MasukSaat langit belum terang, terlihat seorang pelayan buru-buru masuk ke dalam ruang tidur Nyonya Muda.
Belum sempat masuk ke ruang dalam, dari balik layar brokat semi transparan, sang pelayan terkejut ketika melihat sang majikan telah duduk di pinggiran tempat tidur dengan aura di sekelilingnya yang entah mengapa terasa mencekam. Ia merasa agak merinding dengan keadaan yang tidak biasa ini sehingga hanya berdiri terpaku di depan layar penyekat ruangan, tidak berani melangkah masuk. Li Yuan tertegun. Pertama kali sadar, ia pikir secara ajaib nyawanya berhasil dipertahankan. Namun ketika melihat keadaan sekitarnya, ia segera menyadari desain ruangan tempatnya berbaring cukup ketinggalan zaman. Tidak merasakan jejak rasa sakit yang seharusnya dirasakannya setelah tertusuk oleh bilah panjang, ia merasa semakin aneh. Hanya dadanya yang terasa sedikit tidak nyaman. Ia mengulurkan tangan untuk meraba bagian dada yang sebelumnya terasa amat sakit, namun tidak menemukan perban yang harusnya ada untuk membalut luka dan ajaibnya luka yang ada sebelumnya telah lenyap tanpa bekas. Setelah keanehan itu, ia segera menemukan bahwa tangan yang digunakan untuk memeriksa luka tadi memiliki jari-jari yang begitu ramping dan halus dan pergelangannya sendiri setipis bambu muda. Ini jelas bukan tangannya. Tangan yang telah digunakannya dalam berbagai latihan berat hingga menghasilkan tangan dengan otot-otot yang kencang. Belum lagi bekas-bekas luka yang ia miliki sebelumnya yang merupakan cendera mata dari hasil pertarungan dengan sesama rekan anggota organisasi maupun dari saat ia bertugas sebagai rekan pendamping. Kulit aslinya, meskipun putih namun jelas tidak secerah dan sehalus ini. Jelas tangan ini tidak pernah digunakan untuk melakukan pekerjaan berat. Bahkan mungkin tidak pernah melakukan pekerjaan sama sekali. Dia sudah lama kehilangan kulit yang seharusnya dimiliki seorang gadis muda seperti ini. Li Yuan segera menyadari perubahan situasinya. Ia bangun dari tempat tidur dan pergi mengambil cermin perunggu yang diletakkan di atas meja rias tak jauh dari ranjang. Saat bercermin, benar saja pantulan itu bukanlah dirinya yang biasa. Menoleh ke kiri dan ke kanan, di cermin segera terpantul bayangan seorang wanita muda berusia sekitar enam belas atau tujuh belas tahun dengan wajah seputih giok yang memancarkan keanggunan yang halus. Li Yuan perlahan menurunkan cermin itu ke sisinya. Ia termenung lama. Ini..apakah jiwanya telah berpindah ke tubuh orang lain? Kalau benar seperti itu, apakah ini adalah kesempatan hidup lain yang di berikan langit kepadanya? Tiba-tiba sekelebat ingatan lain terbangun dalam dirinya. Penglihatan-penglihatan cepat itu seakan menceritakan secara singkat hal-hal yang telah dialami oleh wanita pemilik asli tubuh baru ini selama hidupnya. Li Yuan segera menyadari sebuah kebenaran yang tidak sempat disadari oleh wanita pemilik tubuh ini. Sebenarnya, orang-orang di kediaman ini telah lama merencanakan untuk membunuhnya. Meskipun merasa nasib wanita ini sangat malang, namun ia tidak merasakan perasaan yang lebih dalam dari itu. Bagaimanapun, mereka adalah dua orang yang sama sekali berbeda, tidak saling mengenal satu sama lain. Wajar saja hanya ada perasaan dangkal yang dirasakan. Mungkin karena sang pemilik tubuh adalah seorang wanita yang benar-benar lugu dan polos, ia tidak merasakan kebencian yang tersisa dari tubuh ini. Dendam yang harusnya ada ketika mengetahui bahwa ia telah dicelakai hingga nyawanya terenggut. Mengabaikan itu, ia telah menyadari sejak tadi bahwa seseorang telah masuk ke dalam ruangan tak lama setelah dirinya terbangun. Menurut ingatan sang pemilik tubuh, ia memiliki seorang pelayan dekat di sisinya. Li Yuan berpikir sejenak, lalu menginstruksikan dengan suara rendah, "Masuklah." Mendengar perintah sang majikan, pelayan tadi yang sebelumnya hanya berdiri di balik layar brokat, dengan ragu-ragu masuk ke dalam. Gadis itu segera membungkuk sebelum terus berjalan lebih dekat. Li Yuan segera menyapukan pandangannya pada gadis pelayan yang berdiri tidak jauh maupun terlalu dekat darinya. Ingatannya tidak mengenali gadis ini. Dia bukanlah pelayan yang biasa melayani sang Nyonya Muda. Ia menatapnya dalam diam sesaat, setelah menyingkirkan keraguannya, bertanya, "Bisakah kau membawakan sesuatu untuk kumakan?" Pelayan itu sempat terkejut sesaat sebelum buru-buru mengangguk dengan patuh: "Pelayan ini akan segera mengambilkan makanan untuk Nyonya Muda." Ia membungkuk sebelum berjalan keluar dari ruangan. Li Yuan mendesah pendek. Setidaknya cukup mudah mendapatkan makanan di sini. Saat masih di Benteng Hitam, markas pusat organisasinya, setelah usia enam tahun mereka diharuskan menyelesaikan sebuah tugas sebelum bisa mendapat jatah makan di hari itu. Tugas-tugas itu kemudian bertahap menjadi semakin sulit semakin usia mereka bertambah. Untuk makan sungguh tidak mudah. Kini, setelah situasi hidupnya berubah, ia mulai memikirkan untuk menikmati hal-hal yang dulu sulit didapatkannya. ----- "Bagaimana?" Chen Mama sedikit merendahkan suaranya saat bertanya pada pelayan muda tadi yang ditugaskan Li Yuan untuk mengambil makanan. Pelayan itu menggeleng. Ia belum juga mati?! Wanita tua itu mendesah singkat sebelum meninggalkan pelayan kecil tadi untuk menemui majikannya. "Apa! Dia masih hidup?!" Sang Nyonya Besar yang segera mendengar bahwa menantunya telah berhasil bangun cukup terkejut. Chen Mama segera mengisyaratkan majikannya agar merendahkan suara. Nyonya Besar bermarga Gu itu, segera merasa tidak puas. "Gadis yang sangat beruntung, sudah tenggelam seperti itu pun masih bisa bangun tanpa cedera. Bahkan raja neraka pun menolak mengambil nyawanya!" Chen Mama mendesah di dalam hatinya. Sebenarnya ia merasa kalau tindakan mencelakai sang menantu baru ini tidaklah benar. Namun karena ia hanya pelayan yang bekerja di bawah seorang majikan, ia tentu tidak berani menyuarakan pikirannya. Ia mengangkat kepala, bertanya, "Apa instruksi Nyonya?" Gu Shi menurunkan matanya, memandangi cangkir teh di atas meja, lalu dengan gerakan anggun ia mengulurkan jarinya untuk menyapu pinggiran cangkir: "Biarkan dia sendiri untuk saat ini." Seorang wanita yang telah menikah biasanya akan disapa menggunakan marga keluarga kelahirannya dengan tambahan karakter 'Shi" ini di belakang marga gadisnya. Sehingga Nyonya Besar yang marga keluarga gadisnya Gu, terkadang akan disapa sebagai Gu Shi. Kepalanya kembali terangkat, pandangan matanya terlihat tenang di permukaan, "Kita akan menyusun rencana lagi di lain hari. Oh ya, Taman Krisan sedang kekurangan orang untuk membantu persiapan pernikahan Nona Muda Pertama, minta para pelayan untuk bergegas ke sana." Chen Mama tentu saja memahami perintah ini. Merencanakan sesuatu yang buruk untuk menantu barunya dalam waktu dekat bukanlah tindakan yang bijaksana. Itu hanya akan memancing kecurigaan orang-orang, sehingga akan membuat nama Kediaman Bangsawan Shen mereka buruk di mata publik. Orang itu juga pasti akan mengerti hal ini. Saat dia datang nanti dia akan memberitahunya kesulitan ini. Saat pergi ke Taman Anggrek yang merupakan halaman tempat tinggal Nyonya Muda Pertama, Chen Mama segera memerintahkan pelayan yang berada di sana untuk pergi membantu ke Taman Krisan dan hanya menyisakan satu orang pelayan untuk melayani sang Nyonya Muda.Shen Ling menyapukan pandangannya pada kakak ipar yang baru dilihatnya lagi.Terakhir kali mereka bertemu yaitu saat sang pengantin baru menyajikan teh kepada para tetua.Saat itu ia sudah menyadari kecantikan anggun milik kakak ipar baru ini.Sekarang, melihatnya lagi ia tak kuasa tidak kagum akan kecantikan alaminya."Yun'er, kemarilah. Biar Ibu melihatmu lebih dekat." Suara Gu Shi dibuat lebih lembut. Sebuah senyum penuh kasih terpasang di wajahnya.Li Yun. Ini adalah nama sebenarnya sang pemilik tubuh.Shen Ling mengangguk kecil saat bertemu pandang dengan sang Kakak Ipar. Li Yuan masih dengan wajah tanpa ekspresinya, datang mendekat."Lihat dirimu, kau sudah begitu kurus. Bagaimana, apakah tubuhmu sudah pulih?" Kata-kata itu diucapkan dengan penuh simpati.Li Yuan, pada dasarnya tidak terbiasa berbasa basi, jadi dia hanya menjawabnya dengan "Mm".Ekspresi di wajah Gu Shi segera berubah tidak menyenangkan. Namun itu hanya sesaat sebelum mendapat tatapan penuh arti dari putrinya.
"Ibu, apakah Ibu tidak berencana menambahkan mahar untukku?" Shen Ling meraih lengan ibunya dari samping, bergelayut dengan manja di sana.Gu Shi melirik putrinya dengan sayang, bertanya dengan heran, "Bukankah mahar milikmu sudah cukup banyak? Mengapa kau ingin menambahnya lagi?"Shen Ling mengerucutkan bibirnya, berkata dengan tidak senang, "Aku mendengar bahwa saat Zhu Niang menikah ke dalam keluarga Bangsawan Deng, mahar yang menyertainya telah memenuhi jalan sejauh delapan Li!"Zhu Niang adalah teman sebaya Shen Ling yang berada dalam satu kelompok yang sama dengannya. Para gadis muda ini, meskipun mereka selalu berkumpul bersama untuk bersenang-senang maupun sekedar bersosialisasi, namun dibalik itu persaingan diam-diam di antara mereka sangat kuat.Bisa dibilang gadis Zhu itu adalah rival utama Shen Ling. Sejak muda mereka berdua selalu bersaing dengan ketat. Para wanita muda ini selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di antara yang terbaik dalam kelompok mereka.Te
Di Taman Anggrek, Li Yuan sedang mondar mandir memikirkan sesuatu. Ia sangat ingin memperkuat tubuh barunya ini, namun di kediaman ini, cara apa yang bisa dilakukan tanpa menarik perhatian orang-orang? Dipandang aneh tentu saja ia tidak peduli, namun ia hanya tidak suka menarik perhatian yang kemudian akan membuat orang-orang berspekulasi tentang perilaku sang Nyonya Muda yang sangat tidak biasa. Di zaman yang lebih kuno ini, kepercayaan terhadap hal-hal gaib masih melekat kuat. Tentu saja ia tidak ingin menarik perhatian Nyonya Besar untuk mengundang seorang pemuka agama dengan dalih mengusir roh jahat dari tubuhnya yang akhirnya akan menimbulkan implikasi yang lebih luas. Keributan seperti itu ia tidak tahan. Ia selalu suka ketenangan. Bahkan tak keberatan jika keberadaannya tidak dianggap. Sejak mengantarkan makanan siang tadi, pelayan kecil bernama Xiao Du sudah tak terlihat di halaman. Sebenarnya, sejak kemarin ia belum membersihkan diri. Karena hal ini adalah hal yang bi
"Omong kosong! Bagaimana mungkin semua daging itu lenyap begitu saja? Bahkan seekor burung pegar pun tak terkecuali! Ini sudah hari yang ketiga dan kalian masih belum menemukan pelakunya?!" Suara Nyonya Besar meninggi.Sudah sejak pagi Sang Nyonya mengamuk. Namun karena tidak bisa memberikan jawaban untuk pertanyaannya, Meng Mama hanya bisa pasrah terkena ledakan amarah sang majikan.Ia kemudian memerintahkan, "Segera ganti semua pelayan yang ada di dapur utama! Kita tidak ingin terus menerus menyimpan pencuri di lumbung beras!"Beraninya tikus-tikus rendahan itu mencuri barang-barang remeh seperti daging!Meskipun selalu bisa dibeli lagi, namun karena sang suami bahkan ibu mertuanya sudah mulai bersuara, tak pelak ia harus segera membereskan masalah ini.Saat memberi salam pagi pada sang Nyonya Tua, hampir semua anggota keluarga berkumpul sehingga memenuhi ruangan di Taman Anyelir tempat Nyonya Tua tinggal."Bagaimana keadaan Li Shi? Apakah dia masih tidak sehat?" Wanita tua dengan p
"Kau lihat, hampir tidak ada pelayan yang tersisa untuk melayani Nyonya Muda. Bukankah ini jelas, Nyonya Muda itu tidak disukai oleh Nyonya Besar!""Mengapa begitu? Sebenarnya apa kesalahan Nyonya Muda hingga Nyonya Besar bahkan tidak membiarkannya hidup dengan nyaman?"Pelayan yang satu mengangkat bahu, "Siapa yang tahu siapa yang telah dia singgung."Ia telah mendengar desas desus dari para pelayan kecil yang melayani di Taman Krisan. Namun hal itu masih merupakan dugaan-dugaan tak berdasar di antara mereka para pelayan kecil.Suara-suara percakapan yang berasal dari luar gerbang Taman Anggrek, meski cukup jauh dari paviliun utama, Li Yuan masih bisa mendengarnya dengan jelas.Ia menatap pohon belalang di pekarangan. Wajahnya tanpa ekspresi.Saat waktu makan malam tiba, pelayan kecil yang ditugaskan untuknya datang membawakannya apa yang menjadi hidangan malam itu.Dibandingkan dengan hidangan kemarin, hidangan hari ini benar-benar sederhana.Ibaratnya, kemarin ia masih menjadi kais
Saat langit belum terang, terlihat seorang pelayan buru-buru masuk ke dalam ruang tidur Nyonya Muda. Belum sempat masuk ke ruang dalam, dari balik layar brokat semi transparan, sang pelayan terkejut ketika melihat sang majikan telah duduk di pinggiran tempat tidur dengan aura di sekelilingnya yang entah mengapa terasa mencekam. Ia merasa agak merinding dengan keadaan yang tidak biasa ini sehingga hanya berdiri terpaku di depan layar penyekat ruangan, tidak berani melangkah masuk. Li Yuan tertegun. Pertama kali sadar, ia pikir secara ajaib nyawanya berhasil dipertahankan. Namun ketika melihat keadaan sekitarnya, ia segera menyadari desain ruangan tempatnya berbaring cukup ketinggalan zaman. Tidak merasakan jejak rasa sakit yang seharusnya dirasakannya setelah tertusuk oleh bilah panjang, ia merasa semakin aneh. Hanya dadanya yang terasa sedikit tidak nyaman. Ia mengulurkan tangan untuk meraba bagian dada yang sebelumnya terasa amat sakit, namun tidak menemukan perban yang harusn







