Share

Bab 8

Author: Fara Kinara
Namun, sebanyak apa pun tebakan dalam benaknya, semuanya sia-sia. Sekarang hanya ada satu jalan yang bisa ditempuh Natalie, yaitu berusaha mencari pengacara yang bagus untuk membela kakaknya di persidangan!

Meskipun sadar tidak ada peluang menang melawan Denzel, segalanya bergantung pada usaha. Dia tidak akan menyerah.

Natalie terus berpindah tempat, mencari informasi tanpa lelah, lalu akhirnya menemukan seorang pengacara yang reputasinya cukup tinggi. Dengan pengacara ini, setidaknya kasus Robert bisa ditunda selama mungkin.

Namun, sebelum dia sempat bersukacita, pengacara itu langsung menolak saat mendengar bahwa pengacara pihak penggugat adalah Denzel. "Maaf. Pak Denzel belum pernah kalah sekali pun. Aku nggak bisa ambil kasus ini."

Natalie menggenggam ponselnya erat-erat, bibirnya digigit sampai pucat. Dia bangkit dari kursi, mengganti baju, mengambil tasnya, dan segera naik taksi menuju Firma Hukum Angkasa.

Begitu tiba di meja resepsionis, Natalie menyapa dengan sopan, "Halo, aku ingin bertemu dengan Pak Curtis."

Natalie menunggu sesaat di ruang tamu. Tak lama kemudian, seorang pemuda berjas hitam mendekat dan menatap ke arahnya. "Halo, kamu mencariku?"

Natalie segera berdiri dan membalas, "Pak Curtis, 'kan? Aku Natalie. Kita sudah sempat bicara lewat telepon. Aku ...."

Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Curtis langsung menyela, "Bukannya aku nggak mau ambil kasusmu, tapi aku benar-benar nggak sanggup."

Nada suara Curtis terdengar putus asa. "Pihak penggugat diwakili oleh Denzel. Kamu tahu posisinya di dunia hukum, 'kan? Nggak ada seorang pun yang bisa mengalahkannya!"

Selain itu, ada alasan lain yang lebih penting. Orang yang disinggung Robert adalah bagian dari Keluarga Harmansyah. Keluarga Harmansyah memang pebisnis, tetapi mereka juga kerabat Keluarga Syafar.

Walaupun pengaruh Keluarga Syafar jauh di ibu kota, wali kota di Kota Alorma memiliki hubungan keluarga dengan Keluarga Syafar.

Siapa yang berani mengambil kasus sebesar ini? Kalaupun menang di pengadilan, bisa jadi karier si pengacara langsung tamat.

Natalie memahami betapa rumitnya situasi ini. Namun, untuk memintanya menyerah, itu mustahil.

"Pak Curtis, aku nggak berharap memenangkan kasus ini. Aku hanya ingin memperpanjang waktu. Aku janji akan terus berusaha mencari bukti kalau kakakku difitnah. Tolong bantu aku."

Curtis menggeleng, lalu berbalik untuk pergi. "Sebaiknya kamu pasrah saja."

Natalie mengejar dan langsung meraih lengan Curtis. Suaranya mendesak. "Asalkan Bapak bersedia ambil kasus ini, berapa pun biayanya akan kubayar!"

Curtis akhirnya kehilangan kesabaran dan langsung memanggil satpam untuk mengusir Natalie. Para satpam itu bertubuh besar dan menarik Natalie dengan paksa, membuatnya sempoyongan sampai hampir jatuh.

Saat ini, terdengar suara dingin dan lantang dari depan. "Lepaskan dia."

Secara naluriah, Natalie menoleh. Tampak Denzel berjalan ke arahnya. Pria itu mengenakan jas hitam mahal yang dibuat secara khusus dan berdasi. Wajah tampannya tampak dingin, benar-benar seperti pria angkuh yang tak tergoyahkan.

"Pak Curtis, ada urusan yang ingin kubicarakan dengan Natalie." Kalimat itu ditujukan ke Curtis, tetapi mata Denzel hanya menatap Natalie.

Sikap Curtis sontak berubah melihat siapa yang datang. Dia memberi isyarat ke satpam agar mundur, lalu diam-diam menghindar.

Suasana di ruang tamu menjadi tenang. Kini, hanya tersisa mereka berdua. Denzel mendekat dengan tatapan sinis. "Nona Natalie, setiap kali kita bertemu, kamu selalu dalam keadaan menyedihkan."

Melihat Curtis sudah pergi, suasana hati Natalie memburuk. Dia menegakkan kepala dan menimpali dengan penuh kemarahan, "Ini semua gara-gara kalian. Puas sekarang?"

Denzel menaikkan alis dengan santai. "Kalau aku jadi kamu, aku nggak akan menyia-nyiakan waktu dan uang untuk sesuatu yang sudah jelas nggak mungkin berhasil."

Natalie menyeringai dingin. "Pak Denzel nggak perlu ikut campur urusanku. Sebaiknya urus dirimu sendiri. Setelah sekian lama menjadi pengacara dan terus membela kejahatan, kamu nggak takut karma? Kalau bukan kamu yang kena, keluargamu yang bakal jadi korban!"

Sebelum Denzel sempat membalas, Natalie sudah berbalik dan pergi. Tatapan Denzel menggelap. Sorot matanya penuh dengan hawa dingin. Lidah perempuan ini benar-benar tajam.

....

Upaya mencari pengacara pun gagal. Dengan hati yang gelisah, Natalie pergi ke kampus mengikuti kuliah. Sore harinya, begitu tiba di asrama dan hendak mandi, ponsel di meja tiba-tiba berdering.

Itu telepon dari ibunya. Natalie menekan tombol jawab. "Halo, Ibu ...."

"Natalie, teman lama Ibu kenalin Ibu ke sebuah lembaga. Katanya mereka bisa bantu datangkan pengacara dari luar kota!"

Mendengar itu, hati Natalie langsung diliputi kebahagiaan. "Serius?"

"Serius! Tapi, lembaga itu minta uang perantara 200 juta. Kita nggak punya uang sebanyak itu. Ayahmu masih harus bayar biaya pengobatan. Kamu bisa pinjam dari teman-temanmu nggak?"

Dua ratus juta? Jumlah itu terlalu besar. Natalie mengerutkan alis. "Dua ratus juta cuma buat biaya perantara? Ibu, jangan-jangan lembaga itu penipu?"

"Mana mungkin? Teman lama Ibu yang kenalin. Dia nggak mungkin nipu!" Suara Ainur terdengar sangat yakin.

Natalie tetap ragu. Dia belum pernah mendengar lembaga semacam itu. "Ibu, kita harus tetap hati-hati. Coba diselidiki lagi. Jangan-jangan ...."

"Selidiki apa lagi? Kamu pikir teman Ibu bisa nipu? Kami sudah saling kenal puluhan tahun! Kamu nggak mau tolongin kakakmu ya?"

"Ibu, bukan begitu. Dengarkan dulu ...."

"Dari dulu kakakmu paling sayang kamu. Dia yang membiayaimu, termasuk uang kuliahmu. Kamu malah ingin dia masuk penjara begitu saja? Kamu punya hati nurani nggak? Kalau kamu nggak bisa cari uangnya, Ibu gantung diri saja di rumah!"

Dihadapkan pada ibu yang keras kepala dan emosional, Natalie benar-benar kehabisan akal. Dia memejamkan mata. Bibirnya bergetar saat menyahut, "Ya sudah, aku akan cari cara."

Dua ratus juta bukan nominal kecil bagi keluarga biasa, apalagi Keluarga Mansyur. Mereka tinggal di kota kecil. Ayahnya sakit-sakitan dan tidak bisa bekerja, bahkan biaya pengobatannya rutin dibayar setiap bulan.

Ibunya hanya pegawai biasa dengan gaji 6 juta. Waktu Robert masih bekerja, dia bisa menghasilkan lebih dari belasan juta, jadi keluarga mereka tidak kesulitan.

Namun, sekarang semua sudah berubah. Seluruh beban keluarga kini ditanggung oleh Natalie. Beratnya sampai membuat napasnya terasa sesak.

Dia menatap ke luar jendela. Bunga kamelia sedang mekar sempurna. Musim semi begitu indah, tetapi sorot matanya terlihat suram seperti dedaunan musim gugur. Ke mana dia harus mencari uang 200 juta itu?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 262

    Tiba-tiba, terdengar suara petir. Hujan turun dan menghantam jendela.Natalie memandang langit. Di bawah langit yang gelap, hujan turun sangat deras. Bawahan di pulau tidak berpatroli pada cuaca ekstrem seperti ini.Susan melihat Natalie dan berucap, "Pengawal yang bertanggung jawab menjaga bangunan utama sudah masuk ke koridor untuk menghindari hujan."Natalie membalas dengan ekspresi serius, "Kita berkumpul di depan pintu 10 menit lagi.""Oke," sahut Susan. Dia meninggalkan kamar, lalu buru-buru pergi ke kamar Karina.Natalie memakai seragam pembantu dan jas hujan. Tatapannya tertuju pada sebungkus bubuk putih di atas meja. Dia menggenggam bungkusan bubuk putih itu dengan erat.Natalie harus mengandalkan obat bius keras yang diberikan Alexa untuk keluar dari bangunan utama. Dia tidak berani menunda waktu lagi. Setelah bersiap-siap, Natalie langsung keluar.Natalie turun ke lantai bawah, lalu melewati ruang tamu dan sampai di luar. Angin dingin bercampur air hujan menerpa.Natalie men

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 261

    Natalie tidak bisa langsung mencari Michael. Jika Natalie meminta Michael datang untuk menemuinya, pasti akan menimbulkan kecurigaan. Jadi, dia hanya bisa meminta Susan menjadi perantara untuk menyampaikan pesannya.Natalie mengangguk dan menyahut, "Iya. Jadi, kamu bisa bantu aku nggak?"Susan tidak menyangka nyali Natalie begitu besar. Dia menanggapi, "Kamu benar-benar mau kabur? Kalau gagal ....""Aku ingin bertaruh," kata Natalie dengan ekspresi tegas. Lagi pula, nasibnya tetap tragis jika gagal atau tetap bertahan di sini. Lebih baik dia bertaruh.Susan memandang Natalie dengan ekspresi bimbang. Setelah beberapa saat, Susan seperti sudah membuat keputusan. Dia menggenggam tangan Natalie dan berkata, "Oke, aku bantu kamu sampaikan pesan. Hanya saja, aku mau minta kamu setujui persyaratanku."Natalie bisa menebak persyaratan Susan. Dia membalas, "Kamu bilang saja."Sesuai dugaan, Susan berucap, "Bawa aku juga."Natalie langsung menolak tanpa ragu, "Nggak bisa. Kalau gagal, aku nggak

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 260

    Alexa mengingatkan Natalie, "Semua yang Hardi bilang itu omong kosong. Jangan percaya semua omongannya."Natalie tidak menyangka Alexa akan membicarakan hal ini dengannya. Dia terkejut.Sebelum Natalie sempat bicara, Alexa mengeluarkan kertas yang dilipat menjadi bentuk kotak dari sakunya. Dia membuka kertas itu dan berujar, "Ini peta pulau."Mata Natalie memelotot. Dia yang terperanjat berucap, "Guru, kamu ...."Alexa menjelaskan, "Aku sering jalan-jalan di pulau selama terkurung di sini. Aku ingat jalur di pulau secara garis besar. Aku sudah menggambarnya di kertas ini."Alexa mengelus janggutnya, lalu melanjutkan dengan sedikit sedih, "Aku nggak mampu berjuang lagi karena sudah tua. Aku harap kamu bisa kabur. Jangan sampai terkurung di tempat mengerikan ini seumur hidup."Natalie melihat kertas yang sudah menguning. Matanya memerah. Dia yang terharu membalas, "Guru, terima kasih! Kalau aku beruntung bisa kabur, aku pasti suruh orang selamatkan kamu!"Alexa melambaikan tangannya. Dia

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 259

    Natalie tahu hobi kelompok orang-orang yang tidak normal. Bahkan, dia pernah tidak sengaja menonton video yang berkaitan dengan perilaku sadis. Alhasil, Natalie trauma.Ternyata Hardi juga mempunyai hobi menyimpang seperti itu. Dia juga berniat mempraktikkannya pada Natalie.Wajah Natalie memucat. Dia menyahut dengan suara bergetar, "Aku ... tahu.""Kalau kamu patuh, aku akan menyayangimu," balas Hardi. Dia menunduk dan hendak mencium Natalie, tetapi dia kehilangan minat saat melihat Natalie memejamkan matanya dengan wajah kaku.Hardi melepaskan Natalie, lalu berbalik dan pergi. Pintu ditutup sehingga menghalangi cahaya matahari memancar ke dalam rumah.Tubuh Natalie lemas hingga tumbang ke samping. Dia merasa tersiksa dan takut setiap bertemu Hardi.Hardi sudah memberi Natalie ultimatum. Jika nanti Natalie masih menolak, konsekuensinya pasti sangat fatal. Apa dia hanya bisa tunduk pada Hardi?Natalie duduk di lantai. Pikirannya sangat kacau. Dia memikirkan banyak hal. Akhirnya, keputu

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 258

    Natalie membaca buku dengan serius sampai-sampai melupakan kesulitan yang dihadapinya di Pulau Roli.Selanjutnya, Natalie terus tinggal di rumah hijau. Dia belajar dengan Alexa setiap hari. Setelah belajar makin dalam, Natalie baru menyadari apa yang dipelajarinya di universitas benar-benar tidak ada apa-apanya.Natalie yang belajar makin lama makin penasaran. Selain istirahat, dia juga belajar saat makan.Belakangan ini, cuaca agak dingin. Alexa yang sudah tua masuk angin dan demam. Natalie memasak obat sendiri, lalu memberikannya kepada Alexa dan berucap, "Guru, cepat minum obatnya."Alexa minum obat itu, lalu tidur. Natalie berjaga di dekat tempat tidur Alexa. Dia bahkan tidak berani pergi biarpun mengantuk. Natalie takut penyakit Alexa kambuh.Setelah demam Alexa turun, dia batuk parah. Natalie juga tidak merasa repot. Dia memasak obat batuk dari biwa.Natalie merawat Alexa dengan cermat. Alexa sembuh dengan cepat dan terlihat energik.Sementara itu, Natalie malah makin kurus. Dita

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 257

    Di dalam rumah, Natalie bertatapan dengan Alexa. Ekspresi Alexa terlihat kesal, dia sangat tidak senang. Alexa juga tidak bisa mengamuk karena ada gadis muda di depannya.Suasana hati Alexa makin buruk. Dia pun memejamkan matanya. Ekspresi Alexa sangat masam.Natalie yang duduk bersila di depan Alexa bertanya, "Pak Alexa, apa kamu juga diculik dan dibawa ke pulau ini?"Alexa tetap memejamkan matanya dan menyahut dengan ketus, "Jelas-jelas kamu tahu, tapi masih bertanya!"Natalie mendesah, lalu menimpali, "Sebenarnya aku juga sama. Bertahun-tahun yang lalu, Pak Alexa berkelana di banyak tempat. Banyak orang di dunia medis nggak bisa menemukanmu. Nggak disangka, kamu jatuh ke tangan Hardi."Alexa membuka matanya dan melihat Natalie seraya mengernyit. Dia bertanya, "Apa hubunganmu dengan Hardi?"Natalie menunduk. Dia tersenyum getir dan menyahut, "Ceritanya panjang."Natalie menjelaskan hubungannya dengan Hardi secara singkat. Setelah mendengar penjelasan Natalie, Alexa terdiam sejenak. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status