Share

Bab 0015

Wano menatap dengan muram, nada bicaranya juga tak ramah sama sekali.

"Saat diberi kesempatan, kamu menolaknya. Sekarang, kamu menyesalinya dan malah mengincar nenekku?"

Yuna tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

Dia memalingkan wajahnya ke arah wanita tua di sebelahnya dengan ekspresi tidak percaya, lalu bertanya, "Maksudnya, dia adalah cucu Nenek?"

Wanita tua itu tersenyum seraya mengangguk, "Ya, apakah kalian saling kenal? Kalau begitu, bagus sekali. Dengan begini hubungan kalian akan lebih lancar dan nyaman."

Yuna mencibir, "Maaf, Nek. Karena keluargamu sudah datang menjemputmu, selain itu aku juga masih ada urusan, jadi aku akan pergi dulu."

Begitu Yuna berdiri, Wano meraih pergelangan tangannya.

"Kamu sudah menabrak nenekku dan mau pergi begitu saja?"

Yuna tersenyum dingin, "Pak Wano, kamu lupa, ya? Di mobilku ada rekaman. Kamu bisa mengecek rekamannya sendiri!"

Dia langsung berbalik pergi tanpa menoleh kembali.

Setelah berjalan beberapa langkah, Yuna mendengar suara dingin Wano.

"Yuna, kenapa repot-repot berusaha keras untuk bermain-main denganku? Selama kamu menyetujui permintaanku, Keluarga Qalif akan baik-baik saja."

Yuna pun langsung menjawabnya tanpa menoleh, "Pak Wano, mungkin kamu akan kecewa, tapi Keluarga Qalif telah berhasil melalui masa-masa sulitnya."

Setelah berkata demikian, Yuna bergegas melangkah meninggalkan tempat tersebut tanpa peduli dengan panggilan dari si wanita tua.

Wanita tua itu begitu marah dan menatap Wano dengan tajam. Sesekali, dia memperhatikan siluet kurus Yuna yang meninggalkan mereka dengan penuh keyakinan.

"Dasar nggak berguna! Apa kamu pikir memancing calon istrimu itu mudah? Aku hampir saja membuat nyawaku melayang!"

"Bagus, sekarang kamu sudah membuatnya pergi dengan kesal!"

"Apa kamu pikir dia peduli dengan hartamu? Biar kuberitahu, dia sama sekali nggak tertarik."

Wano mengerutkan kening saat melihatnya, "Siapa yang memintamu melakukan hal ini? Apa Nenek menyadari seberapa bahayanya tindakanmu ini?"

"Aku nggak punya pilihan lain. Kalau aku nggak bertindak sekarang, wanita itu pasti nggak akan pernah kembali."

Marisa menatap cucunya dengan kecewa.

Sejak kecil hingga sedewasa ini, cucunya memang unggul dalam segala hal dibanding orang lain. Kecuali masalah percintaan, dia malah tertinggal jauh.

Wano ingin menasihatinya sedikit lagi, tetapi melihat wanita tua itu menghela napas dengan sedih, Wano pun mengurungkan niat untuk mengatakannya.

Dia kemudian berkata, "Nggak usah khawatir, setelah masalahnya menumpuk, dia pasti akan kembali."

Marisa menggebrak meja melihat keangkuhan cucunya.

"Apa aku mendidikmu agar menjadi orang seperti ini? Seorang istri harus diperlakukan dengan lembut. Apa kamu pernah melihat seseorang yang bersikap dingin terhadapnya seperti yang kamu lakukan?"

"Dengan sikapmu yang begitu, seratus wanita pun akan pergi karena kesal padamu."

"Benar-benar nggak tahu malu. Kamu kalah jauh dengan cucu Wulan yang sudah menikah selama tiga tahun."

Dengan sikap dingin yang penuh penolakan, wanita tua itu mendengus dan pergi tanpa menoleh sedikit pun.

....

Pada akhir pekan, Yudha diperbolehkan pulang dari rumah sakit dan dinyatakan sehat.

Zanny dan Xena datang pagi-pagi buta untuk merayakannya bersama.

Mereka juga membeli banyak sayuran favorit Yuna dan ayahnya, serta memasaknya sendiri.

Yudha melihat Yuna duduk termenung di sofa. Lalu, dia membelai kepala Yuna dengan penuh kasih sayang.

"Kamu telah bekerja keras belakangan ini. Tubuhku sudah baik-baik saja, kamu harus berhenti bekerja. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk pergi bersenang-senang."

"Apa Xena nggak memberitahumu kalau dia harus kembali ke Fikarlanda untuk menangani sebuah kasus?"

Kamu bisa menenangkan pikiran bersamanya. Dulu, kamu merasa kalau ayah kurang memperhatikanmu, jadi kamu merasa tersakiti.

Setelah ini, ayah akan lebih perhatian padamu.

Maksud ayahnya sangatlah jelas.

Ayahnya ingin Yuna keluar dari bayang-bayang hubungan terakhirnya dan terjun ke kehidupan baru.

Yuna tersenyum sambil berkata, "Aku baik-baik saja. Cukup beristirahat di rumah beberapa hari saja. Aku akan agak sibuk belakangan ini, nggak hanya karena akan menghadiri pernikahan teman sekolah, tapi juga karena akan menghadiri perayaan ulang tahun satu tahun anak rekan kerja."

"Jangan khawatir, aku akan menjaga diri baik-baik."

Dengan nada yang penuh makna, Yudha mengelus pelan bahu Yuna, "Mereka semua sudah menikah dan bahkan punya anak. Seharusnya kamu juga bahagia seperti mereka."

Sepasang ayah dan putri itu sedang mengobrol dengan gembira ketika seorang pelayan tiba-tiba berlari masuk untuk melapor.

"Tuan, Nona, ada dua orang berseragam di luar. Mereka mengatakan dari kejaksaan dan ingin menyelidiki suatu kasus."

Senyuman di wajah Yuna tiba-tiba membeku. Dia bangkit seketika dari sofa.

Dia khawatir ayahnya akan terganggu sehingga bergegas menghiburnya, "Ayah, aku akan melihatnya dulu. Mungkin ini ada urusannya dengan Zidan."

Yudha tidaklah bodoh.

Zidan hanya berjudi. Dia juga sudah mengembalikan uangnya. Petugas macam apa yang begitu kurang kerjaan dan terus mempermasalahkannya.

Dia menghela napas dan berkata, "Biarkan mereka masuk, mereka memang pasti datang."

Dua petugas lembaga pemeriksaan menjelaskan secara singkat situasinya, lalu menatap Yuna dengan serius seraya berkata, "Kasus ini melibatkan rahasia bisnis dan melibatkan sejumlah uang yang cukup besar. Kami akan membawa Pak Yudha untuk diinterogasi hari ini."

Sejak kedua orang itu masuk hingga saat ini, Yuna terus menahan dan mengendalikan sejenis emosi tertentu.

Apa pun yang akan terjadi, dia takkan pernah menyerah demi membela ayahnya.

Yuna menatap mereka dengan dingin dan tegas, "Ayahku dituduh secara nggak adil. Kalian nggak boleh membawanya pergi."

"Nona Yuna, saat ini Pak Yudha telah menjadi tersangka dalam penyelidikan. Sangat wajar kalau dia menjalani pemeriksaan. Kami harap Anda bisa bekerja sama."

"Berapa lama penyelidikannya?"

"Kasus semacam ini sulit untuk diprediksi, pengumpulan buktinya juga tidak mudah. Lama penyelidikan bisa berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa bulan, tergantung pada keputusan dari Grup Lasegaf."

Bibir Yuna tidak bisa menahan gemetarnya.

"Kalau ayahku tinggal di penjara, dia bisa kambuh kapanpun. Kalau nggak mendapat pertolongan medis tepat waktu, nyawa ayahku akan terancam."

Memikirkan semua ini, membuat kebencian Yuna kepada Wano semakin dalam di dalam lubuk hatinya.

Dia menahan emosi yang tersembunyi dalam hatinya saat berkata, "Ayahku sedang dalam kondisi yang nggak baik. Aku harap kalian bisa menyediakan lingkungan yang lebih baik untuknya."

"Jangan khawatir, kami akan melakukannya."

Yudha pun dibawa pergi. Ketegaran palsu Yuna akhirnya runtuh.

Dia terhuyung beberapa langkah dan hampir terjatuh ke lantai jika Xena tidak menangkapnya tepat waktu.

Xena menghiburnya dengan lembut, "Jangan khawatir, aku nggak akan membiarkan apa pun terjadi pada Paman Yudha."

Zanny marah dan menendang-nendangkan kakinya di ruang tamu, "Wano itu memang licik dan berengsek! Dia nggak hanya jahat, tapi juga nggak punya hati nurani! Semua kebaikan yang Yuna berikan padanya sia-sia!"

Tepat pada saat itu, ponsel Xena berdering.

Dia menjawab dengan beberapa kata dan kemudian menutup telepon.

Dengan wajah serius, dia menatap Yuna, "Tentang kasusmu dengan Qirana, jika kamu nggak meminta maaf secara terbuka kepada Qirana, mereka akan tetap menuntutmu atas tuduhan melakukan kekerasan dengan sengaja. Persidangan akan dimulai bulan depan."

Setelah mendengar perkataannya, Zanny segera memeluk Yuna. Dia berusaha menghibur dengan pelan, "Jangan khawatir, Yuna. Kamu masih punya kami. Ayah Xena adalah orang hebat kedua di kota kita. Selain itu, keluargaku di Kota Canggu juga termasuk keluarga kelas atas."

"Aku nggak percaya kalau kita bertiga nggak bisa mengalahkan Wano," kata Zanny dengan tegas.

Yuna menenangkan dirinya secara perlahan.

Dia tahu kalau dirinya tak bisa bergantung pada orang lain, selain dirinya sendiri.

Wano sudah menjadikannya sebagai target. Jika dia tidak menghadapinya, masalah ini tidak akan pernah terselesaikan. Dia tidak akan membiarkan ayahnya mati di penjara.

Dia tidak akan membiarkan teman-temannya terlibat dalam masalah ini.

Ayah Xena memiliki posisi yang tinggi. Yuna tidak ingin membawa dampak negatif apa pun bagi ayahnya.

Zanny telah mencapai batas yang dia miliki setelah melarikan diri dari pernikahan yang tidak diinginkannya. Yuna tidak akan membiarkan Zanny kembali ke rumah yang memaksanya untuk menikah dengan pria yang tidak dia sukai hanya demi dirinya.

Yuna kemudian duduk di sofa tanpa berkata sedikit pun.

Dia hanya duduk diam semacam ini selama dua jam lamanya.

Saat Zanny dan Xena membawakan makanan, Yuna tampaknya sudah lama menghilang dari ruang tamu.

....

Setelah keluar dari ruang pertemuan, Zakri segera membisikkan sesuatu ke telinga Wano.

"Pak Wano, nyonya telah bertindak. Pak Yudha sudah dibawa pergi dan Bu Yuna juga menerima pemberitahuan dari pengadilan. Persidangan akan diadakan pada tanggal tiga bulan depan," begitulah laporan Zakri kepada Wano.

Wano terdiam, matanya yang dalam dipenuhi cahaya dingin.

"Apa yang dilakukan Yuna sekarang?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status