Share

Hilang Tanpa Sisa

Author: She Sheila
last update Last Updated: 2024-03-02 03:11:41

"Saham milik ayahku dibekukan?"

Clara mendengus kesal mendengar berita yang tak hanya mengejutkan, tapi mampu membuat tensinya naik drastis. Charles, pengacara pribadi keluarganya ternyata sudah hadir di kantor lebih dulu dari pada ia dan David. Nampaknya pria tua itu sengaja, untuk mengumpulkan data-data dan juga informasi penting agar nantinya bisa disampaikan pada sang ahli waris seharusnya.

"Tapi kau adalah pengacara ayahku, Tuan Charles! Harusnya kau bisa membantuku untuk mendapatkan hakku sebagai anaknya!" kata Clara berusaha menekan.

Pria tambun berkacamata itu menggeleng pelan. Ia baru saja mendapatkan informasi bahwa Leo dan Amy telah menunjuk pengacara baru yang tentu saja membantu mereka untuk melawan Charles. Ditambah lagi munculnya petisi dari para pemegang saham lain yang tak mau gadis 25 tahun itu menggantikan posisi sang ayah.

"Aku akan coba melobi beberapa pemegang saham lain agar mau memberikmu kesempatan. Tapi aku butuh waktu, karena..."

"Aku tak butuh alasan apapun! Paman Leo dan Bibi Amy akan segera menguasai seluruh perusahaan jika terus dibiarkan seperti ini!" potong Clara yang tak henti memegangi pelipisnya yang berdenyut tak karuan.

Otaknya sedang tak bisa digunakan untuk berpikir. Perlawanannya nampak sia-sia jika miliknya terasa tak lagi berarti. Semua warisan sang ayah tak bisa gunakan karena ada Leo yang terus menekan. Bercapkan anak pembawa masalah dan pembunuh sang ayah, Clara harus siap menerima semua keadaan itu.

"Jadi menurutmu, apa yang harus Nona Clara lakukan saat ini?" tanya David yang sejak tadi lebih banyak diam dan berpikir daripada mengomel seperti yang dilakukan istrinya.

Charles menunduk takut. Hanya ada satu cara yang tentu tak akan mudah. Bahkan ia sangat yakin bahwa Clara tak akan mau mengikuti kata-katanya.

"Menurutlah dengan Tuan Leo, buat ia membuka hati untukmu," jawabnya yang langsung mendapat pelototan tajam dari Clara.

"Atau menerima tawaran itu dan membuktikan bahwa kau memiliki kemampuan untuk menggantikan ayahmu!" tambah David yang kini menatap gadis di sisinya dengan alis terangkat.

Dua cara yang tak mudah dan penuh dengan risiko. Mendekati Leo sama halnya dengan menjilat, satu cara yang paling anti dilakukan oleh Clara. Selama ini ia tak pernah diajarkan menjadi seorang munafik seperti itu. 

Sebaliknya, mengikuti saran dari David sama halnya melakukan sesuatu yang sia-sia. Perusahaan yang akan diberikan padanya adalah sebuah bisnis hancur nan berantakan. Tak akan mudah membuatnya bangkit kembali. Hanya ada dua pilihan, gagal atau menyerah. 

Manik abu Clara menatap selembar kertas petisi yang berisi nama-nama pemilik saham yang tentu saja rekanan bisnis sang ayah. Ia mengenal sebagian dari mereka, tapi tak pernah sekalipun berinteraksi dengan baik. Gadis itu lebih memilih pesta dibandingkan bekerja.

Sesal di hatinya terasa percuma. Ia tak ingin lagi berkutat dengan semua rasa bersalah itu. Tujuan utamanya adalah memperjuangkan kebenaran tentang kematian sang ayah dan juga mempertahankan perusahaan agar tak jatuh ke tangan yang salah.

"Itu terlalu berisiko untuk Nona Clara!" seru Charles memperingatkan.

"Apa yang berisiko?"

Sebuah suara diiringi tubuh tinggi besar yang masuk ke dalam ruangan membuat semua mata tertuju pada pria itu. Mata elangnya menatap tajam, penuh amarah. Langkah kakinya maju, bersama seorang wanita yang selalu menjadi buntutnya.

Leo dan Amy datang bersamaan, membuat jantung Charles berdegup kencang. Pria tua itu beranjak dari tempat duduknya dan mempersilakan salah satu Keluarga De Quinn itu untuk duduk, diikuti si bungsu yang mengambil posisi dengan anggun.

"Kalian membuatku curiga dengan mengadakan rapat tertutup seperti ini!" Leo bertanya dengan wajah penuh kecurigaan. Dengan tatapan tajam, ia memaksa Charlie untuk buka suara. "Kau merencanakan sesuatu?" tanyanya pada sang keponakan yang lebih banyak diam.

Gadis itu menggelengkan kepala. Wajah cantik itu terangkat bersama manik abu yang siap balik menyerang pamannya. Tangannya mendorong lembaran kertas berisi data saham milik sang ayah yang sudah pasti jatuh ke tangannya.

"Kenapa aku tak bisa menggunakan saham ini?" Clara balik bertanya dengan lantang.

Usianya baru 25 tahun, tanpa pengalaman yang berarti. Namun ia mengenyam pendidikan yang tak main-main. Sebuah alasan bodoh tak bisa membuatnya percaya begitu saja.

"Apa yang kau harapkan dengan saham ayahmu? Kepemimpinan? Keuntungan perusahaan? Atau... kekuasaan?" cecar Leo menahan gelak penuh ejek ke arah gadis kecil itu. Tangannya menarik lembaran milik Clara dan menyobeknya tanpa perasaan. "Semua ini tak ada gunanya!" jawab Leo sambil membuang sembarangan.

Clara menahan amarah yang sudah berada di ujung tenggorokan. Kalau saja tangan David tak menyentuh bahunya untuk tetap bersabar, pastilah ia sudah melompat dan memukuli pria tua itu. Rasa hormatnya hilang ketika Leo mulai menggerogoti perusahaan milik mendiang sang ayah dan menarik semua kekuasaan di tangannya.

"Tapi perusahaan ini milik ayahku! Sudah sepantasnya aku mendapatkan hakku!" tegasnya meminta semua miliknya kembali.

Namun Leo membalasanya dengan sebuah petisi yang sudah ditanda tangani oleh seluruh investor, pemilik saham dan juga kolega-kolega ayahnya. Judul yang tertera teramat jelas, yaitu tak akan membiarkan Clara De Quinn untuk memimpin perusahaan. Ada banyak alasan yang tak mungkin dijabarkan, tapi satu hal yang pasti yaitu kejadian antara dirinya dengan David.

Bibir bergincu itu bergetar hebat, tak sanggup berkata-kata. Tangannya meremas ujung gaun pendek berwarna putih yang baru saja ia kenakan dalam pernikahan sederhana beberapa jam lalu. Dadanya sesak, ingin tumpah ruah. 

"Ini hasil rapat hari ini. Sayang sekali kau tak bisa hadir! Harusnya kau hadir dan ikut menyaksikan bagaimana mereka tak menginginkanmu!" kata Leo semakin menyudutkan keponakannya sendiri.

"Jangankan mereka, ibunya saja tak menginginkan anak itu!" tambah Amy semakin membuat Clara berada di puncak amarah.

Gadis itu beranjak, tubuhnya tak hanya bergetar tapi juga menegang. "Ini tak ada hubungannya dengan ibuku!" serunya menunjuk wajah Amy. 

Wanita paruh baya itu ikut berdiri, memandang angkuh tanpa rasa takut. Ia memiliki banyak pengetahuan terkait masa lalu keponakannya itu. Sejak kecil ialah yang menjadi saksi hidup bagaimana hidup kakaknya berantakan hanya karena seorang wanita. Dan Clara adalah peninggalan terburuk kala itu.

"Bagaimana tidak? Bahkan perilakumu tak jauh beda dari pela..."

"DIAM!" seru Clara berteriak histeris. "Tutup mulutmu, Bibi!" perintahnya nyaris maju.

Namun David dan Charlie bergerak lebih cepat. Keduanya menahan tubuh gadis itu dan membawanya jauh ke belakang. Semakin Clara emosi, ekspresi bahagia semakin nampak di wajah paman dan bibinya. 

"Aku tak akan membiarkan kalian melakukan ini padaku! Kalian akan menyesal sudah memperlakukan ku seperti ini!" kata Clara seraya menepis tangan suaminya dan pergi dari ruangan itu dengan berurai air mata.

Tangisnya pecah bersama bibir yang bersumpah serapah tiada henti. Telunjuknya menekan tombol lift dengan kasar, namun pintunya tak kunjung terbuka. Hingga seseorang menahan lengannya dan membuat gadis itu menengadah terkejut.

"Apa yang kau..."

Pria itu menarik tangan Clara dan membawanya ke dalam pelukan. "Jangan tunjukkan air matamu pada siapapun, di mana pun!" kata David sembari menyembunyikan wajah merah padam gadis yang bersandar di dada bidangnya itu. "Hanya aku yang boleh melihatnya, ingat itu!" katanya seraya mengeratkan pelukan.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Clara Si Pemberani

    "Jadi apa yang harus aku katakan pada mereka?" tanya Clara yang sudah mondar-mandir sejak tadi.David membaca berkas yang sempat terlewat kemarin. Karena buru-buru pulang, ia mengambil keputusan tanpa pikir panjang. Dan akibatnya, hari ini ada sekelompok masyarakat yang melakukan demo di depan gerbang pabrik, hingga keduanya harus melalui pintu samping.Clara mengintip lewat jendela ruangannya. Matanya terkejut mendapati peserta demo yang semakin banyak. Sebagian dari mereka menuntut pencabutan keputusan pemecatan untuk beberapa orang, termasuk Ratna yang ternyata juga merupakan salah seorang putri daerah. Ialah alasan dari kegiatan demo kali ini."Tunggulah sebentar lagi, kita keluar setelah ada pihak kepolisian."Namun Clara langsung mengambil posisi di samping suaminya. Hatinya tak tenang, karena ini adalah pertama kalinya ia berhadapan dengan segerombolan orang yang tak dikenal. Bukan hanya itu, sikap anarkis dan teriakan penuh makian menggambarkan dengan jelas bagaimana kepribadi

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Saling Tuduh

    "Mobil sudah siap, kita berangkat sekarang!" teriak David dari luar kamar.Satu kalimat dari pria itu membuat Clara tersentak. Gadis itu diam untuk beberapa saat. Sejak semalam sikap mereka menjadi canggung. Lebih tepatnya sejak ciuman yang didaratkan suaminya itu tanpa aba-aba.Tentu saja itu bukan ciuman pertama mereka. Namun kali ini begitu membekas karena David membuat permainan mereka semakin dalam dan nyaris terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Beruntung keduanya masih cukup sadar diri.Gara-gara perbuatannya, David harus menerima takdir untuk tidur di luar. Ya, Clara mengusirnya dan melarang pria itu untuk tidur di kamar yang sama dengannya. Karena ia butuh istirahat dan melihat wajah suaminya membuatnya semakin tak bisa tidur."Aku turun!" katanya seraya bergerak untuk memulai hari.Dengan satu set pakaian kantor yang rapi, Clara pergi bersama David. Hanya mereka berdua tanpa ditemani sopir. Keduanya sepakat untuk bersama menjalankan tantangan dari Leo. Sehingga intensitas di

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Obat untuk Clara

    "Apa yang terjadi?" tanya David dengan telepon yang tersambung dengan pengeras suara di mobilnya.Pria itu mendengarkan dengan seksama penjelasan demi penjelasan yang diutarakan mantan bawahannya. Kepalanya berdenyut kencang setiap kali sesuatu terjadi pada sang istri. Bukan hanya karena Clara tengah sakit dan beristirahat di rumah, tapi juga karena secara kedewasaan, gadis itu masih cukup muda untuk mengemban tanggung jawab sebesar itu.Kakinya menginjak pedal gas semakin dalam, bersama fokus mata yang tak teralihkan dari jalanan. Tangannya memegangi kepala yang terus memutar otak untuk membuat gadisnya semakin kuat. Bukan untuknya, tapi minimal untuk diri Clara sendiri. Dan itu adalah tugas yang cukup berat bagi David.Clara hidup dengan bergelimang harta dengan jutaan pengawal dan pelayan yang biasa membantunya. Dengan kondisinya kini, ditambah keberadaan Amy dan Leo yang terus merongrong hartanya, maka semua tak akan bisa kembali seperti sedia kala. Gadis itu harus bisa belajar ma

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Ulah Leo

    "Tuan Putriku sedang sakit?" Wajah Leo yang masuk tanpa permisi ke kamar keponakannya mendapat sambutan dingin. Gadis yang masih tergeletak di atas ranjang itu hanya memandang sengit. Tangannya menggenggam ujung bantal, siap melakukan lemparan jikalau pamannya itu mulai menyebalkan."Mau ku panggilkan dokter pribadiku? Atau ku antar ke rumah sakit untuk periksa?" tawarnya dengan senyum yang nampak ramah di luar.Clara memutar matanya malas. Ia sudah tahu betul bahwa kehadiran Leo hanya untuk mengejeknya yang sedang sakit. Tak ada maksud baik di hati pria yang sudah tinggal bersamanya sejak sang ibu meninggalkan rumah. Leo dan Amy berkedok malaikat yang akan menjaga keponakannya yang menderita, tapi kenyataannya tak demikian.Dua orang dewasa itu hadir untuk menjaga harta sang ayah, untuk dimiliki dan dikuasai berdua. Dan saat ini, semua nyaris menjadi nyata. Jika Clara tak segera bangkit dan terus bertumpu pada David yang memang banyak memberikan bantuan."Sudah ku katakan sejak awal

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Sakit Membawa Berkah

    "HATCHI!"Clara memeluk dirinya sendiri bersama selimut tebal di atas kasur empuk. Pendingin ruangan yang biasanya menyala, mendadak padam. Tentu saja karena kondisi sang pemilik yang sedang tak enak badan.Sejak pulang dari restoran, gadis itu langsung membersihkan diri dengan air hangat. Ditambah lagi semangkuk sup hangat dan secangkir teh yang nampaknya belum cukup mengobati rasa dingin yang semakin menusuk tubuhnya. "Kau yakin tak ingin ku antar ke rumah sakit?" tawar David yang masih bertahan dengan sofa empuk di ujung ranjang.Jarak keduanya memang tak terlalu jauh. Tapi keduanya masih setia untuk menjaga privasi masing-masing dengan pisah ranjang. Selain untuk menjaga diri, juga untuk meyakinkan bahwa semua hubungan ini hanya sebuah kesalahan yang diawali dengan ulah licik seseorang."I'm okay!" katanya dengan jari telunjuk dan jempol yang membentuk lingkaran pertanda ia masih baik-baik saja.Namun tak demikian yang dilihat oleh David. Mata istrinya berair, dengan ingus yang m

  • Jebakan Ranjang Nona Muda   Mengenal David

    "Jadi ayahku yang membiayai sekolahmu?" tanya Clara tak percaya. Cangkir di tangannya bergetar hebat, saking bingungnya dengan semua kebaikan sang ayah yang tak pernah ditunjukkan pada putri semata wayangnya.Sebagai anak, Clara merasa begitu tak tahu diri. Bukan hanya dalam hal berbakti, tapi juga mengetahui sifat dan sikap sang ayah, yang sebenarnya. Semua kebaikan yang dilakukan Tuan Bernardo hanya bisa ia dengar tanpa pernah ia ketahui dengan mata kepalanya sendiri.Seperti yang sudah diterima oleh David. Semenjak lepas dari pekerjaan pengawalnya yang lama, pria itu ternyata sudah direkrut oleh sang ayah dan langsung disekolahkan kembali. Pria yang kala itu masih menjadi karyawan baru, mendapatkan banyak sekali keuntungan yang bisa saja dimanfaatkan menjadi tak baik.Namun David yang pada dasarnya memang ingin menuntut ilmu membuat kepercayaan Bernardo semakin besar. Tak hanya itu, suami dari Clara De Quinn itu terus setia, kapanpun dan di mana pun sang ayah berada. Belum cukup sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status