Share

Bab 0014

Qirana menangis tersedu-sedu.

Dia mengangkat tangannya yang terluka ke hadapan Wano.

Qirana bergegas ke rumah sakit untuk berobat dan buru-buru kembali hanya untuk menemui Yuna.

Akan tetapi, dia tidak menyangka akan melihat adegan ini.

Apa Wano masih saja berbaik hati padanya meskipun sudah mengetahui tentang keguguran Yuna? Apakah usahanya untuk memisahkan mereka berdua kembali gagal?

Qirana menangis dan ingin bersandar pada Wano.

Namun, sebelum dia bisa mendekat, Wano mendekap Yuna dan menariknya mundur.

Dia menatap Qirana dengan dingin, tanpa emosi apa pun dalam suaranya.

"Dia bersamaku terus. Kapan dia menyakitimu?"

Qirana semakin terkejut ketika mendengarnya.

Dia menatap Wano tak percaya dengan mata berkaca-kaca, "Yuna baru saja melukaiku saat kami di kamar mandi. Apa yang kukatakan ini benar, kalau nggak percaya, coba periksa rekaman CCTV-nya."

Wano berkata kepada pelayan di sebelahnya, "Pergi dan bawakan rekaman CCTV-nya untukku."

Sepuluh menit kemudian, manajer bar datang secara pribadi untuk meminta maaf, "Pak Wano, CCTV di kamar mandi rusak, jadi tak bisa merekam apa pun."

Amarah Qirana meledak.

Dengan nada tajam, dia menuding Yuna, "Pasti Yuna sengaja melakukannya. Dia melukai tanganku, lalu menghapus rekamannya, sama seperti kejadian di kantor dulu."

Yuna kemudian berkata sambil tersenyum tipis, "Nona Qirana, apa kamu pikir aku akan menggunakan cara yang sama dua kali?"

"Dasar kamu ... Kak Wano, tanganku memang dilukai olehnya. Kamu harus percaya padaku." Qirana menegaskan kembali pada Wano.

Wano menatap dengan serius, "Aku hanya percaya pada bukti. Selain itu, dia bersamaku sejak tadi. Jadi, bagaimana mungkin dia bisa melukaimu? Kalau ingin menuduh orang lain, carilah alasan yang lebih baik lain kali."

Setelah mengatakannya, dia menggendong Yuna dan pergi.

Qirana menghentakkan kakinya dengan marah.

Awalnya, dia ingin melawan, tetapi ternyata dirinya yang memberikan kesempatan pada Yuna.

Tidak hanya tak punya bukti CCTV, tetapi Wano bahkan kini membela Yuna.

Entah bagaimana cara wanita ini bisa begitu memikat Wano.

Qirana bersumpah takkan pernah melepaskan Yuna!

Wano membawa Yuna dan kembali ke ruangan pribadinya.

Setelah mengambil beberapa langkah, Yuna melepaskan dirinya.

"Pak Wano, aku harus merawat ayahku di rumah sakit. Aku pergi dulu."

Wano menariknya masuk ke dalam pelukannya dengan ekspresi cemas, "Aku baru saja membantumu begitu banyak. Apa kamu akan pergi begitu saja? Mari masuk dan duduk sebentar, aku akan mengantarmu kembali ke rumah sakit nanti."

"Aku nggak mau! Kenari sepertiku nggak pantas bergabung dengan kalian!"

Setelah mengatakannya, dia berbalik dan pergi tanpa menoleh kembali.

Wano berdecak melihatnya yang begitu keras kepala.

Bukankah wanita ini seharusnya sedikit berterima kasih atas kebaikannya?

Dia hanya bercanda sekedar, namun Yuna merasa bahwa dia terlalu serius.

Sepertinya, sudah waktunya memberinya pelajaran.

....

Ketika Yuna keluar dari bar, tubuhnya terasa sedingin es.

Dia berjalan tanpa tujuan, akhirnya tanpa disadari sampai ke panti rehabilitasi tersebut.

Dia berdiri di bawah lampu jalan dan memandangi rumah kecil bergaya Parisia dalam halaman.

Semua kenangan dari tujuh tahun lalu menyapu dirinya.

Di sinilah dia melihat sosok Wano yang hancur dan di sinilah dia menemaninya selangkah demi selangkah keluar dari kegelapan.

Dengan naifnya, dia berpikir bahwa Wano adalah sosok yang dikirimkan Tuhan untuknya.

Keduanya adalah penyelamat satu sama lain.

Mereka adalah cahaya terang yang saling menerangi satu sama lain.

Jadi, ketika Wano menyelamatkannya tiga tahun lalu. Dia seketika berjanji dalam hatinya tanpa memedulikan bahaya yang akan dia hadapi.

Kemudian berpikir akan mencintai pria ini seumur hidupnya.

Namun, dia tidak pernah menyangka bahwa perasaan yang dia anggap paling berharga, hanya dianggap Wano sebagai emosi sesaat yang didasarkan pada nafsu.

Yuna berjalan di bawah pohon mangga dan melihat rantingnya yang rindang.

Semua kenangan indah yang terjadi di sini seperti pisau yang menusuk hatinya.

Dia tak ingin merasakan sakit hati kembali sehingga memutuskan untuk melupakan semuanya.

Yuna melepas kalung yang berisikan dua cincin dari lehernya. Air matanya yang hangat terus menetes di atasnya.

Dia tersenyum pahit.

Dia berlutut, menggali lubang di bawah pohon mangga dan mengubur cincin itu di dalamnya.

Melihat dua cincin yang tenang terletak di atas tanah, dengan simbol detak jantung yang berpasangan, Yuna tidak bisa menahan gemetar pada bahunya.

....

Yuna sibuk di rumah sakit dan mengurus perusahaan selama beberapa hari.

Kondisi ayah akhirnya stabil dan perusahaan perlahan mulai kembali beroperasi.

Dia berencana untuk mengundang Xena dan Zanny malam itu, tetapi saat mobilnya baru saja melaju beberapa meter, dia melihat seorang nenek-nenek yang mendekati mobilnya dengan tertatih.

Yuna sangat ketakutan hingga dia menginjak rem.

Dia seketika berhenti, sedangkan wanita tua itu terjatuh.

Nenek-nenek itu terjatuh tepat di samping kemudi mobilnya.

Reaksi pertama Yuna adalah yakin bahwa ini penipuan.

Saat dia hendak mengangkat teleponnya untuk memanggil polisi, dia melihat wanita tua itu terbaring di tanah sambil mengerang.

Dia tak bisa menahannya.

Setelah turun dari mobil, dia berjongkok di samping wanita tua itu dan bertanya dengan prihatin "Nenek, apa kamu baik-baik saja? Apa kamu mau aku panggilkan ambulans?"

Wanita tua itu duduk di tanah, menatapnya dengan ketakutan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Seseorang di sebelah Yuna mencoba menghiburnya dengan bijak, "Nak, jangan khawatir. Mungkin ada yang salah dengannya. Mobilmu nggak menyentuhnya, jadi bagaimana bisa dia terjatuh?"

Yuna berkata tidak setuju "Aku punya alat perekam mengemudi di mobilku. Kalaupun tertabrak, pasti ada buktinya. Aku akan membawa Nenek ke rumah sakit dulu. Jangan takut dengan masalah lain di usia senja seperti itu."

Yuna mengabaikan bujukan semua orang dan membawa wanita tua itu ke rumah sakit untuk diperiksa secara menyeluruh.

Kulitnya hanya sedikit tergores dan tekanan darahnya sedikit tinggi. Tidak ada yang serius.

Dia membelikan makanan dan minuman untuk wanita tua itu dan menghiburnya dengan lembut untuk beberapa saat.

"Nenek sudah baik-baik saja sekarang. Bisakah nenek memberitahuku nomor telepon keluargamu?"

Wanita tua itu memandangi wajah Yuna yang cantik dan lembut. Dia mulai tersadar secara perlahan dan akhirnya berbicara.

"Nak, aku sudah merepotkanmu. Bagaimana caranya untuk berterima kasih?"

Yuna menghela napas lega saat melihat wanita tua itu berbicara.

Dia tersenyum seraya berkata, "Selama kamu baik-baik saja, nggak perlu berterima kasih."

"Bagaimana bisa begitu? Aku baru saja mendengar kamu menelepon dan bilang kalau perusahaanmu mengalami kesulitan. Begini saja, aku memang tidak punya apa-apa untuk diberikan padamu, jadi biarkan cucuku yang memberikan beberapa hadiah untuk perusahaanmu."

"Dia adalah seorang bos di perusahaan besar. Sungguh, aku nggak berbohong."

Yuna tersenyum sambil memberikan secangkir air panas kepada wanita tua itu.

"Aku sangat menghargai kebaikanmu. Tapi biar aku akan menangani sendiri urusan perusahaanku. Berikan saja nomor telepon keluargamu dan aku akan meminta mereka datang menjemputmu."

"Nggak bisa begitu. Aku tahu cara balas budi, jadi aku akan menyuruh cucuku untuk membantumu."

Ngomong-ngomong, dia masih bujangan sekarang. Dia cukup tampan dan punya banyak aset, hanya saja temperamennya cukup buruk. Kalau nggak keberatan, kamu boleh mempertimbangkannya sebagai pasangan. Dengan begitu, mulai sekarang, semua hartanya akan menjadi milikmu. "

Wanita tua itu menghubungi nomor telepon cucunya sambil menjelaskan pada Yuna.

Setengah jam kemudian, Yuna dan wanita tua itu menunggu di kedai kopi dekat rumah sakit.

Rupanya, yang mereka tunggu-tunggu adalah sosok pria yang sangat dia kenal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status