Share

Bab 7

Author: Fara Kinara
Natalie menoleh, melihat wajah Denzel yang tampan dan penuh karisma. Pria ini mengenakan jas hujan hitam, memegang payung, melangkah cepat mendekatinya.

Hujan di atas kepala tidak mengenai Natalie lagi. Denzel menunduk, menyapukan pandangannya ke wajah Natalie yang basah kuyup, lalu berkata dengan singkat dan tegas, "Masuk mobil."

Di awal musim panas seperti ini, udara masih dingin. Natalie memeluk tubuh sendiri. Bibirnya sudah pucat, tetapi dia tetap bersikeras. "Nggak usah urusin aku."

Dia tidak ingin berutang budi pada Denzel.

Denzel benar-benar kehabisan kata-kata melihat sikap keras kepala Natalie. Di situasi seperti ini mau masih sok kuat?

"Kelihatannya kamu ingin fashion show di jalanan ya," ejek Denzel.

Natalie mengenakan kemeja putih yang kini basah kuyup dan tembus pandang, bahkan branya terlihat dari luar. Karena dadanya cukup besar, tangannya saja tak cukup menutupi, membuat pejalan kaki di sekitar tak kuasa melirik.

Ekspresi Natalie seketika tampak canggung. Dia menggigit bibir, lalu berujar, "Bukan urusanmu ...."

Sebelum dia sempat menyelesaikan kata-katanya, pandangannya tiba-tiba menggelap. Tubuhnya melemas, lalu dia terjatuh ke pelukan Denzel.

Denzel mengerutkan alis. Satu tangannya merangkul pinggang Natalie. Dia pun membawanya ke Maybach di pinggir jalan, menaruhnya di kursi penumpang.

Natalie basah kuyup. Kemeja putih membungkus lekuk tubuh yang indah. Entah bagaimana, salah satu kancing terbuka, memperlihatkan kulit putihnya.

Tatapan Denzel menjadi suram untuk sesaat. Dia melepaskan jas hujannya, meletakkannya di atas tubuh Natalie. Setelah itu, dia baru menyalakan mesin mobil.

Entah berapa lama kemudian, Natalie kembali membuka matanya dan melihat langit-langit putih di atasnya.

Natalie bangkit, lalu teringat kembali segala hal yang terjadi sebelum dirinya pingsan. Hujan deras, bertemu Denzel. Jadi, dia berada di apartemen tempat mereka pernah melakukan hubungan intim?

Natalie masih tertegun saat suara rendah masuk ke telinganya. "Sudah bangun?"

Pandangan Natalie tertuju pada sosok familier di depannya.

Denzel mengenakan pakaian rumah berwarna abu. Rambut hitamnya yang sedikit acak-acakan jatuh di dahinya. Aura sangar sedikit mereda, tetapi mata tajamnya masih terlihat dingin.

Natalie memperhatikan lutut dan telapak tangannya. Semuanya dibalut perban, yang berarti lukanya sudah ditangani.

Dia hendak mengucapkan terima kasih, tetapi terdengar suara Denzel yang mengejek. "Sudah terluka masih hujan-hujanan. Sepertinya kamu sudah bosan hidup."

Natalie terdiam. Denzel memang jarang mengucapkan kata-kata yang enak didengar, tetapi setidaknya pria ini sudah membantunya. Sudahlah, cukup bersabar.

Dengan suara serak, Natalie berucap, "Terima kasih sudah menolongku."

Denzel duduk di sofa tunggal, mengangkat alisnya. "Hanya satu kata terima kasih? Sekarang kamu punya satu utang budi padaku. Gimana kamu akan membalas?"

"Kamu mau apa?"

Denzel menyalakan rokok, mengisapnya. Sesaat kemudian, dia melirik sekilas. "Utang budi antara pria dan wanita .... Menurutmu, gimana cara paling tepat buat bayar?"

Isyarat itu terlalu jelas. Natalie tentu memahami maksud tersembunyinya. Wajahnya memucat. "Aku nggak akan tidur denganmu. Ganti syaratnya."

Terakhir kali karena terdesak, dia salah langkah. Kini, dia tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.

Denzel membuat sebuah lingkaran dengan asap rokok, menatap Natalie dengan santai. "Kalau begitu, simpan saja dulu."

Natalie menghela napas lega, lalu bangkit dari sofa dan berkata dengan serius, "Bagaimanapun, aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Kalau ada kesempatan, aku pasti akan balas kebaikanmu."

Tanpa menunggu respons, dia segera berbalik dan keluar dari apartemen itu.

"Kamu berniat pergi begitu saja?"

Natalie menoleh, bertanya balik dengan bingung, "Kenapa? Nggak boleh?"

Denzel menggigit rokok sambil menatapnya dengan alis terangkat. "Coba lihat apa yang kamu pakai."

Natalie menunduk. Tadi dia hanya memeriksa lukanya, tak memperhatikan pakaiannya. Sekarang dia mengenakan kemeja putih longgar pria, bahkan tak memakai celana dalam ....

Selain Denzel, siapa lagi yang punya akses untuk mengganti pakaiannya? Artinya, seluruh tubuhnya telah dilihat oleh pria ini ....

Wajah Natalie mendadak merah seperti terbakar, entah karena malu atau marah.

Denzel yang licik langsung mengetahui isi pikiran Natalie. Seketika, dia berniat mempermainkannya. "Aku bukan cuma gantiin bajumu, tapi juga mandiin kamu biar nggak masuk angin."

Wajah Natalie semakin merah. Bukan hanya pakaiannya yang diganti, tetapi dia juga dimandikan. Bukan hanya dilihat, bahkan disentuh .... Semua dilakukan atas nama "kebaikan", membuatnya tak bisa berkutik!

Denzel menikmati wajah merahnya itu. Tatapan suramnya tampak nakal. Tanpa berbasa-basi, dia bangkit menuju ruang cuci, mengambil kemeja dan celana jeans wanita yang telah kering, lalu memberikannya kepada Natalie.

Natalie buru-buru membawa pakaian ke kamar tamu untuk berganti. Setelah selesai, dia keluar. Wajahnya masih merah dan suaranya terdengar gugup. "Aku pergi dulu."

Kakinya bergerak dengan cepat, seolah-olah ingin kabur.

Denzel mematikan rokok. Tebersit senyuman misterius pada tatapannya. Melihat Natalie berpura-pura polos membuatnya merasa terhibur. Dia ingin tahu, sampai kapan gadis itu akan bersandiwara.

....

Keesokan harinya, Natalie kembali menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah pacar Robert. Namun, dia tetap tidak bertemu calon kakak iparnya itu.

Motif Robert menyerang adalah karena Marlon menggoda pacarnya. Hal itu yang membuatnya tak tahan dan akhirnya menyerang. Saat kejadian, Natalie langsung menemui pacar Robert untuk mengonfirmasi. Namun, dia sudah pergi ke luar negeri dan tak bisa dihubungi.

Sampai hari ini, wanita itu belum kembali. Pikiran Natalie dipenuhi berbagai spekulasi. Jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 100

    Lembah Haiti terletak jauh dari pusat kota, tersembunyi di antara pegunungan hijau dan aliran sungai yang jernih. Sejauh mata memandang, semuanya tampak hijau dan menyejukkan. Aliran air yang jernih mengalir tenang dan sesekali terlihat beberapa ikan kecil berenang dengan riang.Berhubung biayanya yang cukup mahal, pengunjung yang datang untuk berkemah di sini sangat sedikit. Hingga saat ini, hanya rombongan Natalie dan rekan-rekannya saja yang ada di lokasi.Suasananya tenang, sunyi, dan sangat damai.Para rekan kerja begitu antusias. Begitu turun dari kendaraan, mereka langsung tidak sabar untuk bermain air, sementara para pria turun ke sungai untuk menangkap ikan dan udang. Udara dipenuhi gelak tawa dan suara riang yang meriah dan menyenangkan.Natalie yang takut air, tidak ikut turun ke sungai. Dia duduk dengan tenang di pinggir kali sambil menyaksikan semua orang bermain dengan senang. Hatinya pun terasa ringan.Tiba-tiba, kursi kosong di sebelahnya terisi. Sesosok tubuh duduk di

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 99

    Ciuman Denzel kuat dan dominan seperti dirinya. Bagai badai yang datang tanpa peringatan, dia tidak memberi Natalie sedikit pun ruang untuk bernapas.Bibir dan giginya bersentuhan, menyapu dan menguasai tanpa ampun. Ciuman itu panjang dan dalam, seolah-olah tiada akhirnya.Entah berapa lama kemudian, Denzel akhirnya melepaskannya dengan napas terengah. Bibir tipisnya menempel di telinga Natalie. Suaranya rendah dan serak, "Rasanya enak juga dapat yang gratisan."Natalie terengah-engah, lalu menatapnya dengan wajah memerah. "Nggak boleh bilang kata itu lagi!""Boleh saja ... asal kamu tutup mulutku."Ciumannya kembali turun sebelum Natalie sempat menjawab.Tubuh Natalie masih lemas, mana mungkin dia punya tenaga untuk melawan? Dia hanya bisa menengadahkan kepala dengan pasrah, menerima ciuman yang nyaris membuatnya kehabisan napas.....Akhir pekan pun tiba.Natalie bangun pagi-pagi sekali dan menyiapkan barang-barang untuk pergi kamping. Suasana hatinya tampak sangat baik, bahkan dia b

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 98

    Tak terasa, para dokter magang sudah hampir setengah bulan bekerja. Berhubung departemen bedah selalu sibuk, mereka belum menemukan waktu untuk mengadakan acara penyambutan bagi para pendatang baru.Menjelang akhir jam kerja hari itu, Hardi masuk ke kantor sambil tersenyum dan mengumumkan kabar yang membuat semua orang antusias. "Sabtu ini, kita akan kamping bersama di Lembah Haiti."Seisi ruangan langsung dipenuhi suara diskusi yang antusias"Pemandangan di Lembah Haiti katanya bagus banget! Bisa nangkap ikan, cari udang .... Pelayanannya juga bagus dan harus reservasi jauh-jauh hari. Nggak nyangka kita bisa ke sana!""Aku dengar makanan dan perlengkapannya premium sekali, tapi harganya juga nggak murah. Dokter Hardi memang royal sekali!"Sementara semua orang asyik membahas, Hardi tetap tersenyum tenang lalu menambahkan, "Biar acaranya lebih seru, aku siapkan satu kegiatan kecil. Siapa yang mau tampil menunjukkan bakat, akan dapat hadiah kecil."Seseorang langsung penasaran, "Apa had

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 97

    Di perjalanan, Hardi membicarakan soal rencana pemulihan pasien dan juga menyebutkan bahwa tabib senior dari bagian pengobatan tradisional sangat mengagumi Natalie. "Natalie, kamu punya bakat besar. Kalau bisa lanjut studi lagi, masa depanmu pasti luar biasa."Nada Hardi benar-benar tulus. Tatapan matanya pada Natalie seperti sedang menatap sebuah harta berharga. "Kamu nggak pernah mempertimbangkan untuk lanjut S2 atau S3?"Natalie tersenyum tipis. "Memang belum pernah terpikirkan." Kondisi keluarganya membuat jenjang pendidikannya harus berhenti di sana.Hardi tampak memahami situasinya, lalu berkata dengan hati-hati, "Kalau kamu bersedia, aku bisa bantu carikan beasiswa untuk studi ke luar negeri."Natalie membelalakkan mata terpaku sesaat. "Apa?"Khawatir terjadi salah paham, Hardi segera menjelaskan, "Bukan dari dana pribadi, tapi melalui Rumah Sakit Barntic. Rumah sakit kami sangat menghargai talenta dan terbuka untuk mendanai pengembangan tenaga medis. Tentu saja, ada syaratnya.

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 96

    Natalie mengetuk pintu lalu masuk ke dalam. "Pak Hardi, saya mengantarkan barang."Hardi masih sedang berdiskusi dengan asistennya. Dia menoleh sekilas dan berkata, "Taruh saja di atas meja.""Baik."Setelah menaruh barang, seharusnya Natalie segera pergi. Namun, langkahnya malah terhenti. Dia memasang telinga, mencuri dengar isi diskusi mereka.Hardi menyadarinya dan menatap ke arahnya dengan heran. "Natalie, kamu masih ada keperluan?"Natalie membuka mulut, sempat ragu apakah harus bicara atau tidak. Namun akhirnya dia memberanikan diri dan berkata, "Pak Hardi, saya juga sudah cukup memahami kondisi pasien. Mengenai pemulihan pascaoperasi, saya punya sebuah usulan ... tapi nggak tahu apakah pantas untuk disampaikan atau nggak."Hardi menunjukkan ketertarikan. "Coba katakan.""Sebelum operasi, pasien sudah mengonsumsi banyak obat. Saya khawatir beban pada fungsi livernya sudah cukup berat. Kalau setelah ini masih terus diberi obat-obatan barat, hasilnya mungkin nggak akan terlalu baik

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 95

    Natalie memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik. Dalam waktu kurang dari dua minggu, dia berhasil keluar dari pola pikir sebagai mahasiswa dan menyesuaikan diri dengan ritme kerja rumah sakit yang sibuk dan penuh detail, bahkan menghadapinya dengan cukup luwes.Dia sangat rajin belajar. Setelah pelatihan keterampilan dan teori dasar setiap harinya, dia juga aktif membantu rekan-rekannya, berharap bisa mempelajari lebih banyak hal. Dia ingin secepat mungkin menjadi seorang dokter sejati.Bagian bedah memang selalu dipenuhi kesibukan. Semua orang seolah-olah selalu bergerak tiada henti. Hanya saat makan siang saja mereka bisa bernapas sedikit lega.Saat makan bersama rekan-rekan di sekitar meja makan, Natalie duduk di sebelah Hardi. Suasana yang santai membuat obrolan mengalir dan pembicaraan pun beralih ke operasi besar yang akan dilakukan sore nanti.Hardi menoleh melihat kedua asisten yang akan masuk ruang operasi bersamanya, lalu mengingatkan,"Nanti istirahat yang cukup dulu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status