Share

Pelindung Navisha

*Happy Reading*

"Raid Anderson?" Beo William, yang langsung diangguki Reinan dengan pasti.

"Menurut info dari orang gue. Pria itu adalah pelindung Navisha selama ini. Tepatnya empat tahun ke belakang setelah Navisha memiliki Angel, anaknya." Reinan melanjutkan infonya.

Entah kenapa, tiba-tiba rasa cemburu hadir begitu saja di hati William. Merasa iri pada pria yang bernama Raid Anderson itu.

"Jadi beneran si Nav-Nav sama Gerald pernah menikah dan punya anak?" Fadli menyambar dengan nada tak percaya.

"Kalau untuk hal itu gue gak tahu. Soalnya gue belum nyuruh orang gue menyelidikinya," sahut Reinan lagi.

"Gue udah." William menyambar datar. Seraya mengeluarkan amplop coklat pemberian anak buahnya, yang langsung di raih Reinan dan Fadly dengan antusias.

"Loh, kok?" Wajah bingung pun langsung tercetak jelas di wajah dua sahabat William itu paska membaca isi amplop tersebut.

"Kenapa di sini Navisha tertulis lajang dan belum menikah? Sementara kemarin kita lihat sendiri dia dan Gerald berebut soal Angel, anak mereka." Fadly meperjelas kebingungannya.

"Lupakan dulu soal itu. Sekarang, lanjutkan info dari orang lo, Rei," pinta William tegas.

Reinan tak langsung menjawab. Melempar pandang pada Fadly dan info tentang Navisha, sebelum akhirnya mendesah berat di tempatnya.

"Gak banyak informasi yang diberikan oleh anak buah gue. Soalnya, pria bernama Raid Anderson ini lumayan misterius. Susah sekali dicari informasinya," beritahunya kemudian.

Meski begitu, sebenarnya sebagai seorang pebisnis. Nama Raid ini kerap di dengar William dari para rekanannya. Pebisnis baru, tapi bisa dengan cepat memiliki kuasa hebat di dalam dunia bisnis.

"Tapi menurut info yang mereka dapatkan. Memang Raid inilah yang membantu dan melindungi Navisha dan anaknya selama empat tahun ini. Dia bersama gadis bernama Naira itu yang memberikan tempat tinggal dan pekerjaan pada Navisha, setelah di usir orang tuanya."

"Diusir?" tukas Fadly terkejut. "Kenapa?" Dan makin penasaran.

"Untuk itu, tadinya gue kira karena mamanya sudah tiada, dan ayah Gerald gak mau mengurus Navisha lagi sebagai anak tirinya. Tapi setelah melihat laporan anak buah William. Gue yakin itu karena kehadiran Angel, anaknya. Dilihat dari waktu kejadian, tepat sekali."

William dan Fadly terdiam. Mencerna kesimpulan yang baru Reinan kemukakan.

"Kalian tahu, orang tua kan kadang egois dan lebih memilih menjaga nama baik keluarga dari pada anaknya sendiri. Ya ... gue rasa itulah yang terjadi." Reinan menambahkan kesimpulannya yang langsung diaminkan dua pria lainnya di sana.

Hal itu memang bisa saja terjadi. Apalagi Navisha hanya anak tiri statusnya. Tentu saja, ayahnya Gerald tak akan mau repot-repot memikirkan masa depan gadis itu. Akan tetapi ....

"Loh, memang ayah tirinya gak tahu kalau anak itu adalah cucu kandungnya sendiri. Kan dia anaknya Gerald. Berarti anak itu justru memiliki darah keluarganya, kan? Kenapa malah di usir?" Fadly seakan menyuarakan semua rasa bingung yang masih tercetak jelas di sana.

"Menurut lo gimana, Will?" Bukannya menjawab. Reinan malah melemparkannya pada William. Namun, tak langsung di jawab oleh pria itu.

"Kemungkinan Navisha tidak memberitahukan ayahnya tentang kenyataan anaknya. Entah karena tak ingin. Atau karena malu."

"Kenapa begitu?" Fadly makin tak mengerti dengan jawaban William yang menurutnya tidak detail.

Namun baik Reinan atau pun William tak ada yang berniat membuka suara lagi. Tak ingin memberikan jawaban yang belum jelas kepastiannya. Hal itu tentu akhirnya membuat Fadly hanya bisa menebak-nebak sendiri.

***

"Apa?!" Navisha baru saja menyelesaikan kue milik pesanan pelanggan hari ini, kala mendapat kabar mengejutkan dari baby sitter Angel yang membuatnya panik luar biasa.

Angel berada di rumah sakit! Setelah sebelumnya bermain di sebuah lahan proyek. Astaga!

"Bagaimana bisa?!" seru Navisha marah. "Memang tidak ada tempat lain yang bisa kalian tuju? Kenapa harus kamu bawa Angel ke sana?" desaknya kemudian.

"Maaf, maaf, Bu. Tapi Angel sendiri yang berlari ke sana tanpa bisa saya cegah."

Alasan macam apa itu? Masa orang dewasa kalah sama bocah berusia empat tahun? Navisha sungguh tak bisa menerima alasan sang baby sitter.

"Kamu--" Navisha bahkan sudah tidak bisa berkata-kata lagi saking marahnya. Napasnya sudah tersengal-sengal karena menahan amarah yang ingin sekali diluapkan.

"Kirim alamatnya sekarang!" titahnya kemudian. Mencoba tetap waras disela amarah, panik dan rasa khawatir yang terus menggerogoti.

Navisha tidak boleh terlalu larut dalam perasaan saat ini. Ada Angel yang membutuhkannya. Paling tidak, Navisha harus berada di sisi Angel segera untuk saat ini.

Tak lama, sebuah pesan pun datang ke ponselnya. Berisi alamat rumah sakit tempat Angel berada. Tanpa membuang waktu lagi, Navisha pun bergegas pergi ke sana. Setelah sebelumnya meminta ijin pada Naira sebagai Bos tempatnya bekerja.

Navisha mengendari motornya secepat yang dia bisa. Mengabaikan beberapa larangan dan menyalip seenaknya pada kendaraan yang mencoba menghalangi. Beruntung kondisi jalanan cukup lengang, membuat para pengguna jalan tak terlalu memberi makian. Tetap saja, itu tidak boleh ditiru, ya, pemirsah.

Selain itu, alamat rumah sakit yang dituju pun tak terlalu jauh dari cafe tempat kerjanya. Navisha pun tak perlu waktu lama untuk sampai di sana.

UGD adalah tempat yang Navisha langsung tuju tanpa bertanya pada siapapun. Gadis itu yakin, Angel pasti ada di sana saat ini. Benar saja! Baru saja sampai di ambang pintu, Navisha segera menemukan keberadaan Angel yang tengah menangis dan di tenangkan si baby sitter.

"Angel?" panggil Navisha cepat. Meminta atensi gadis ciliknya.

"Mama!" Angel pun berseru balik. Sebelum akhirnya berlari menghampiri dan menghambur ke pelukan Navisha.

"Sayang. Ya Tuhan!" Navisha memeluk Angel erat, dengan rasa khawatir luar biasa. Meski begitu, diam-diam Navisha juga menghela napas lega. Segala ketakutannya sedari tadi tak terjadi.

Angel-nya tidak meninggalkan Navisha.

"Ugh, sayang. Apa yang terjadi? Kenapa bisa begini? Kamu bikin Mama hampir mati karena khawatir! Sini coba Mama lihat, mana yang terluka? Ayo, katakan sama Mama mana yang sakit?" cecar Navisha kemudian. Lalu memutar-mutar tubuh Angel ke kanan dan ke kiri demi mencari luka pada tubuh anaknya.

Tidak ada! Syukurlah. Akan tetapi, kalau memang tak ada luka? Kenapa gadis cilik ini ada di sini dan terus menangis? Apa yang salah?

"Bukan Angel yang sakit, Mama," beritahu gadis itu kemudian. Di sela tangis yang masih belum mau berhenti.

Maksudnya bagaimana? Bukan dia yang sakit? Lalu siap--

"Tapi Papa!" imbuh Angel lagi. Masih menangis sambil menunjuk sebuah arah.

Alih-alih segera mengikuti arah tunjuk Angel, Navisha malah tertegun di tempatnya. Membeku hingga tanpa sadar sudah menahan napas mendengar info barusan.

A-apa? Pa-papa, katanya. Itu ... Maksudnya?

"Papa yang sakit." Angel mengulangi informasi yang dia berikan sebelumnya.

Seperti sebuah robot. Akhirnya Navisha pun mengikuti arah tunjuk Angel, dengan gaya kaku luar biasa. Tubuhnya pun semakin membatu dengan napas tercekat, kala benar-benar menemukan keberadaan pria dengan tatapan tajam itu di sana.

Pria yang selama ini setengah mati dia lupakan dan tak ingin Navisha temui lagi.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Jangan jangan William yg menyelamatkan Angel.....
goodnovel comment avatar
Sindy Septi
pasti william yg udah nyelametin angel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status