Keesokan harinya saat jam makan siang, Paula berjalan melintasi pintu ruang kerja Lily dan melemparkan dompetnya di atas meja kerja Lily. "Apa pun kondisinya jangan biarkan aku mendekati mesin otomatis jajanan itu. Seminggu lagi aku punya janji untuk mencoba gaunku dan selama itu aku hanya boleh makan salad sayur atau pun buah."Lily tertawa tidak begitu antusias. Di benaknya dia masih memikirkan kejadian tadi malam, dia terlalu sibuk mengurusi diet Paula agar terlihat ramping saat menggunakan gaun pengantinnya. Sepanjang malam dia tidak bisa tidur, mencoba untuk membuang ingatan itu saat pikirannya terus berkutat dengan tawaran yang di berikan Etan. Namun sebagian besar dia terjaga sepanjang malam karena bibirnya masih terasa bengkak akibat dari ciuman ganas Etan.Setelah menjatuhkan tubuhnya di atas kursi, Paula memiringkan kepalanya ke arah Lily. "Ada apa denganmu?""Tidak ada apa-apa." Jawab Lily berbohong.Paula menatapnya sambil membuka tutupan tupperware-nya. "Omong kosong. kau
Beberapa hari kemudian ketika Lily melihat ke arah pintu, dia melihat sosok Etan sedang berdiri di ambang pintu ruang kerjanya. sambil memegang telepon Lily memberi isyarat pada Etan untuk masuk ke dalam ruangannya. Saat Etan melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya, dengan enggan Lily mengalihkan perhatiannya pada figur ketampanan Etan untuk kembali fokus pada suara di teleponnya. "Ya, aku akan mengaturnya. Sekali lagi terima kasih." Lily menutup teleponnya lalu menulikan sesuatu di buku agendanya. Setelah selesai, Lily berbalik dan tersenyum pada Etan."Aku senang kau bisa menemuiku hari ini." Kata Lily."Aku selalu senang bisa meluangkan waktuku untukmu Lily." Jawab Etan. Lily kesal pada dirinya sendiri ketika Etan tersenyum padanya membuat pipinya menjadi terasa panas. "Aku pikir alasanmu memintaku datang ke sini karena kau menerima tawaranku." Kata Etan sambil mencondongkan badannya ke depan, telapak tangannya bertumpu di atas meja Lily. Wajah Etan hanya beberapa inci dari wajah L
Pada saat mendengar bel pintu, Lily melemparkan gaunnya begitu saja dan bergegas menyusuri lorong menuju pintu untuk membiarkan Paula masuk. bersamaan dengan pintu terbuka Paula langsung bertanya, "Bagaimana keadaanmu?"Lily mengerang. "Seharusnya aku bertemu dengan Etan satu jam lagi dan aku merasa akan muntah setiap saat. Aku mungkin membutuhkan pil penenang untuk membuatku melewati malam ini.""Aku bisa membayangkannya." Jawab Paula saat dia melangkah masuk ke ruang depan. "Tidak perlu takut. Aku sekarang di sini untuk bicara denganmu agar kau tidak bunuh diri dan meyakinkanmu bahwa kau terlihat sangat luar biasa."Lily langsung memeluk Paula. "Kau tidak tahu betapa berartinya itu untukku.""Terima kasih, aku senang melakukan ini." Dia menepuk punggung Lily. "Lagi pula kau selama ini juga sudah membantuku melewati berbagai hubunganku yang kacau selama bertahun-tahun. Aku merasa berhutang padamu." Mereka berjalan menyusuri lorong dan memasuki kamar tidur Lily."Jadi, apa yang akan
Suara dering ponsel yang berdengung menembus mimpi Etan Benedict. Sambil berguling di tempat tidur, dia menepak tangannya dengan membabi buta di atas meja di samping tempat tidur untuk menemukan ponselnya. Begitu menemukannya, dia menyambarnya dan mengusap ibu jarinya di atas layar dan menaruhnya ke telinganya."Hallo?" Gumamnya dengan nada mengantuk."Tolong beritahu aku kalau kau tidak lupa hari apa ini?" Suara ayahnya terdengar tidak ramah di balik ponselnya.Dengan erangan kecil, Etan menarik dirinya ke posisi duduk. Dengan jengkel dia mengusap matanya yang mengantuk. "Selamat pagi juga papa.""Aku bersumpah demi Tuhan kalau saja kau masih mabuk di hari pembaptisan anak baptismu, aku sendiri yang akan menghajarmu." Balas ayahnya.Kata-kata ayahnya membuat Etan tersadar. Sambil melirik jam digital di samping tempat tidur. 8 pagi. Tiga jam sebelum dia dihadapkan di depan Tuhan untuk menjadi orang tua baptis. Meskipun dia mungkin adalah orang yang paling tidak cocok dengan itu, entah
Satu telepon dari ayahnya berhasil menghancurkan hubungan seksualnya dengan Lidia selamanya. Ada apa dengan wanita dan pertemuan keluarga? Terakhir kali Etan berani membawa seorang gadis ke sekitar keluarganya hampir enam tahun yang lalu. Baru dua tahun sejak dia menyelesaikan masalahnya dengan mantannya itu. Pada saat itu dia tidak memikirkan apa pun saat mengajak teman kencannya ke acara keluarga. Lagi pula, itu hanya acara BBQ atau begitulah yang dia pikirkan. Tapi saat wanita itu bertemu dengan keluarganya, yang bisa dia dengar hanyalah pembicaraan mengenai pernikahan. Dua hari kemudian wanita itu mulai menyebut mereka sebagai "kami", dan Etan langsung berhenti menghubunginya. Dia tidak melakukan hubungan yang menyangkut "kami".Etan tidak pernah melakukannya dan tidak akan pernah melakukannya.Baiklah, itu tidak sepenuhnya benar. Dia sudah pernah mencoba berpacaran dan bahkan bertunangan, tapi dia terluka sampai dia bersumpah tidak akan melakukannya lagi. Tujuh tahun kemudian, d
Etan setengah menunduk untuk mencium pipi Amanda. "Dan aku juga mencintaimu, meskipun terkadang kau seperti hama kecil yang menjengkelkan." Kata Etan sambil mengedipkan sebelah matanya. "Kita menghabiskan waktu yang menyenangkan bersama, kan?""Tentu saja." Balas Amanda.Mereka terdiam selama beberapa detik. "Jadi bagaimana keadaanmu?" Tanya Etan mengarah kepalanya kearah Theo. "Menjadi ibu baru dan segalanya.""Aku baik-baik saja." Jawab Amanda sambil memainkan ujung gaunnya."Sekarang kau sudah mulai berbohong pada paman favoritmu, apakah kau tahu kalau itu sama sekali tidak sopan?" Tanya Etan sambil melipat tangannya di dadanya.Amanda menghela napas dan menyingkirkan beberapa helai rambut dari wajahnya menggunakan tangannya. "Baiklah, maafkan aku. Menjadi orang tua tunggal jauh lebih sulit dari yang aku kira, bahkan dengan bantuan ayah dan ibu. Aku selalu stres dan lelah setiap saat mencoba menyelesaikan kuliahku, dan secara mental, aku tidak baik-baik saja. Kau senang?" "Oh, sa
Merapikan alat makan terakhir di atas meja, Lily Rosanna melangkah mundur untuk mengamati bagaimana tampilan meja yang dia tata. Bukan berarti ke tiga sahabatnya benar-benar peduli dengan apa yang sudah dia lakukan. Tapi sisi lain dari Lily merasa perlu agar semuanya terlihat sempurna. Ada cahaya lilin yang berkedip-kedip di dalam ruangan sementara musik lembut mengisi ruangan yang sepi. Meski sekarang sudah hampir Natal, ruangan itu tidak di penuhi dekorasi natal, atau mungkin belum. Sebagai gantinya Lily menaruh bunga mawar putih segar dalam vas yang dia beri air dan di taruh di atas sebuah lemari laci empat yang dia beli di toko bunga. Dan di antara vas bunga itu terdapat bingkai fotonya bersama tunangannya di sebelah kanan dan bingkai fotonya bersama sahabatnya di sebelah kiri. Hari ini tanggal 16 Desember adalah hari peringatan lima tahun kematian tunangannya. Hari yang menjadi akhir dari kehidupan sempurna mereka bersama. Semua itu di renggut oleh sopir mabuk yang melewati gar
Beberapa saat menjelang tengah malam, Paula dan Rafa bersiap untuk pulang. Saat Paula memakai jaketnya, dia berbalik dan menatap Lily. "Jadi, kita tetap akan pergi ke pesta kantor besok malam, kan?""Aku tidak tahu." Jawab Lily sambil mengerutkan keningnya."Kenapa begitu?" Tanya Paula."Setelah malam ini, hal terakhir yang ingin aku lakukan adalah menonton film horor sambil makan ice cream dan makan cemilan pedas." Jawab Lily."Rafa akan kerja lembur dan kau juga sudah berjanji akan menjadi teman kencanku. Selain itu, kau juga belum lama bergabung di perusahaan, kau harus banyak bersosialisasi." Kata Paula.Lily menghembuskan nafas tanda kekalahan. Dia benci mengakui kalau apa yang di katakan Paula ada benarnya. Setelah empat tahun menjalani pekerjaannya yang sebelumnya, akhirnya dia pindah ke perusahaan barunya atas permintaan salah satu mantan bosnya yang menggunakan pengaruhnya. Lagi pula pekerjaannya yang sekarang dia mendapat gaji yang cukup besar dari sebelumnya. "Baiklah, aku