Share

Kilasan

[Datanglah ke aula hotel xxx jam 20.00. Aku menunggumu]

Navisha mengerjap pelan membaca pesan teks yang baru saja dikirim William. Ada rasa bingung tapi juga bahagia menerima pesan itu. Faktanya, sudah beberapa hari ini William mendiamkannya. Entah karena apa, tapi pria itu memang kerap melakukannya. Membuat Navisha sering galau sendiri.

Padahal, Navisha selalu berkata jika dia punya salah, William harus memberitahukannya. Agar Navisha bisa segera memperbaikinya. Namun, William tetaplah William. Disuruh janji seperti apa pun, tetap saja akan memilih diam jika ada salah. Membuat Navisha sebal sekali. Untung cinta. Coba kalau tidak, sudah Navisha tinggalkan dari kapan tahu.

"Astaga! Jangan-jangan ...." gumam Navisha agak terkejut setelah menyadari sesuatu.

[Okeh! Aku akan dandan cantik untukmu!]

Setelahnya, gadis itu segera mengirimkan balasan riang pada sang kekasih. Kembali mengabaikan rasa kesal akan sikap pria itu yang mirip cuaca di Indonesia. Suka berubah tanpa aba-aba. Bikin Navisha meriang saja.

Tidak apa-apa. Navisha tidak keberatan kok dibuat meriang oleh William. Soalnya Navisha terlanjur bucin pada pria itu. Menjadi pacar William memang menjadi cita-citanya sejak kelas satu SMA. Meski baru tercapai saat mereka kelas tiga. Tetapi Navisha jelas bahagia luar biasa, dan tak akan pernah melepaskan William lagi.

"Kamu memang penuh kejutan, Will!" gumamnya lagi bermonolog, dengan binar bahagia yang tak bisa ia tutupi.

Navisha yakin, undangan William kali ini pasti ingin memberikan dia kejutan. Soalnya, besok kan ulang tahun Navisha. Meski kekasihnya seringnya acuh dan abai padanya. Tetapi, William memang tidak pernah melupakan hari pentingnya. Bahkan, pria itu tahu kapan Navisha datang bulan.

Mengingat itu, dada Navisha kembali membuncah oleh rasa bahagia. Memilih mengalah untuk tak memikirkan segala sikap William yang semakin abai padanya beberapa minggu ini. Navisha selalu memiliki stok sabar melimpah untuk seorang William.

Tak ingin membuat kekasihnya lama menunggu. Navisha pun gegas ke arah lemarinya dan mulai membongkar isinya. Seperti janji yang sudah ia ucapkan barusan. Pokoknya Navisha harus keliatan cantik sekali malam ini!

Dua jam berlalu, Navisha sudah siap dengan segala persiapannya. Bahkan, taksi online pun sudah ia pesan. Mematut tampilannya sekali lagi lewat kaca besar di kamarnya, Navisha pun segera pergi setelah sang sopir taksi sudah menghubungi.

"Sesuai aplikasi ya, Neng," beritahu sang sopir setelah Navisha duduk di kursi belakang.

Navisha hanya menjawab dengan anggukan kepala. Senyum tak luntur sama sekali dari wajah yang ia poles sedikit make up malam ini. Cantik tapi tidak berlebihan. William pernah berkata, ia menyukai Navisha yang natural.

Ah, William. Meski seringnya bikin Navisha meriang dan uring-uringan sendiri menghadapi sikap cueknya. Tetapi, Navisha sangat mencintai pria itu. Ia rasanya rela melakukan apa pun agar tetap bisa bersama pria itu.

"Sudah sampai, Neng," beritahu sang sopir kembali. Membuat Navisha kembali kedunia nyata.

Nampaknya, ia tadi terlalu larut melamunkan William. Menebak-nebak kejutan macam apa yang akan diberikan pria itu kali ini. Ugh ... rasanya Navisha sudah tidak sabar.

"Makasih ya, Bang." Navisha keluar setelah menyerahkan selembar uang biru pada si sopir taksi.

Kini, Navisha sudah berdiri tegap di lobby hotel yang tadi di sebutkan William. Tepat jam 20.00. Tidak terlambat, tidak juga terlalu cepat.

[Aku udah sampai]

Navisha memberitahukan kedatangannya via pesan teks pada William. Berharap pria itu muncul dan menjemputnya. Jujur saja, dia grogi parah saat ini. Dadanya bahkan terasa hampir meledak saking kuatnya debar jantung saat ini.

[Langsung masuk saja]

Sayang, apa yang Navisha harapkan tidak terkabul. Alih-alih menjemput, William malah menyuruhnya langsung masuk saja. Membuat rasa grogi kian memeluk erat dirinya.

Tetapi tidak apa-apa. Hanya berjalan ke arah aula saja, harusnya Navisha mampu, kan? Toh, nanti di sana juga akan ketemu sang kekasih dan mungkin saja akan di ...

Aarrgg! Rasanya Navisha makin tidak sabar kala membayangkan kejutan yang akan di berikan kekasihnya. Kalian harus tahu, meski cuek, William itu sebenarnya seorang yang romantis.

Tak ingin membuat sang pujaan menunggu lama. Navisha pun segera melangkahkan kaki ke arah aula. Tentu saja, setelah sebelumnya mengatur nafas terlebih dahulu. Senyum kembali menghiasi wajahnya sepanjang perjalanan.

"Rame banget," gumam Navisha saat posisinya sudah tak terlalu jauh dari tempat acara. Tak sadar, ia menggigit bibir bawahnya karena mulai ragu pada pemikirannya sedari tadi.

Ini terlalu mewah untuk sekedar pesta kejutan ulang tahun.

Meski begitu, Navisha tetap memaksakan kakinya melangkah kearah acara. Canda tawa dan orang-orang berpakain resmi menyambut Navisha saat masuk ke tempat itu. Navisha mengerjap bingung seraya memindai ke segala arah.

"Apa ... aku salah masuk ruangan?" gumamnya kemudian.

Faktanya, sepanjang mata memandang, Navisha memang tak mengenali siapapun di sana. Selain karena yang hadir berpakaian resmi semua, mereka juga nampak tua dan bersahaja. Padahal, tadinya Navisha kira akan di sambut oleh teman-temannya.

Navisha mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan demi memastikan sekali lagi. Tak lama, matanya akhirnya menemukan William di salah satu kursi yang mengelilingi sebuah meja bundar. Posisinya ada di dekat podium.

Glek!

Tanpa sadar gadis itu pun menelan saliva kelat saat melihat orang-orang yang bersama William saat itu. Mereka adalah kakek, nenek dan keluarga besar pria itu.

Astaga! Pesta apa ini sebenarnya? Navisha semakin ragu pada dugaan sebelumnya. Apa ini benar-benar pesta kejutan ulang tahun untuknya?

Demi memastikan semuanya. Navisha pun berniat menghampiri William. Sayang, langkahnya dihentikan seorang penjaga, yang tampilannya mirip seorang bodyguard.

"Maaf, hanya keluarga inti yang boleh masuk," beritahu pria itu.

"Tapi saya--"

"Nav?" Baru saja ingin memperkenalkan diri, sebuah seruan mengintrupsi. Membuat kepala Navisha sontak berputar dan akhirnya menemukan keberadaan Fadly di sana, salah satu teman sekolahnya.

"Fad, lo di sini juga?" tanya Navisha, senang sekali menemukan orang yang ia kenal.

"Terpaksa. Nemenin Reinan yang gak mau datang sendiri," jawabnya pura-pura malas.

Bagaimana tidak, padahal katanya malas tapi ditangannya banyak sekali kue. Pria itu bahkan menyantapnya dengan riang sekali.

"Oh, Reinan juga di undang?" Navisha semakin penasaran.

"Diundanglah. Keluarganya kan ada kerja sama, sama keluarga William. Jadinya di hari jadi perusahaan Arsenio, otomatis Reinan juga di undang."

Hari jadi perusahaan Arsenio? Ah, nampaknya Navisha memang salah mengartikan undangan William. Faktanya ini bukan pesta kejutan untuknya. Tetapi hanya pesta perusahaan saja. Hati Navisha pun seketika kecewa.

"Kita duduk di sana, yuk? Acara bentar lagi mulai," ajak Fadly lagi seraya menarik lengan Navisha.

Gadis itu menemukan William sudah menatapnya kala mengikuti langkah Fadly. Akan tetapi, pria itu tak bereaksi sama sekali. Malah kembali fokus pada lawan bicara. Navisha jelas kecewa melihat hal itu.

Setelahnya, menit demi menit berlalu dalam kebosanan untuk Navisha. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain mendengar ocehan Fadly dan melihat pria itu melahap berbagai macam kue yang ada di pesta tersebut. Ingin menemui Willian, tapi kekasihnya itu nampak sibuk sekali. Menemui dan menyapa semua rekan kerja kakeknya. William kembali mengacuhkannya.

Akhirnya, pesta pun sampai pada puncaknya. Yaitu pemotongan kue oleh sang tetua Arsenio. Navisha hanya bisa menatap nanar keberadaan sang kekasih diantara orang-orang tersebut, yang sama sekali tak bisa ia raih.

"Terima kasih untuk semua para rekan yang sudah bersedia hadir pada pesta ini. Saya harap, kerja sama kita semakin terjalin baik dan awet sampai tahun-tahun selanjutnya. "Tetua Arsenio mulai memberi sepatah dua patah kata.

"Malam ini, saya sangat bahagia sekali. Bukan hanya karena perusahaan kami masih diberi kesempatan hingga sampai pada masa ini. Tetapi juga ... karena akan ada jalinan istimewa lainnya yang akan terbentuk malam ini."

Meski bosan, Navisha tetap fokus mendengar ucapan sang tetua Arsenio.

"Kalian tahu, sebagai seorang cucu dari keluarga Arsenio. Banyak sekali orang-orang yang mencoba dekat, bahkan masuk untuk sekedar numpang hidup pada kami."

Degh! Maksudnya? Navisha mulai tidak nyaman dengan ucapan sang tetua. Karena faktanya, beberapa waktu lalu, saat William memperkenalkan mereka, nampak sekali ketidak sukaan dari pria paruh baya itu. Katakanlah Navisha sedikit tersinggung saat ini.

"Sebagai orang tua, kami harus ekstra sekali menjaga keturunan kami agar tak salah langkah. Terutama menjaga cucu kesayangan kami, William. Yang memang sudah kami tunjuk untuk meneruskan segala usaha kami."

Navisha semakin gelisah di tempat duduknya kala nama sang kekasih kini sudah di sebut-sebut. Ada bangga sekaligus rasa takut yang mulai merayap di hatinya.

"Beruntung cucu kami, William itu seorang yang patuh. Selalu mendengarkan dan bersedia menjalankan apapun permintaan kami selaku orang yang mengurusnya. Termasuk menjauhi parasit yang suka bermimpi tinggi, dan memilih pasangan untuk hidupnya." Entah hanya perasaannya atau memang benar. Navisha melihat pria tua itu meliriknya barusan.

Tanpa sadar, tangan Navisha sudah mengepal kuat dipangkuannya. Pikiran buruk mulai bermunculan di otak kecilnya. Maksud tetua itu apa, sih?

"Inilah kejutan lainnya pesta ini. Selain merayakan hari jadi perusahaan, malam ini juga akan menjadi hari pertunangan cucu kesayangan kami, William. Dengan salah satu anak rekan bisnis kami."

Degh! A-apa?

"Ayo, nak. Kemarilah. Bawa serta wanita pilihanmu itu. Tunjukan pada semua orang jika kau sudah ada yang punya. Agar siapapun wanita yang sempat bermimpi memilikimu segera sadar diri. Ayo, Will. Naiklah ke atas podium."

Navisha segera melirik keberadaan pria-nya. Berharap sang kekasih melihatnya juga dan menghampiri. Sayang, harapan tinggal harapan. Dari posisinya saat ini. Jelas terlihat William tersenyum lebar pada sang kakek. Lalu mengulurkan tangannya pada seseorang.

Bukan Navisha. Tetapi wanita lain yang ada di bangku yang sama dengannya. Meski tidak kenal, Navisha akui wanita itu cantik sekali. Auranya mahal dan sangat serasi berdiri di samping William. Seketika Navisha merasa hatinya tercabik-cabik. Perih sekali.

Kalau dia adalah tunangan William, lalu apa arti hubungan mereka satu tahun ini?

Komen (5)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
ya Alloh semoga s Willi kena karma d bayar tunai
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Dan Navisha kecewa......
goodnovel comment avatar
Sindy Septi
bener mih novel yg lain ditunggu disini ya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status