Share

Bab 48

Seorang perawat tergopoh-gopoh masuk ke ruangan. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" tanya perawat ramah.

"Saya nggak tahu, Suster. Pasien tiba-tiba tertawa keras, kemudian menangis sesenggukan seperti ini." Perawat itu menatap Ardia yang masih menangis di dalam dekapan Ramon.

Pelan perawat itu mendekati Ardia, ditepuknya pelan pundak gadis itu. "Mbak, Mbak Ardia! Ada yang dikeluhkan?" Suara perawat terdengar lembut.

Ardia melerai pelukannya, dia mengusap air mata, sebelum menatap sang perawat dalam-dalam. Tak disangka Ardia ganti memeluk perawat itu.

Ramon dan suster saling tatap, keduanya bingung, tak mengerti kenapa Ardia jadi begini.

"Saya bahagia, Sus. Sangat bahagia. Saya nggak harus mengandung anak iblis itu, lagi"

Ramon lega luar biasa. Dia pikir kondisi mental Ardia makin memburuk, setelah tahu dirinya keguguran. Ternyata dia justru bahagia.

"Suster tahu, yang paling saya takutkan kalau anak itu lahir dan saya terpaksa membesarkannya. Bayangkan! Sepanjang hidup saya pasti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status