Share

Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin
Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin
Penulis: Fara Kinara

Bab 1

Penulis: Fara Kinara
"Tubuhku masih menyimpan cairan spermanya. Kalau kalian nggak percaya, bisa periksa DNA."

Di kantor polisi, di dalam ruang interogasi, Natalie Mansyur duduk dengan leher penuh bekas cupang. Wajahnya pucat dan suaranya bergetar hebat.

Di seberangnya, duduk seorang pria tampan yang mengenakan setelan mahal. Wajahnya tenang menghadapi tuduhan tersebut.

"Saudari Natalie, kamu yakin Pak Denzel memaksamu berhubungan badan?" Polisi yang mencatat keterangan melirik sekilas pria dengan aura kuat itu. Dia sama sekali tidak percaya bahwa Denzel sang pengacara terkenal bisa menodai wanita.

Denzel Syafar adalah pengacara top di kalangan elite ibu kota. Mana mungkin dia melanggar hukum?

Natalie mengangkat wajahnya. Matanya memerah, suaranya sengau. "Pak Polisi, apa pengacara bukan laki-laki? Apa dia nggak punya alat kelamin yang bisa berbuat kejahatan?"

Denzel mengangkat alis. Tatapannya suram saat memandang gadis yang tampak menyedihkan di depannya. "Kamu menuduhku menodaimu? Buktinya mana?"

Tatapannya dalam seperti jurang, seolah-olah bisa menembus batin. Jantung Natalie berdegup kencang. Dia mengalihkan pandangan, menggigit bibirnya. "Aku ... aku punya bukti."

Dia menyerahkan ponselnya kepada polisi. "Ada rekaman di dalamnya, kalian bisa dengar."

Polisi menyalakan rekamannya. Suara Natalie yang ketakutan langsung memenuhi ruangan, disertai tangisan memohon agar pria itu menghentikan perbuatannya. Bagian akhir rekaman bahkan tidak layak didengar anak-anak.

Polisi tampak terkejut, lalu menatap pria yang masih santai itu. "Pak Denzel ...."

"Aku memang tidur dengannya." Denzel membuka mulut, suaranya malas dan tanpa penyangkalan sedikit pun.

Karena pengakuan itu terlalu lugas, Natalie tanpa sadar meremas ujung gaunnya, muncul rasa tidak tenang.

Detik berikutnya, suara dingin Denzel kembali terdengar. "Tapi, itu karena dia yang memohon agar aku tidur dengannya."

Natalie sontak berdiri, ekspresinya penuh emosi. "Omong kosong!"

Denzel tersenyum tipis, sorot matanya mengandung ejekan. "Aku juga punya bukti."

"Bukti apa?" Natalie langsung tegang, meskipun dalam hati merasa tak mungkin. Dia merekam secara diam-diam sebagai persiapan, sementara Denzel langsung membawanya pulang dan menyeretnya ke ranjang malam itu. Bukti apa yang bisa dia miliki?

Ketegangan Natalie sedikit mereda, sampai kalimat berikutnya keluar dari mulut Denzel. "Ada CCTV di kamarku. Kalau kamu memang diperkosa, semuanya akan terlihat di sana."

Denzel mengangkat ponsel, menatap wanita di depannya dengan santai. "Perlu kutampilkan di layar besar?"

Wajah Natalie langsung pucat pasi. "Kamu ... kamu pasang CCTV di kamar?"

"Ya, demi mencegah wanita-wanita licik tertentu," jawab Denzel sambil tersenyum sinis.

Natalie panik. Dia sudah memperhitungkan banyak hal, tetapi tidak pernah menyangka Denzel memasang CCTV di kamar. Bukankah berarti seluruh adegan mereka terekam?

Kalau diputar di layar besar, reputasinya pasti hancur! Saat ini, Natalie menyesal setengah mati.

"Pak Polisi, buktinya ada di ponselku. Aku bisa membuktikan diriku nggak bersalah kapan saja." Denzel mengulurkan tangan, hendak menyerahkan ponsel kepada polisi.

"Tunggu!" Natalie tersadar, buru-buru berseru, "Aku ... aku nggak jadi menuntut!"

Wajah polisi berubah serius. "Apa maksudmu? Pelaporan itu bukan hal yang bisa kamu batalkan sesuka hati. Saudari Natalie, kamu sedang membuang-buang waktu dan energi kami!"

"Kalau Pak Denzel terbukti benar, itu artinya kamu melakukan fitnah. Itu tindak pidana, kamu bisa dipenjara!"

Natalie yang masih muda langsung gemetar ketakutan. Wajahnya memucat. "Aku ... aku ...." Dia meremas tangannya dengan panik, matanya berkaca-kaca. Tampaknya dia benar-benar ketakutan.

Denzel mengangkat pandangan dengan tenang. Saat matanya tertuju ke leher Natalie yang penuh bekas cupang, bayangan Natalie saat menangis di bawah tubuhnya muncul di benaknya. Tangisan lembut itu seakan-akan masih terngiang di telinganya.

"Sudahlah, sampai di sini saja." Denzel bangkit untuk pergi. Mengingat gadis ini masih perawan malam itu, dia enggan berurusan dengan mahasiswi yang belum lulus seperti Natalie.

Karena kedua belah pihak tak lagi menuntut, polisi pun memutuskan untuk tak memperpanjang masalah. Mereka hanya menegur Natalie sebelum membiarkannya pulang.

Cuaca di bulan Mei belum cukup hangat. Angin siang masih menggigit. Natalie keluar dari kantor polisi dengan gaun putih tipis. Dia kedinginan sampai giginya bergemeletuk.

Saat dia mendongak, sebuah mobil hitam mewah terparkir di depannya. Denzel bersandar di pintu mobil, memegang sebatang rokok yang menyala, dan meliriknya.

Natalie menggigit bibir, perlahan melangkah mendekat, mengangkat wajah mungilnya. "Kamu bisa ... hapus video itu nggak? Anggap saja semalam itu kecelakaan dan nggak pernah terjadi."

"Kecelakaan? Saat kamu datang dan menawarkan diri semalam, kamu yakin nggak tahu siapa aku?"

Denzel menggigit batang rokok, tatapannya tajam menusuk.

Natalie mengalihkan pandangan dengan gugup. "Aku nggak tahu kamu ngomong apa."

Denzel terkekeh-kekeh, suaranya dingin. "Benarkah, adik dari terdakwa Robert, Natalie?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 100

    Lembah Haiti terletak jauh dari pusat kota, tersembunyi di antara pegunungan hijau dan aliran sungai yang jernih. Sejauh mata memandang, semuanya tampak hijau dan menyejukkan. Aliran air yang jernih mengalir tenang dan sesekali terlihat beberapa ikan kecil berenang dengan riang.Berhubung biayanya yang cukup mahal, pengunjung yang datang untuk berkemah di sini sangat sedikit. Hingga saat ini, hanya rombongan Natalie dan rekan-rekannya saja yang ada di lokasi.Suasananya tenang, sunyi, dan sangat damai.Para rekan kerja begitu antusias. Begitu turun dari kendaraan, mereka langsung tidak sabar untuk bermain air, sementara para pria turun ke sungai untuk menangkap ikan dan udang. Udara dipenuhi gelak tawa dan suara riang yang meriah dan menyenangkan.Natalie yang takut air, tidak ikut turun ke sungai. Dia duduk dengan tenang di pinggir kali sambil menyaksikan semua orang bermain dengan senang. Hatinya pun terasa ringan.Tiba-tiba, kursi kosong di sebelahnya terisi. Sesosok tubuh duduk di

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 99

    Ciuman Denzel kuat dan dominan seperti dirinya. Bagai badai yang datang tanpa peringatan, dia tidak memberi Natalie sedikit pun ruang untuk bernapas.Bibir dan giginya bersentuhan, menyapu dan menguasai tanpa ampun. Ciuman itu panjang dan dalam, seolah-olah tiada akhirnya.Entah berapa lama kemudian, Denzel akhirnya melepaskannya dengan napas terengah. Bibir tipisnya menempel di telinga Natalie. Suaranya rendah dan serak, "Rasanya enak juga dapat yang gratisan."Natalie terengah-engah, lalu menatapnya dengan wajah memerah. "Nggak boleh bilang kata itu lagi!""Boleh saja ... asal kamu tutup mulutku."Ciumannya kembali turun sebelum Natalie sempat menjawab.Tubuh Natalie masih lemas, mana mungkin dia punya tenaga untuk melawan? Dia hanya bisa menengadahkan kepala dengan pasrah, menerima ciuman yang nyaris membuatnya kehabisan napas.....Akhir pekan pun tiba.Natalie bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan barang-barang untuk pergi kamping. Suasana hatinya tampak sangat baik, bahkan dia b

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 98

    Tak terasa, para dokter magang sudah hampir setengah bulan bekerja. Berhubung departemen bedah selalu sibuk, mereka belum menemukan waktu untuk mengadakan acara penyambutan bagi para pendatang baru.Menjelang akhir jam kerja hari itu, Hardi masuk ke kantor sambil tersenyum dan mengumumkan kabar yang membuat semua orang antusias. "Sabtu ini, kita akan kamping bersama di Lembah Haiti."Seisi ruangan langsung dipenuhi suara diskusi yang antusias"Pemandangan di Lembah Haiti katanya bagus banget! Bisa nangkap ikan, cari udang .... Pelayanannya juga bagus dan harus reservasi jauh-jauh hari. Nggak nyangka kita bisa ke sana!""Aku dengar makanan dan perlengkapannya premium sekali, tapi harganya juga nggak murah. Dokter Hardi memang royal sekali!"Sementara semua orang asyik membahas, Hardi tetap tersenyum tenang lalu menambahkan, "Biar acaranya lebih seru, aku siapkan satu kegiatan kecil. Siapa yang mau tampil menunjukkan bakat, akan dapat hadiah kecil."Seseorang langsung penasaran, "Apa had

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 97

    Di perjalanan, Hardi membicarakan soal rencana pemulihan pasien dan juga menyebutkan bahwa tabib senior dari bagian pengobatan tradisional sangat mengagumi Natalie. "Natalie, kamu punya bakat besar. Kalau bisa lanjut studi lagi, masa depanmu pasti luar biasa."Nada Hardi benar-benar tulus. Tatapan matanya pada Natalie seperti sedang menatap sebuah harta berharga. "Kamu nggak pernah mempertimbangkan untuk lanjut S2 atau S3?"Natalie tersenyum tipis. "Memang belum pernah terpikirkan." Kondisi keluarganya membuat jenjang pendidikannya harus berhenti di sana.Hardi tampak memahami situasinya, lalu berkata dengan hati-hati, "Kalau kamu bersedia, aku bisa bantu carikan beasiswa untuk studi ke luar negeri."Natalie membelalakkan mata terpaku sesaat. "Apa?"Khawatir terjadi salah paham, Hardi segera menjelaskan, "Bukan dari dana pribadi, tapi melalui Rumah Sakit Barntic. Rumah sakit kami sangat menghargai talenta dan terbuka untuk mendanai pengembangan tenaga medis. Tentu saja, ada syaratnya.

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 96

    Natalie mengetuk pintu lalu masuk ke dalam. "Pak Hardi, saya mengantarkan barang."Hardi masih sedang berdiskusi dengan asistennya. Dia menoleh sekilas dan berkata, "Taruh saja di atas meja.""Baik."Setelah menaruh barang, seharusnya Natalie segera pergi. Namun, langkahnya malah terhenti. Dia memasang telinga, mencuri dengar isi diskusi mereka.Hardi menyadarinya dan menatap ke arahnya dengan heran. "Natalie, kamu masih ada keperluan?"Natalie membuka mulut, sempat ragu apakah harus bicara atau tidak. Namun akhirnya dia memberanikan diri dan berkata, "Pak Hardi, saya juga sudah cukup memahami kondisi pasien. Mengenai pemulihan pascaoperasi, saya punya sebuah usulan ... tapi nggak tahu apakah pantas untuk disampaikan atau nggak."Hardi menunjukkan ketertarikan. "Coba katakan.""Sebelum operasi, pasien sudah mengonsumsi banyak obat. Saya khawatir beban pada fungsi livernya sudah cukup berat. Kalau setelah ini masih terus diberi obat-obatan barat, hasilnya mungkin nggak akan terlalu baik

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 95

    Natalie memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik. Dalam waktu kurang dari dua minggu, dia berhasil keluar dari pola pikir sebagai mahasiswa dan menyesuaikan diri dengan ritme kerja rumah sakit yang sibuk dan penuh detail, bahkan menghadapinya dengan cukup luwes.Dia sangat rajin belajar. Setelah pelatihan keterampilan dan teori dasar setiap harinya, dia juga aktif membantu rekan-rekannya, berharap bisa mempelajari lebih banyak hal. Dia ingin secepat mungkin menjadi seorang dokter sejati.Bagian bedah memang selalu dipenuhi kesibukan. Semua orang seolah-olah selalu bergerak tiada henti. Hanya saat makan siang saja mereka bisa bernapas sedikit lega.Saat makan bersama rekan-rekan di sekitar meja makan, Natalie duduk di sebelah Hardi. Suasana yang santai membuat obrolan mengalir dan pembicaraan pun beralih ke operasi besar yang akan dilakukan sore nanti.Hardi menoleh melihat kedua asisten yang akan masuk ruang operasi bersamanya, lalu mengingatkan,"Nanti istirahat yang cukup dulu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status