Home / Romansa / Jodoh Jebakan Dari Opa / Bab 2 ~ Pilih Aku atau Aki Aki Itu

Share

Bab 2 ~ Pilih Aku atau Aki Aki Itu

last update Huling Na-update: 2025-09-24 10:02:33

“Jadi,” Raka bersandar santai di kursinya, lalu melirik Anaya tajam.

“Sekarang tinggal pilih. Mau menikah kontrak denganku, atau jadi istri sah dari Aki-aki gaul ini?”

Kata-katanya meluncur tanpa beban, seolah-olah ini hal biasa yang bisa diputuskan sambil ngobrol santai.

Anaya membeku di tempat. Jari-jarinya mencengkeram ujung gaunnya, matanya berpindah-pindah antara dua pria di depannya.

Satu, Opa Gaul, dengan jas mahal, senyum genitnya, dan sorot mata yang membuat punggungnya dingin.

Satu lagi, Raka, yang dari tadi bicara seenaknya seolah tahu dia tak akan ditolak.

Di mata Anaya, keduanya sama-sama aneh.

Yang satu nggak sadar umur. Yang satu lagi kelewat pede, seolah yakin dirinya hadiah Tuhan untuk para perempuan. Dan parahnya, sekarang dia harus memilih salah satu.

Dari sudut meja, Mama melotot padanya. Pandangan penuh tekanan, seolah berkata :

Pilih. Sekarang. Jangan buang kesempatan.

Anaya menarik napas dalam-dalam. Mencoba menimbang.

Opa mungkin tajir melintir, tapi membayangkan dirinya hidup serumah dengan pria yang cukup tua yang pantas menjadi kakeknya… sudah cukup membuat perutnya mual.

Sedangkan Raka? Dingin. Menyebalkan. Mulutnya tajam. Tapi... dia menawarkan batas. Kontrak. Dan entah kenapa, dia merasa, pria itu masih punya sisi manusia.

Akhirnya, Anaya mengangkat kepala.

“Saya pilih… Om saja ,” katanya pelan, tapi tegas.

Wajah Mama langsung lega. Opa menyipitkan mata. Sedangkan Raka… tersenyum miring.

“Bagus,” katanya santai. “Berarti otakmu masih berfungsi.”

Anaya mencelos.

Kata-katanya barusan sukses membuat darahnya naik ke kepala.

“Ih, nyebelin banget!” geramnya dalam hati.

Raka tidak berhenti sampai di situ. Ia memutar tubuh, menghadap kakeknya, lalu berkata dengan nada mengejek :

“Sudah dengar kan, Opa? Tajir aja nggak cukup buat beli cinta gadis muda.”

Opa Gaul tersenyum... tapi kali ini, senyum itu tidak semanis tadi.

“Ha...kamu tu juga sadar nggak , Anaya saja manggil kamu om om, itu artinya sudah tua ka...” sindir kakeknya sambil mengejek cucu bandelnya.

"Dasar Aki Aki tua keladi. Aku ini masih muda Opa ...belum om om" sambil memandang muka Opanya kesal.

Tapi Opa tidak menunjukkan kemarahan. Justru, ia menyenderkan punggung, menyilangkan tangan di dada.

Belum tentu juga, Raka. Siapa tahu... gadis itu hanya terpaksa. Siapa tahu… sebelum janur kuning melengkung, dia masih akan berubah pikiran.”

Wajah Opa tetap kalem. Tapi pikirannya sibuk menyusun skenario.

“Kalau mereka benar-benar menikah… ya bagus. Toh itu tujuanku. Sudah capek aku suruh cucu satu ini menikah, nggak pernah nurut. Harus pakai jebakan dulu.” ujar Opa Hartono senyum dikulum.

Ia mengangkat gelas anggurnya, lalu tersenyum pada keduanya.

“Selamat atas rencana  mendadak kalian,” ucapnya.

Raka hanya mendengus, Anaya makin geram dan meminta mamanya untuk pulang sekarang. 

Langkah Anaya terburu-buru ingin keluar dari restoran. Nafasnya masih belum stabil, pipinya panas menahan emosi.

Ia sudah memilih, entah itu keputusan yang benar atau tidak tapi caranya diperlakukan seperti barang dagangan benar-benar membuatnya muak.

Belum sempat mencapai pintu, suara berat dan datar itu menyusulnya.

“Hei… kemasan saset.”

Anaya berhenti. Perlahan menoleh dengan tatapan tak percaya.

“Besok kamu ke rumah. Kita harus bahas pernikahan kontrak ini.”

SASET? Benar-benar cowok gila.

Anaya hampir berbalik dan menyumpal mulut pria itu dengan sendok sup.

Dengan wajah menyebalkan dan sikapnya yang seperti bos perusahaan, Raka hanya menatapnya datar, seolah dia tidak sadar kalau kalimatnya barusan bisa membuat perempuan waras berubah jadi harimau.

“Kemasan saset? Enak aja. Dasar kadal buntung, nggak laku!” ucap Anaya sambil mengepalkan tangan.

Dari meja makan, terdengar suara cekikikan pelan.

Opa Hartono, sang biang kerok dari semua kekacauan ini menyandarkan tubuhnya ke kursi, tertawa geli melihat interaksi cucunya dan calon cucu menantunya yang keras kepala.

“Hahaha… seru juga ya kalian ini. Semoga bisa saling melengkapi,” katanya sambil mengangguk-angguk puas.

Anaya cuma memaksakan senyum sopan. Tapi dalam hati… ingin ganti keputusan.

Sebelum ia benar-benar pergi, suara Opa kembali terdengar. Kali ini dengan nada manja yang tak sesuai umur.

“Dek Anaya, kesukaan kamu apa? Opa akan belikan, mau apa sayang?”

Anaya nyaris tertawa. Bukan karena lucu, tapi karena geli campur ngeri.

"Opa ini kenapa sih, labil banget?"

Tapi dia tetap membungkuk sopan.

“Terima kasih, Opa. Tapi saya nggak biasa minta-minta.”

Di sampingnya, Raka tampak mulai gerah. Rahangnya mengeras, tangannya menyentuh pelipis. Seolah sedang menahan diri untuk tidak memanggil satpam agar menyeret Opa pulang.

“Opa, bisa nggak… jangan lebay kayak ABG TikTok?” desis Raka akhirnya.

Opa tertawa semakin keras.

“Lho, Opa ini cuma mau akrab sama calon cucu menantu. Dulu kamu yang ogah nikah, sekarang sudah ada calon, malah jutek.”

Raka menghela napas panjang.

Anaya? Ia sudah benar-benar lelah.

“Besok jam berapa?” tanyanya singkat ke Raka.

“Jam sembilan. Jangan telat. Aku nggak suka buang waktu,” jawab Raka singkat.

Anaya hanya mengangguk tanpa menatap wajahnya. Ia melangkah pergi dengan kepala penuh gejolak.

Besok, ia akan membahas pernikahan palsu dengan pria paling menyebalkan yang pernah ia temui.

Dan ia baru sadar... Ini baru permulaan.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 8 ~ Bioskop

    Malam minggu seharusnya jadi malam biasa, tapi tidak untuk Anaya, istri kontrak yang kini malah ikut suaminya nonton film romantis di bioskop.Awalnya, dia senang. Suaminya ngajak nonton? Itu kemajuan besar!“Mas, kita nonton film horor ya, biar kalau aku takut bisa pegangan,” kata Anaya sambil bercanda.Raka melirik, senyum miring.“Pegangan ke pundak aku?”“Enggak, Ke botol minum aja.”Mereka tertawa berdua, namun, begitu sampai di dalam bioskop, baru terjadi tragedi kecil yang tak terduga…“Mas... kursi kita di mana?”“E12 dan E13,” jawab Raka santai sambil melihat tiket elektronik di HP-nya.Saat sampai di deretan kursi... Anaya mengerutkan dahi. Hanya ada satu kursi kosong.Kursi di sebelahnya? Sudah diduduki pasangan yang sibuk main HP.“Mas... ini kenapa cuma satu?”“Tunggu bentar, aku tanya petugas...”Beberapa menit kemudian, Raka kembali. Wajahnya datar tapi sebal.“Kesalahan sistem. Mereka ngasih dua tiket tapi cuma ada satu kursi kosong. Harusnya kursi satunya nggak dijual

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 7 ~ Balik Ke Realita

    Setelah kembali dari Turki, hidup kembali ke rutinitas.Anaya kembali menjadi mahasiswi tingkat akhir yang sedang masuk fase penyusunan skripsi. Liburannya habis, realita menyambut dengan laptop, referensi jurnal, dan… begadang tak berkesudahan.Tengah MalamKamar mereka seperti kapal pecah. Kertas berserakan. Laptop terbuka. Kopi tumpah sedikit di sisi meja. Anaya tertidur sambil duduk. Masih memakai kacamata dan hoodie. Skrip skripsinya terhenti di paragraf ke-14.Raka pulang kerja, membuka pintu kamar, dan langsung... tertawa pelan.“Istriku ini bisa banget ngacak-ngacak kamar kayak abis syuting film perang.”Bukan kekacauan yang membuat Raka menatap lebih lama, tapi wajah Anaya yang lelah tapi tenang.Ia mendekat, pelan-pelan melepas kacamata dari wajah Anaya, memindahkannya ke tempat tidur.Lalu… ia membaca skripsi yang ditulis Anaya.“Hm... struktur ini bisa diperkuat. Narasinya bagus, tapi masih berantakan. Ini bisa diperbaiki.”Dibukanya laptop, dibacanya satu-satu, dan...Raka

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 6 ~ Tiket Honey Moon

    Pagi itu, suasana rumah Opa Hartono kembali ramai dengan suara semangat yang nggak kira-kira.“Kalian mau bulan madu ke Turki! Tiket udah Opa siapin, hotel udah dipesan, koper tinggal angkut. Gimana? Senang nggak?”Opa Hartono menyeringai lebar sambil mengangkat dua lembar tiket pesawat. Anaya melongo, Raka mendesah.“Opa... kita nikahnya nikah kontrak lho, bukan ikut kuis jalan-jalan gratis.”“Ssst! Jangan rusak suasana!” Opa pura-pura nggak dengar.Di Kamar, setelah Semua RibutAnaya duduk di ranjang sambil menatap tiket yang sekarang sudah resmi di tangan mereka.“Mas…” katanya pelan.Raka menoleh. “Hm?”“Gimana kalau... tiket ini kita jual aja?”Raka nyaris keselek udara. “Apa?!”“Iya, kita bisa dapat duit lumayan! Terus tinggal pura-pura upload foto di Turki pakai AI, kan banyak sekarang…”Raka menggeleng pelan, lalu tertawa.“Kamu ini ya... yang paling semangat teriak ‘nikah kontrak’, tapi malah paling niat akalin semuanya.”“Lho, ini kan buat logistik rumah tangga. Kita realist

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 5 - Singkuh

    Malam itu, kamar pengantin baru... terasa seperti medan perang.Di tengah tempat tidur king size, terbentang tali rafia warna merah muda, dipasang rapi dari ujung kepala sampai kaki.“Inget ya, ini pembatas. Batas wilayah. Kalau kamu lewat ke zona aku, kamu kena sanksi,” tegas Anaya sambil menunjuk tali itu dengan tatapan waspada.Raka hanya melirik malas.“Oke, Bu Komandan.”Anaya menyiapkan selimut dan bantalnya sendiri, bahkan bawa guling tambahan dari rumah orangtuanya.Saat ia sibuk merapikan sisi ranjangnya, terdengar suara pintu kamar mandi terbuka.Anaya menoleh... dan langsung syok.Raka keluar dari kamar mandi hanya pakai celana training tanpa baju, rambut masih basah, dan... dia terlihat sangat santai.“APA NGGAK PUNYA MALU?!” teriak Anaya refleks, langsung menutup mata dengan tangan.Raka mengangkat alis. “Lho, ini rumahku. Kamarku. Masa ganti baju harus izin?”“KAMU ITU COWOK! Aku cewek! Kita baru kenal TIGA HARI! TIGA, Om! Bukan tiga tahun!”Raka terkekeh sambil mengambi

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 4 ~ Pembatas

    Anaya berdiri di depan pintu kamar yang ditunjukkan Raka, matanya menyipit curiga.Kamar itu besar, luas, bersih... tapi tetap saja, ...satu kamar, satu tempat tidur.Dia harus berbagi dengan kadal buntung paling menyebalkan se-planet ini.“Ini kamarnya,” ujar Raka santai sambil bersandar di pintu.“Mulai malam besok, kita resmi jadi suami-istri. Setidaknya di mata Opa.”Anaya melangkah masuk perlahan, lalu memutar badan sambil menunjuk ke tengah ranjang.“Besok kita beli tali. Kita pasang di sini. Tengah-tengah. Pembatas. Garis demarkasi. Siapa yang lewat batas, kena sanksi.”Raka menaikkan alis. “Serius amat. Kita nikah kontrak, bukan perang dunia.”Anaya melipat tangan di dada. “Laki-laki itu pada dasarnya pencuri ulung. Bisa saja kamu tiba-tiba menerkam aku pas aku tidur.”Raka terkekek.“Halah, mana nafsu lihat kemasan saset kayak kamu.”Matanya mengarah ke tubuh Anaya sekilas. “Itumu aja kecil… nggak selera.”DEG.Anaya melotot. “APA?! SIAPA BILANG?!”Raka menyengir makin lebar.

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 3 ~ Sarang Kadal Buntung

    Jam di ponsel Anaya baru menunjukkan pukul 08.55 ketika ia sudah berdiri di depan pintu rumah mewah milik Raka atau yang lebih tepat, rumah Opa Hartono.“Dasar kadal buntung nggak laku,” gumamnya dalam hati sambil menekan bel.Tapi lima menit berlalu… dan belum juga ada yang keluar.Anaya mendesah, lalu melangkah masuk, memutuskan menunggu di ruang tamu yang luas dan dingin.Matanya tertumbuk pada sebuah kotak kaca kecil di sudut ruangan.Di dalamnya ada hewan kecil unik yang langsung menarik perhatiannya: seekor landak albino yang sedang memejamkan mata di tumpukan jerami.Anaya mendekat perlahan, penasaran.“Ah, durinya pasti tajam ya?” gumamnya sambil menyodorkan ujung jarinya ke kotak itu.Saat jarinya nyaris menyentuh duri landak, tiba-tiba pintu samping terbuka!“JARI!” teriak seseorang dari balik pintu, membuat Anaya terkejut dan spontan menarik jarinya.Tak disangka, yang muncul adalah Opa Hartono, yang langsung latah kaget.“Astaga! Kenapa bisa kesakitan? Biar Opa lihat!” kat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status