Share

Pemeriksaan

Penulis: Simplyree
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-01 17:01:15

“Kita keluar sekarang?” tanya Evan pelan setelah memarkirkan mobil di parkiran rumah sakit.

Ivy mengangguk pelan, “Iya.”

Evan membuka pintu lalu turun lebih dulu. Ia berjalan ke sisi lain dan membuka pintu untuk Ivy.

“Ayo,” ucapnya singkat.

Ivy turun dengan hati-hati lalu berdiri di samping Evan. Setelah memastikan pintu tertutup rapat, keduanya pun berjalan beriringan menuju pintu masuk rumah sakit.

Begitu memasuki area lobi yang cukup tenang, Evan langsung mengarahkan langkah ke arah lift. Ivy mengikutinya dari sisi kanan. Ia sesekali menoleh ke sekeliling, memperhatikan pasien yang duduk di ruang tunggu dan perawat yang lalu lalang dengan wajah sibuk.

Mereka berhenti di depan lift yang baru saja tertutup. Tak lama kemudian, bunyi ting terdengar dari lift di sebelah dan pintunya terbuka.

“Ayo masuk,” kata Evan, mempersilakan Ivy melangkah lebih dulu.

Ivy melangkah masuk dan berdiri di sisi kiri lift. Evan menyusul di sampingnya lalu menekan tombol menuju lantai tempat praktik dok
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Permainan malam hari

    Setelah acara selesai dan para tamu satu per satu berpamitan pulang, suasana rumah mulai sepi. Namun Ivy masih belum bisa beristirahat sepenuhnya. Ia masih harus menghadapi ibu mertuanya, Ela, yang sejak tadi terus membujuknya dan Evan untuk menginap.“Sekali-kali dong kalian nginep di sini, biar rumah bisa agak rame,” bujuk Ela sambil tersenyum, suaranya penuh harap. Ivy menoleh pada Evan yang tengah duduk di sofa dengan kepala tertunduk. Ia menimbang jawaban sebelum akhirnya berkata pelan, “Aku ikut Mas Evan aja maunya gimana.”Evan mengangkat wajah, ia menatap istrinya sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke ibunya. “Kalau Bunda maunya begitu ya nggak apa-apa kita turutin. Tapi besok pagi kami harus langsung pulang, karena saya harus pergi ke kantor,” ucapnya datar.Wajah Ela langsung berseri. “Nah, gitu dong,” ucapnya senang. Tapi ekspresinya segera berubah saat matanya kembali menatap anak lelakinya. “Eh, tapi kamu kenapa sih kalau di rumah ngomongnya formal banget? Pake ‘saya-sa

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Hadiah istimewa

    Mobil perlahan berhenti di halaman parkiran rumah yang sudah dipenuhi oleh deretan mobil para tamu. Keduanya kemudian melangkah masuk ke dalam rumah tempat acara akan dilaksanakan.Ivy sempat tertegun. Matanya menyapu ruangan yang telah dihias dengan lampu gantung kristal dan bunga-bunga di setiap sudut. Tamu-tamu berdandan rapi, suara percakapan dan tawa terdengar samar bercampur musik lembut yang mengalun dari sudut ruangan.“Lihat tuh, siapa yang datang?”Ivy spontan menoleh ke arah sumber suara. Seorang wanita paruh baya berbalut kebaya merah delima menunjuk ke arahnya dan Evan. Beberapa tamu di sekitarnya ikut menoleh, membuat Ivy merasa sedikit canggung.Ia menampilkan senyum kaku, tidak tahu harus membalas dengan cara apa.“Ayo, kita ke sana,” bisik Evan lembut di telinganya. Ia lalu menuntun Ivy menuju meja paling depan, tempat wanita itu berada.“Selamat malam, Tante. Ini Ivy, istriku,” ucap Evan sambil sedikit menunduk hormat.Wanita itu menyambut dengan senyum ramah dan men

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Orang yang sama

    "Kenapa harus dia?" tanya Evan dengan tajam."Aku juga awalnya ngga tahu kalau manajer di sini ternyata dia," jawab Ivy dengan hati-hati.Setelah itu hening. Evan tidak membalas lagi. Ia memandang ke arah toko yang tampak sepi. Wajahnya menyiratkan kekesalan yang tak biasa. "Waktu kamu tahu dia ada di sini kenapa kamu ngga langsung pergi? Kenapa kamu tetap mau beli kado di sini? Emangnya ngga ada tempat lain lagi?" tanyanya menggebu-gebu. Ivy yang diberikan pertanyaan beruntun itu hanya bisa diam. Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Evan ada benarnya juga. Sehingga apapun yang akan ia katakan sepertinya tak ada gunanya. "Ngga bisa jawab kan? Itu artinya kamu emang cuma beralasan pengin ketemu dia, padahal masih banyak tempat lain di dunia ini yang jual kado," lanjut Evan."Ngga gitu, ak-" "Cukup! Jangan bicara lagi! Biar saya aja yang ngambil pesanan kamu, kamu duduk diam di sini, jangan pergi kemana-mana!" perintah Evan dengan tegas. Ia merasa tidak butuh pembelaan apapun dari ist

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Pelayanan terbaik

    Ivy melirik Evan yang duduk di sampingnya dengan takut. Pria itu belum juga menjalankan mobilnya padahal mereka sudah masuk ke dalam mobil sepuluh menit yang lalu. Evan juga hanya menatap ke arah depan tanpa berkata apapun.“Ekhem. Kita kapan mau pergi dari sini?” tanya Ivy pelan.Evan masih tetap diam. Ivy benar-benar tidak tahu isi pikiran pria itu dan apa yang harus ia lakukan saat ini.“Kamu marah gara-gara tadi? Aku ngga beneran suka sama Andre kok, aku tadi Cuma bercanda,” ucap Ivy. Namun pria itu masih terdiam.“Aku serius, aku ngga mungkin suka sama dia. Aku kan udah nikah sama kamu.” “Bicara dong jangan diem aja. Kalau kayak gini aku gatau ma-“ Ucapan Ivy terhenti karena tiba-tiba saja Evan menempelkan bibirnya kepada bibir Ivy. Ivy begitu terkejut, ia memukul-mukul bahu Evan agar pria itu segera berhenti.“Kamu udah gila ya? Kalau ada yang liat gimana?!” seru Ivy sambil menoleh ke arah samping jendela. Ia takut kalau ada orang yang melihat perbuatan mereka.Evan tersenyum

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Saling memaafkan

    "Berarti sekarang kita udah baikan?" tanya Ivy kepada Evan yang duduk di depannya. Saat ini mereka sedang makan di restoran yang berada di dalam mall."Emang sebelumnya kita berantem?" tanya Evan. Ivy langsung mengangguk. "Iya?""Ngga sih, kamu yang marah-marah sampai tidur di luar," jawab Evan lalu menyeruput kopi hangatnya.Ivy melirik Evan dengan tatapan kesal. Ia malu sendiri harus mengingat-ingat penyebab pertengkaran mereka hanya karena ponsel."Udah sih jangan dibahas mulu!" seru Ivy. Pipinya yang penuh karena sedang mengunyah membuat perkataannya tak jelas.Evan menggelengkan kepala. "Kalau ngomong jangan sambil makan!" ucapnya. Sesekali ia meregangkan kakinya yang terasa pegal karena terlalu lama berdiri dan berkeliling bangunan yang luas ini.Ivy yang di depannya buru-buru ingin menyelesaikan kunyahan terakhirnya, karena ia memiliki banyak pertanyaan yang harus diajukan kepada suaminya ini."Pelan-pelan aja kalo makan, nanti kesedak," ucap Evan. Ia mengelap wajah Ivy yang t

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Menunggu

    Menunggu perempuan berbelanja menjadi salah satu kegiatan yang paling Evan benci. Dulu ketika belum menikah ia selalu dipaksa untuk menemani ibunya berbelanja dan sekarang setelah menikah pun ia masih tetap di suruh menunggu istrinya. Sebenarnya ia bisa saja pergi dan menyuruh anak buahnya untuk menemani Ivy, namun setelah kejadian tadi ia ingin selalu berada di dekat istrinya. Evan melirik anak buahnya yang berdiri di sampingnya, mereka tampak lelah karena berdiri hampir dua jam untuk menunggu Ivy selesai berbelanja. Selama dua jam itu pula Ivy berkeliling tanpa lelah."Kalian tunggu di mobil aja, biar saya aja yang nemenin," ucap Evan. "Baik tuan," jawab salah satu diantara mereka. Akhirnya keempat anak buah Evan pun pergi. Mereka tampak bersyukur karena bisa beristirahat dan menunggu di dalam mobil. "Sebenarnya dia mau beli apaan sih?" gumam Evan penasaran. Ia lalu berjalan mendekati Ivy yang masih tampak serius memilih produk makeup. "Masih belum selesai?" tanya Evan.Ivy meng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status