MasukBulan telah menggantung tinggi di langit saat Li Yuan menyelinap ke dapur.Seorang pelayan berdiri di depan tungku, memindahkan kentang kukus satu per satu ke dalam wadah anyaman.Di belakang, Li Yuan melangkah tanpa suara mendekati meja tempat sebuah nampan diletakkan. Di atas nampan terdapat satu teko teh, dan dua piring camilan.Matanya mengawasi pelayan di depan sementara tangannya bergerak membuka tutup teko tanpa suara. Ia mengeluarkan bungkusan kertas kecil dari kerah depannya dan menuangkan isinya ke dalam teko. Bubuk coklat itu segera larut dalam air.Kemudian ia mengembalikan tutupnya seperti semula sebelum dengan senyap keluar dari dapur.Li Yuan masih bersembunyi di suatu tempat di luar dapur, menunggu wanita pelayan tadi keluar membawa nampan itu ke gerbang belakang dan mengikutinya.Mengingat pengalaman hidup sebelumnya, ia memastikan para penjaga yang berjaga malam di gerbang meminumnya.Ketika satu per satu penjaga terlihat telah terkulai, wanita itu keluar dari persem
Tangan Wu Zhaojun mengepal. Ia bersiap untuk maju jika wanita berpakaian Hu akhirnya tidak mampu mengatasi para penjahat.Ketika si pria gemuk terlebih dulu berada dalam jangkauan, ia melihat sang wanita dengan gesit berputar ke belakang—kaki kanannya melesat ke udara, menampar keras pipi kanan si pria gemuk. Dengan mata membelalak, ia roboh seketika.Beberapa detik belum berlalu saat wanita itu dengan sigap kembali ke posisi semula. Membidik si pria cempreng yang kini menatapnya dengan luapan amarah, ia mendongkrak lututnya, sekejap mata sebuah tendangan dilontarkan tegas menyodok ke depan menghantam dada si pria cempreng dengan suara berderak. Tampaknya patah tulang rusuk tak terhindarkan.Pria itu terlontar sembilan kaki jauhnya sebelum jatuh pingsan.Dalam waktu yang begitu singkat, kedua pria itu telah terbaring di tanah, tidak lagi bergerak.Wu Zhaojun, yang menonton dari kegelapan menatap wanita itu tanpa berpaling sedikit pun.Si wanita berpakaian Hu mendengus singkat sebelu
Di sebuah halaman kecil, lampu minyak dengan cahaya yang terbatas menyinari sebagian pekarangan.Beberapa ikat besar Rumput Wangi ditumpuk rapi di sepanjang tembok rumah. Tampak telah dikeringkan dengan baik.Di atas bangku lebar, seorang pria dan wanita sedang duduk dengan wajah dan bagian tubuh atas saling menempel.Saat tangan sang pria mulai berkelana, sang wanita segera menarik wajahnya darinya."Ah Chun, hentikan." Bisiknya. Napasnya masih tidak teratur akibat kegiatan mereka.Tangannya menangkap tangan pria itu di dadanya. "Kau harus buru-buru pergi. Suamiku mungkin akan segera kembali. Kita tidak bisa tertangkap sekarang."Matanya terlihat sedikit berair oleh hasrat yang berhasil dibangkitkan pria muda di hadapannya.Pria itu menatapnya dengan sangat enggan. Kemudian perlahan menarik kembali tangannya.Ia merogoh kerah jubahnya, mengeluarkan sebuah kantong perak brokat yang terlihat cukup menggembung."Ini. Pakai ini untuk membayar biaya pengobatan ibumu." Diletakkannya kanton
"Oh benar. Aku sudah harus kembali sekarang. Ibu sedang menungguku untuk pergi ke perjamuan malam di kediaman Han." Ujar Wei Mingshu."Kediaman Han? Apakah yang kamu maksud kediaman Tuan Han yang baru terangkat sebagai Kepala Divisi di Kementerian Pendapatan?" Gu Shi bertanya."Benar. Berkat rekomendasi Ayah, Tuan Han kini bisa menjabat sebagai seorang Kepala Divisi." Ia tersenyum penuh arti.Gu Shi tampak terperangah. Tidak berbicara lagi.Kemudian Wei Mingshu berdiri, sedikit menunduk sopan lalu berkata, "Aku ikut senang melihat Bibi sudah baik-baik saja. Semakin cepat Bibi pulih, hal-hal akan berjalan lebih lancar. Hal yang tertunda juga akan segera selesai. Bagaimanapun, jika semua berjalan lancar, semua orang akan puas, benar begitu, Bi?"Gu Shi mengangguk pelan, "Yang kau katakan benar. Ketika Bibi pulih, semuanya akan terselesaikan dengan cepat." Ia tersenyum.Shen Ling kemudian mengantar Wei Mingshu hingga ke luar gerbang.Ia memegang tangannya, berkata, "Adik Mingshu, aku sel
Di luar Kediaman Shen, sebuah kereta kuda berhenti.Kereta itu cukup besar untuk menampung dua atau tiga orang. Badan kereta sendiri dicat hijau dengan ukiran-ukiran berwarna emas yang rumit di sisi-sisinya. Secara keseluruhan, tampilan kereta itu memberi kesan yang elegan dan tidak biasa. Dengan melihat saja, orang sudah bisa menebak bahwa sang pemilik kereta bukanlah orang biasa.Seorang gadis muda dengan gaun berwarna kuning cerah serta penutup kepala bercadar, turun dari sana. Dua orang pelayan di sisinya dengan teliti membantu sang majikan.Shen Ling, yang sudah menunggu di gerbang, segera maju menyambut tamu kehormatan itu."Adik Mingshu!" Ia berseru. Wajahnya sumringah.Gadis itu memanggil, "Kakak Ling."Dengan akrab, Shen Ling segera menggandeng lengannya, menuntunnya masuk melalui gerbang utama."Aku sangat senang kau datang berkunjung hari ini." Shen Ling berujar.Berada dalam lingkungan kediaman, gadis itu menyingkirkan topi bercadarnya, lalu memberikan kepada pelayan yang
"Rumah Yongle?" Li Yuan berkedip. Tampak berpikir sejenak sebelum menggeleng dengan tegas, "Belum pernah ke sana." Tanpa menunggu tanggapan dari sang Tuan Muda, ia mengangguk cepat kepada mereka lalu bergegas pergi dari sana. Sementara itu, Wu Zhaojun menatap gadis yang berjalan menjauh dalam diam. Tatapannya tak terbaca. "Tuan Muda, mungkinkah Anda menyukai Nona itu?" Goda Cha Min. Wu Zhaojun hanya meliriknya tanpa menjawab sebelum berbalik pergi. Langkah kakinya dengan cepat menyusul sang majikan, "Yang kukatakan benar, bukan? Tuan Muda jelas-jelas berusaha merayunya tadi! Membangun kedekatan.." Wu Zhaojun tiba-tiba terhenti. Membuat orang di sebelahnya juga ikut berhenti. Ia menoleh ke samping, matanya menyipit tidak senang, sementara tangannya sudah terangkat dan menyentil dahi pelayan pribadinya itu dengan kejam, "Bagaimana pikiranmu ini bekerja?" Cha Min refleks menutupi dahinya yang seketika memerah dengan kedua tangan, raut wajahnya menyedihkan, "Tuan Muda, sak







