernyitkan kening, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Kaylee mengalihkan pandangannya pada paper bag dan tangannya yang memegang tas serta ponsel. Entah mengapa ia merasa malu setelah mengatakan keputusannya dan akhirnya ia mengambil inisiatif untuk pergi menghindari pria itu dan keluar lebih dahulu. Sedangkan pria itu tersenyum penuh karena kesempatan yang ia ambil berakhir dengan hasil sesuai keinginannya. Ia menatap Kaylee yang baru saja menutup pintu dan segera mengejar
Kaylee menggeleng. “Aku tidak memilikinya. Itu rumah orang tuaku.”Nicole terkekeh. “Ternyata kau bukan orang miskin dan justru anak dari keluarga kaya.”“Kau yang meremehkanku lebih dahulu,” sahut Kaylee yang memang belum mengatakan apapun tentang kelaurganya tetapi Nicole seolah-olah menebak semuanya hanya dari penampilannya. Sialan!Nicole tersenyum tipis dan mengelus puncak kepala Kaylee yang membuat wanita itu terdiam seketika. “Masuklah.”Kaylee menyadarkan dirinya begitu suara Nicole terdengar dan menatap pria itu bersamaan dengan tangan Nicole yang kembali berada ditempatnya. Ia tersenyum tipis dan berujar, “Masuklah dulu. Aku akan menjamu untuk beberapa saat sebelum kau pergi.”Nicole tersenyum mendengarnya. “Wanita yang perhatian,” balasnya yang lantas menggenggam jemari Kaylee dan mengajaknya masuk ke dalam perumahan elit itu.Kaylee terdiam dengan memperhatikan tangan kanannya yang tergenggam erat oleh tangan besar Nicole. Begitu hangat dirasa. Kaylee lantas mengalihkan pa
Nicole menoleh ke arah dua orang yang dipanggil oleh Kaylee, ia menampakkan senyuman dengan kedua orang tua Kaylee yang terdiam ditempat begitu melihatnya.Nicole ikut beranjak dan masih menampakkan senyumannya. Kedua orang tua Kaylee masih terdiam membisu dengan tatapan fokus kepada Nicole. Sosok pria tampan dan sudah lama tidak terlihat. Kaylee yang melihat tatapan kedua orang tuanya fokus kepada Nicole berpikir bahwa mereka mungkin terkejut dengan kedatangan Nicole yang tidak mereka kenal. Namun ketika memikirkannya, Kaylee lebih berpikir ada yang aneh dengan tatapan keedua orang tuanya kepada Nicole dibanding dengan rasa terkejut karena kedatangan orang asing.“Ibu, Ayah.”Panggilan Kaylee tidak mendapatkan respon apapun dari kedua orang tuanya. Kedua orang itu masih terus menatap Nicole dengan Kaylee yang ikut menatap pria itu saat ini. Nicole juga terus menampakkan senyuman dan itu seolah tidak wajar bagi Kaylee. Ia akan menanyakan hal itu kepada kedua orang tuanya jika Nicole
Semua orang terkejut dengan ungkapan Nicole termasuk Kaylee sendiri. Kaylee mengernyitkan kening, merasa kembali dijebak oleh Nicole yang bahkan tidak mengatakan hal demikian saat mereka bicara sebelumnya. Jangan katakan Nicole hanya sekali berpikir dan langsung mengatakannya. Ini sungguh seperti pemaksaan meski Nicole menegaskan bahwa ia tidak akan memaksa Kaylee. Sial!Nicole tersenyum menatap Kaylee yang membulatkan matanya saking terkejutnya dengan apa yang baru saja ia katakan. Nicole memang tidak memberitahukan hal ini sebelumnya, jadi wajar jika gadis itu terkejut. Sedangkan Kaylee merasa belum siap melakukan pernikahan secepat itu apalagi ia baru akan berusaha melupakan Jason dan menyukai Nicole secara bersamaan. Kaylee tidak akan sanggup.“Aku tahu kalian akan terkejut dengan rencanaku karena terkesan mendesak untuk sebuah pernikahan yang sacral untuk dilakukan tetapi aku sudah merencanakan banyak hal seperti sebelumnya.”“Ku pikir ini terlalu cepat jika kau menginginkan untu
Kaylee berjalan cepat karena janji temunya dengan salah satu klien disebuah kafe. Sialnya taxi yang ia tumpangi terjebak macet hingga membuat Kaylee terpaksa memilih berjalan kaki karena jarak tempat pertemuan yang tidak terlalu jauh. Kaylee terus menggerutu sepanjang jalan karena dengan begini waktunya semakin menipis untuk bertemu klien sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ia hanya berharap kliennya tidak akan pergi karena menunggu terlalu lama kedatangannya.Kaylee menghentikan langkahnya begitu berada tepat di depan sebuah kafe. Ia menghirup napas dalam-dalam untuk mengatur napasnya yang ngos-ngosan sebelumnya, lalu mulai berjalan lebih santai untuk masuk ke dalam kafe. Matanya menelusuri setiap bagian untuk menemukan dimana kliennya. Ia tersenyum tipis dan kembali berjalan mendekati klien begitu melihat meja mereka.“Maaf aku terlambat,” ujar Kaylee begitu sampai di hadapan kliennya.“Nona.” Kaylee mendudukkan diri dengan kliennya yang kembali ikut duduk setelah meny
“Permainan apa ini? Kau lupa usiamu sudah tua, hm?”Kaylee bersedekap dada melihat Nicole yang justru mengajaknya bermain seluncuran dengan banyaknya bola-bola dibgain bawah. Anehnya bahkan tidak ada rating usia yang tidak memperbolehkan orang dewasa bermain dan itu artinya semua orang bisa melakukannya. Sialnya mengapa Nicole justru mengajaknya bermain seperti ini, huh? Menyebalkan sekali.Nicole terkekeh. “Tidak ada batas usia untuk menikmati seluncuran bola ini. Aku hanya ingin mengulas masa kecilku.”Kaylee mengernyitkan kening. Ini sungguh kekanakan, tetapi melihat wajah Nicole yang terus menampakkan senyuman membuat Kaylee merasa tidak nyaman untuk menolak apalagi lelaki itu mengatakan ingin mengulas masa muda. Hei … ini benar-benar!Nicole mengambil tangan Kaylee untuk ia genggam. Kaylee dengan terpaksa mengikuti meski ia sungguh tidak ingin melakukannya. Ini kekanakan sekali. Mereka sudah berusia dewasa untuk menikmati permainan seperti ini dan lagi, meskipun Nicole mengatakan