Share

Gadis Cantik

Hao Yu berjalan sendiri melewati kota yang hari ini nampak sepi. Entah kapan wabah itu menyebar, tapi kota hari ini terlihat sepi.

Hao Yu tidak tahu jika kota akan sesepi ini karena kemarin masih baik-baik saja dan tadi pagi Hao Yu pergi ke hutan.

“Sekarang, Bahkan aku tidak punya uang hanya untuk sekedar membeli makanan,” ucap Hao Yu memegang pinggangnya yang biasa disimpan kantong kecil berisi uang.

Hari sudah semakin malam, Hao Yu lapar, Hao Yu juga lelah. Ia mendekati pendopo kecil yang tidak jauh dari hutan yang akan ia tuju. 

Di balik Kenapa itu ada sebuah rumah. Namun, Hao Yu Hanya duduk di pendopo itu sembari bersandar ke tiang pendopo. 

“Ah, nyaman sekali,” ucapnya sembari meluruskan kaki. 

Hao Yu memejamkan matanya sesaat. Ia lantas melihat ke arah pedang yang ia bawa. Pedang yang kata Ketua adalah Padang Kaisar siluman.

“Aku tidak tahu jika Ketua ternyata bekerja sama dengan siluman untuk menangkap siluman jahat,” ucap Hao Yu sembari memperhatikan pedang yang ia pegang.

Pikiran Hao Yu berkelana ke setiap cerita Ketua, ia masih percaya tidak percaya dengan semua yang di katakan Ketua.

Di saat Hao Yu tengah melamun, seketika Hao Yu di kagetkan dengan suara seseorang memanggilnya. 

“Tuan Muda,” ucapnya.

Hao Yu replek berdiri dan melihat seorang wanita cantik berdiri di dekatnya. Hao Yu yang memang sangat menyukai melihat wanita cantik untuk sesaat terpesona. 

“Tuan Muda,” panggil wanita itu sembari menggerakan tangannya di depan wajah Hao Yu. 

Hao Yu tersadar, ia menggaruk tenggkuknya dan menunduk malu, meneymbunyikan pipi yang seketika merah merekah karena salah tingkah di ketaui sang gadis yang ia kagumi menegurnya.  

“Eh, i-iya, Nona,” jawanya dengan sedikit transisi kata yang terbata-bata. 

“Habis perjalan jauh, ya?” tanya gadis cantik dengan pipi tirus dan kulit putih bersih di depan Hao Yu. 

“Iya, aku menumpang untuk istirahat sebentar di sini.” Sekarang Hao Yu terlihat sudah menguasai dirinya sendiri. 

“Kenapa tidak di rumah saja?” tawarnya.

“Tidak apa, aku hanya sebentar,” jawab Hao Yu.

“Tidak apa, mari. Biar saya sediakan minum,” ajaknya dengan senyum tipis dan pandangan menatap wajah Hao Yu.

Bagaimana bisa Hao Yu menolak ajakan gadis cantik, apalagi di berikan senyum yang begitu manis. 

“Mari,” ajaknya sembari berbalik.

‘Sebentar saja,’ batin Hao Yu dengan hati senang mengikuti gadis itu.

Lagi pula, Hao Yu juga haus. Sepanjang perjalanan ia tidak minum atau makan apa-apa.

Hao Yu di bawa masuk ke dalam rumah gadis itu. Pandangannya mengelilingi setiap ruangan. 

“Apa di sini tidak ada orang?” tanya Hao Yu 

“Di dalam ada orang tuaku,” jawab Hadi itu dengan suara lembutnya.

“Silahkan duduk,” ucapnya mempersilahkan Hao Yu duduk di kursi kayu. 

Hao Yu segera duduk, ia melihat tempat itu dengan seksama. Entahlah, kenapa ada rasa penasaran dalam dirinya untuk memperhatikan setiap sudut rumah itu.

Tidak berapa lama, gadis cantik itu datang kembali dengan teko kecil dan cangkir lalu menyimpannya di depan Hao Yu.

Ia duduk di depan Hao Yu. “Silahkan,” ucapnya mempersilahkan Hao Yu untuk minum setelah ia menuangkan satu cangkir air dan mendekatkannya ke depan Hao Yu.

Hao Yu merasa terhormat sekali di persilahkan dengan begitu manis oleh gadis itu. 

Hao Yu mengambil minuman itu dan meneguknya.

“Siapa nama, Tuan?” 

“Aku Hao Yu, ah tidak perlu panggil Tuan. Aku rasa kita seumuran,” ujar Hao Yu.

"Baiklah, Hao Yu. Nama ku Jia Li."

"Cantik."

Jia Li hanya tersenum tipis mendapat pujian dari Hao Yu. 

 Tidak berapa lama ada sepasang wanita dan laki-laki paruh baya datang menghampiri Hao Yu. 

"Ada tamu," ucapnya basa basi. 

Padaha sebelumnya Jia Li sudah mengatakan jika ada pemuda yang singgah karena kemalaman. 

Hao Yu berdiri dan memberikan salam dengan membungkukkan tubuhnya. 

“Tadi, aku sedang istirahat sebentar di pendopo, tapi Nona ini mengajak aku masuk. Jadi aku ikut masuk.”

“Itu bagus, kau bisa istirahat dulu di sini,” ucap Lelaki tua itu. 

Tangannya bergerak seolah mempersilahkan Hao Yu untuk duduk kembali. Hao Yu mengerti dan segera duduk kembali, diikuti oleh pasangan itu. Setelah itu, Hao Yu memperkenalkan diri sama halnya yang dia lakukan kepada Jia Li. 

“Kamu dari mana dan mau kemana?” tanya Lelaki tua yang bernama Fengying, ayah Jia Li.

Sementara Jianying, ibu Jia Li hanya diam sembari memperhatikan wajah Hao Yu yang begitu tampan. Memang siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan Hao Yu, pemuda itu begitu tampan, wajahnya bercahaya. Putih bersih dan hidung tegap, rahang tegas dan bibir tipis berwarna merah jambu itu mampu membius setiap membius setiap wanita yang ia temui. 

Begitu pun dengan Jia Li yang sedari tadi tidak henti mencuri-curi pandang dan Ibu Jia Li. 

“Aku dari Desa Zisine. Aku akan melakukan perjalanan menuju lembah raja obat untuk mencari obat penangkal wabah yang saat ini menyebar di tempat kami,” jelas Hao Yu.

“Lembah raja obat?” kaget Fengying. 

Lembah raja obat sudah sangat terkenal dengan jalannya yang begitu mengerikan jika perjalanan dari tempat ini ke lembah raja obat. Mungkin jika tidak melewati gunung Sintang seperti di tempat lainseperti di tempat lain, semuanya tidak akan sesulit itu sampai mengagetkan Fengying.

“Benar.”

“Apa kau yakin akan datang ke sana? Sendirian?” 

Hao Yu menghembuskan napas panjang. “Keselamatan orang-orang yang berdampak wabah itu sekarang bergantung pada ku. Yakin tidak yakin aku harus tetap pergi,” jawab Hao Yu. 

Fengying melihat ke arah putrinya setelah menghembuskan napas panjang. Jia Li yang mengikuti pandangan Fengying terheran-heran mengapa ayahnya menatap dirinya seperti itu.

Hao Yu juga yang mengikuti pandangan Fenying menghadap ke arah Jia Li.

“Memang wabah apa yang tersebar sampai kamu repot-repot datang ke lembah raja obat?”tanya Fengying.

Hao Yu kembali menoleh Fengying.“Entahlah, Tuan. Tapi wabah itu membuat banyak orang sesak, seolah napasnya tertahan. Bahkan, banyak dari mereka yang mati mendadak,” jawab Hao Yu.

Fengying menatap wajah Hao Yu lekat-lekat, entah mengapa ia merasa ada sesuatu yang aneh pada pancaran aura wajah pemuda di depannya.

Hao Yu yang di tatap sedemikian lekat, merasa tidak nyaman. Mungkin jika di tatap Jia Li, Hao Yu akan merasa senang-senang saja, tapi ini di tatap laki-laki.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status