"Bruuggk... "
Sofian terjatuh dalam posisi terduduk, akibat terpeleset dilantai yang masih basah dan juga licin. Laras yang melihatnya pun segera berlari kearah Sofian, namun sayangnya... Laras pun ikut terjatuh saat sudah berada dekat dengan suaminya. Sehingga, tubuhnya menimpa tubuh Sofian yang sudah lebih dulu berada dilantai. Keduanya merasa sangat kaget dengan posisi mereka saat ini, Laras yang merasa malu segera bangun dari membetulkan pakaiannya. Sedangkan Sofian, hanya memasang wajah kesal dan menatap datar pada istrinya itu. "Kamu itu punya fikiran tidak? Sudah tau lantainya basah, kenapa tidak dikeringkan?" tanya Sofian, dengan wajah merah. "Maaf Mas! Tadi aku sudah mengingatkan kalau lantainya masih basah karena baru saja dipel, tapi Mas tidak mau mendengarkan perkataanku, dan Mas terus saja berjalan! Lagi pula setelah dipel memang harus menunggu beberapa saat, baru lantainya akan kering sendiri!" jawab Laras, ia merasa tidak enak hati karena sudah membuat suaminya itu terjatuh. "Banyak alasan! Bilang saja kalau kamu itu memang tidak becus mengerjakan pekerjaan rumah? Atau mungkin, kamu itu memang sengaja mau membuat aku terjatuh seperti tadi, iya kan?" tuduh Sofian, membuat Laras menggelengkan kepalanya. "Tidak Mas! Aku sama sekali tidak punya fikiran buruk seperti itu, apalagi berniat membuat Mas Sofian terjatuh!" bantah Laras. "Ternyata kamu itu benar-benar licik ya? Aku tau kamu itu sakit hati karena perkataanku yang kemarin, tapi aku tidak menyangka kamu akan membalasku dengan cara membuatku celaka seperti ini!" Sofian masih memojokkan Laras, supaya wanita itu merasa bersalah. "Mas, apa yang Mas katakan itu sama sekali tidak benar! Ini memang murni kesalahan Mas sendiri yang sama sekali tidak mau mendengarkan omonganku! Tapi sekarang, kenapa Mas malah menyalahkan aku seperti itu?" jawab Laras, ia mulai tidak tahan dengan tuduhan Sofian terhadapnya. Sofian menatap nyalang kearah perempuan itu, ia tidak menyangka kalau wanita yang sudah menjadi istrinya itu berani menjawab perkataannya. "Memang kamu yang salah! Apa kamu tau, gara-gara kamu sekarang pinggangku jadi sakit begini!" keluh Sofian sambil memegangi pinggangnya. "Aku benar-benar minta maaf, Mas!" kata Sarah lagi, sambil menundukkan kepalanya. Mendengar permintaan Maaf yang terlontar dari bibir wanita cantik dihadapannya, kemarahan Sofian bukannya mereda, ia berjalan kearah ember yang berisikan air bekas mengepel, lalu... "Bruuaakk... " Sofian menendang ember itu, sampai-sampai air bekas mengepel tersebut tumpah dilantai. Laras sangat terkejut melihat kelakuan Sofian, ia hanya menatap nanar pada suaminya itu karena sudah membuat pekerjaannya jadi bertambah, ia harus membersihkan lagi air kotor diatas lantai yang baru saja siap dipel olehnya. Laras menarik nafas lelah, namun dia tidak berani memprotes tindakan suaminya, akhirnya ia hanya diam saja tanpa berkata apapun. Sedangkan Sofian malah tersenyum sinis. Kemudian ia berlalu dari hadapan Sarah, dengan berjalan tertatih-tatih akibat rasa sakit dipinggang dan juga kakinya dikarenakan terjatuh tadi. Laki-laki itu mengurungkan niatnya yang ingin melangkah masuk kekamar, saat ia mendengar bel dipintu rumah berbunyi. "Ting tong..." "Ting tong... " Laki-laki itu menatap pada sang istri yang hanya berdiri saja ditempatnya. "Kamu ngapain bengong disitu, apa kamu tidak mengerti kalau bel berbunyi itu tandanya ada tamu? Cepat, sana bukain pintunya, dan lihat siapa yang datang pagi-pagi begini?" ucap Sofian, dan Laras hanya menganggukkan kepalanya. Lalu ia pun berjalan kearah pintu, jemari lentiknya menarik handle pintu, dikarenakan pintu tersebut sama sekali tidak terkunci. "Ceklek." Begitu pintu depan terbuka, Laras tersenyum lebar karena yang datang adalah Cantika, Mama mertuanya. "Assalamu'alaikum, sayang!" ucap cantika yang berdiri didepan pintu, sambil tersenyum manis pada menantunya. "Wa'alaikumsalam ,Ma! Jawab Laras dengan sopan dan membalas senyum mertuanya itu. Kemudian ia mencium punggung tangan Cantika, dan mempersilahkan perempuan paruh baya itu masuk kedalam rumah. Cantika terbengong, saat melihat lantai rumah anaknya kotor dan banyak air yang tergenang dilantai, kemudian tatapan matanya beralih pada Sofian yang sedang berdiri sambil memegang pinggangnya. Laras segera menghampiri Cantika, yang hanya berdiri saja sambil menatap kekacauan didalam rumahnya. "Mama! Maaf ya, ini lantainya kotor banget! Kerena tadi saat mengepel aku tidak sengaja menyenggol ember, akhirnya air bekas mengepelnya jadi tumpah begini! Aku akan segera membersihkannya, Mama duduk dulu ya?" kata Laras sambil menuntun Mama mertuanya itu duduk diruang tamu. "Oh, tidak apa-apa Nak!" kata Cantika sambil duduk dikursi yang ada diruang tamu. Laras segera membersihkan kekacauan yang dibuat oleh suaminya, karena ia tidak enak pada Mama mertuanya, kalau membiarkan rumah terlalu lama dalam kondisi seperti itu. Sofian berjalan kearah Ibu kandungnya itu seraya menahan rasa sakit. Sementara Cantika hanya senyum-senyum melihat cara jalan anaknya. Sofian yang memperhatikan Cantika senyum-senyum sendiri merasa sedikit heran. "Mama itu kenapa sih, dari tadi senyum-senyum sendiri! Memangnya ada yang lucu?" tanya Sofian dengan raut wajah kesal. Cantika hanya menggelengkan kepalanya, lalu ia menarik sang putra agar duduk disebelahnya. "Hebat banget ya istri kamu, sampai-sampai pinggang kamu jadi encok seperti itu! Memangnya semalam berapa ronde?" bisik Cantika ditelinga anaknya. Sofian menautkan alisnya saat mendapat pertanyaan dari Mamanya itu. "Maksud Mama apa?" tanya Sofian kebingungan. Cantika menepuk keningnya mendengar pertanyaan polos dari putranya itu, apalagi ekspresi sofian terlihat seperti orang bodoh. "Kamu nggak usah pura-pura gitu deh! Kamu pasti sudah melakukan ritual malam pertamamu dengan Laras, kan? Udah, kamu nggak usah malu begitu! Justru mama merasa senang, karena tidak lama lagi Mama dan Papa akan mempunyai cucu!" ujar Cantika bersemangat. Sofian hanya melongo mendengar perkataan Ibu kandungnya itu. "Mama itu kenapa sih? Memangnya Mama tau darimana kalau aku dan Laras sudah melakukan malam pertama?" tanya Sofian, terlihat tidak suka. "Ya taulah! Buktinya pinggang kamu sampai sakit seperti itu, pasti semalam kalian berdua melakukannya dengan penuh semangat, kan?" ujar Cantika lagi, sambil menaik turunkan alisnya. Sofian menghembuskan nafas lewat mulutnya. "Mama itu fikirannya kemana sih, Ma? Mama pikir aku ini habis melakukan malam pertama dengan Laras? Mama itu salah! Pinggangku sakit begini karena ulah menantu Mama yang tidak becus mengerjakan pekerjaannya." jawab Sofian dengan wajah masam. "Tu kan, apa Mama bilang! pasti kalian... " "Stop Ma! Mama jangan berfikir yang macam-macam! Aku dan Laras sama sekali belum melakukan malam pertama seperti yang Mama katakan itu! Pinggangku sakit karena aku baru saja terjatuh dilantai! Itu semua gara-gara menantu kesayangan Mama!" ujar Sofian, menatap Mamanya dengan wajah kesal. Cantika hanya tercengang mendengar pengakuan anaknya itu. Kemudian, wanita berumur empat puluh lima tahun itu tertawa terbahak-bahak. "Hahaha... " Sofian yang melihat Mamanya tertawa malah semakin kesal. "Kok kamu bisa terjatuh sih Nak, memangnya kamu ngapain?" tanya Cantika, masih menahan tawa. Obrolan mereka terhenti, saat Laras membawakan minuman untuk mereka berdua. Wanita muda itu meletakkan dua cangkir teh diatas meja, dan mempersilahkan mertua dan juga suaminya itu meminumnya. "Silahkan diminum dulu tehnya Mas, Mama!" ujar Laras pelan. "Iya sayang! Terimakasih ya?" jawab Cantika, sambil tersenyum lembut pada menantunya. Sedangkan Sofian tetap memasang wajah datar, lalu ia menolehkan wajahnya menatap Cantika yang sedang memperhatikan menantunya. "Mama ngapain datang kemari pagi-pagi? Tanya laki-laki itu, sambil menatap pada sang Ibu. Sedangkan Cantika pun menatap putranya itu dengan kening berkerut. Bersambung...Laras menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matanya dengan Ibu jari, lalu ia berusaha tersenyum pada Hilda yang menatap kearahnya"Laras! Apa nggak sebaiknya kamu ceritakan masalah kamu ini kepada Paman dan juga Bibi? Kan kamu menikah dengan Mas Sofian karena keinginan mereka berdua? Mungkin saja mereka bisa memberikan solusi untuk masalah kamu sekarang? Kamu tidak boleh diam saja kalau suamimu itu membuat kamu tertekan seperti ini?" Hilda mencoba memberi saran pada sahabatnya itu."Aku rasa tidak perlu, Hilda! Aku yakin, aku bisa menghadapi semua ini! Dan aku tidak mau membebani Pak somad dan juga istrinya yang sudah sangat baik padaku selama ini!" jawab Laras."Kamu serius Laras? Apa kamu nggak takut kecewa nantinya, setelah berjuang mati-matian dalam membina rumah tanggamu, tapi laki-laki yang menjadi suamimu itu sama sekali tidak pernah menganggapmu. Dan apa yang akan kamu harapkan dari laki-laki seperti itu, Laras? Kamu hanya akan sakit hati! Jadi aku mohon sama kamu, ka
Hari ini Laras pergi berbelanja di supermarket, yang tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya bersama Sofian.Saat ia sedang memilih barang-barang belanjaannya, ia ditabrak oleh seseorang yang juga sedang berbelanja di supermarket tersebut."Brugg... "Barang belanjaan yang ia pegang terjatuh, dan orang tersebut segera meminta maaf karena tanpa sengaja dirinya sudah menabrak Laras."Maaf Mbak, aku nggak sengaja!" kata orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita."Iya, nggak apa-apa kok Mbak!" jawab Laras.Tanpa menatap kearah orang yang sudah menabraknya itu, Laras segera mengambil barang belanjaannya yang terjatuh.Wanita yang menabrak Laras itupun membantu Laras memunguti barang Laras yang berserakan di lantai.Saat keduanya saling menatap, Laras dan wanita itu sama-sama terkejut."Loh. Laras! Kok kamu bisa ada disini?" tanya wanita itu saat melihat Laras."Hilda! Aku nggak nyangka kalau kita akan bertemu disini!" ucap Laras dengan mata berbinar.Kedua wanita itupun saling ber
"M-Mas Sofian!" ujar Laras lirih seraya menatap laki-laki yang sudah berdiri disampingnya."Sudah aku katakan padamu! Jangan pernah berani masuk kekamarku tanpa izin, apa kamu tidak mengerti? Apalagi sekarang kamu dengan beraninya menyentuh barang-barangku! Ternyata, selain tidak punya harga diri, kamu juga tidak punya etika dan juga tata krama?" ucap Sofian dengan nafas naik turun karena menahan amarah."Ma-maaf Mas! Aku cuma ingin membersihkan kamarmu yang sangat berantakan." jawab Laras takut-takut.Sofian menarik tangan Laras, dan mencengkeramnya dengan sangat kuat."Aaww... Sakit Mas!" pekik laras."Apa aku meminta pertolonganmu? Dan apa aku juga pernah menyuruhmu untuk membereskan kamarku? Tidak, bukan? Lantas, kenapa kamu beraninya masuk kekamarku disaat aku tidak ada? Kamu itu benar-benar wanita yang tidak punya sopan santun! Sekarang cepat keluar dari kamarku, karena aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!" Sofian menatap wajah istrinya dengan tatapan angkuh.Lalu laki-laki it
"Loh, kok kamu bertanya seperti itu? Apa kamu merasa tidak senang kalau Mama berkunjung kemari, kerumah anak dan menantu Mama sendiri? Kalau memang kamu tidak mau Mama datang kemari, lebih baik sekarang Mama pulang aja!" kata Cantika pura-pura bangun dari tempat duduknya."Eh, maaf Ma! Bu-bukan begitu maksud aku! Aku senang kok kalau Mama mau datang kemari! Tapi tumben, Mama kok bisa datang pagi-pagi kesini? Biasanya kan, Mama itu selalu sibuk!" jawab Sofian, sambil memegangi tangan Cantika yang hendak berdiri."Oh, begitu? Mama fikir tadi kamu itu nggak suka kalau Mama datang kerumah baru kamu ini!" Cantika pura-pura sewot."Mana mungkin aku tidak menyukai kedatangan Mama kemari? Rumah ini saja pemberian Mama dan Papa untuk kami berdua! Jadi kalian bebas kok mau datang kesini sesuka hati." Sofian berusaha menyenangkan hati sang Mama."Mama cuma mau ngasih kunci mobil punya kamu ini! Biar kamu nggak marah-marah dan mengomel lagi seperti kemarin!"Cantika berkata sambil meletakkan kunc
"Bruuggk... "Sofian terjatuh dalam posisi terduduk, akibat terpeleset dilantai yang masih basah dan juga licin.Laras yang melihatnya pun segera berlari kearah Sofian, namun sayangnya... Laras pun ikut terjatuh saat sudah berada dekat dengan suaminya.Sehingga, tubuhnya menimpa tubuh Sofian yang sudah lebih dulu berada dilantai.Keduanya merasa sangat kaget dengan posisi mereka saat ini, Laras yang merasa malu segera bangun dari membetulkan pakaiannya.Sedangkan Sofian, hanya memasang wajah kesal dan menatap datar pada istrinya itu."Kamu itu punya fikiran tidak? Sudah tau lantainya basah, kenapa tidak dikeringkan?" tanya Sofian, dengan wajah merah."Maaf Mas! Tadi aku sudah mengingatkan kalau lantainya masih basah karena baru saja dipel, tapi Mas tidak mau mendengarkan perkataanku, dan Mas terus saja berjalan! Lagi pula setelah dipel memang harus menunggu beberapa saat, baru lantainya akan kering sendiri!" jawab Laras, ia merasa tidak enak hati karena sudah membuat suaminya itu terj
Laras sedang sibuk berkutat didapur, ia ingin memasak makanan untuk makan malamnya dan juga Sofian.Tidak banyak makanan yang ia masak, ia hanya memasak seadanya karena ia belum berbelanja kebutuhan dapur.Laras hanya memasak sayur sop dan juga ayam goreng, karena hanya itu saja yang ada didalam kulkas yang sudah disediakan oleh kedua orang tua Sofian.Setelah makanan matang, Laras segera menyajikannya dimeja makan.Hatinya ragu untuk mengajak suaminya makan malam, tapi ia merasa tidak enak kalau harus makan sendiri tanpa mengajak sang suami.Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Sofian, dan mengajaknya makan bersama.Laras berjalan kekamar suaminya, dengan hati yang sedikit was-was, tangannya mengetuk pintu kamar yang dihuni oleh suaminya tersebut."Tok... Tok... Tok...""Tok... Tok... Tok... "Laras mengetuk pintu berulang kali, namun tidak ada tanda-tanda pintu kamar itu akan dibuka dari dalam.Laras memanggil sang suami dengan suara pelan, namun bisa terdengar sampai kedalam kama