Share

bab 3. Sonia

Author: EL Dziken
last update Last Updated: 2023-02-10 05:58:02

Sean sudah lama tinggal d sebuahi kota tempat dia bekerja yaitu kota Batam. Kota ini lah yang membawa dirinya dalam kesuksesan berkarier sebagai kepala bagian keuangan. Sarjana ekonomi dengan nilai IP lumayan tinggi menjadikan dirinya mendapat posisi basah dalam kantornya. Bahkan karena penampilannya yang elegan, ganteng dan mudah bergaul menjadikan seorang Sean bisa langsung memikat sang bos untuk menerima bekerja di perusahaan besar.

"Pagi, sayang." sapa Sonia dalam ruangan kerja Sean. Karena tahu hari ini lelaki pujaannya sudah pulang dari kampung halamannya.

Sean langsung berdiri dan menyambut Sonya. Kedekatan mereka sudah 70 persen. Seyogianya, Sean akan membawa Sonya untuk dikenalkan pada Papanya sebagai calon istrinya, tapi apa daya? Ah, peduli apa. Batin Sean.

Dipeluknya tubuh Sonia. "Ih, jadi kangen," bisik Sonia, di dada Sean.

"Kangen apa nih, jangan ngeres, ,ya." ledek Sean dan melepas pelukannya. Sean pun masih punya unggah-ungguh pada wanita.

"Hey, siapa juga yang otak ngeres, kangen makan siang bareng, kamu ih ... Jangan-jangan kamu nih, yang otaknya kotor." timpal Sonia sambil memukul dada Sean keras.

"Uhg, sakitt ..." rengek manja Sean dan memegang bekas pukulan Sonya.

"Ih, lebay deh ..." Mereka pun tertawa bersama.

"Ya, sudah nanti kita makan siang bareng ya,"

"Oke, sip. Tapi nanti malam anterin ke studio ada pemotretan iklan."

"Boleh, sekalian lama nih nggak ke kafe."

"Oh, iya, nonton live musik ya."

" Iya, apa sih yang enggak buat kamu."

"Aku kembali kerja lagi, ingat janji ya, awas kalo nggak jadi, aku cubit kaya gini." Sonia pun mencubit pinggang Sean keras-keras.

"Aww ...." Sean langsung terpekik sakit. Sonia tertawa dan langsung keluar dari ruangan Sean.

"Awas loh, jangan gagal janjinya." ujar Sonia lagi dari balik pintu.

"Iya, janji." Sean mengacungkan dua jarinya sambil tersenyum.

Sonia kembali bekerja. Sean tertawa sendiri dengan tingkah Sonia yang membuatnya gemas.

Sepeninggal Sonia. Sean kembali duduk di kursi kerjanya. Hatinya bahagia. Sonia tidak tahu kalau dirinya sudah terikat dengan seorang wanita lain. Terlintas wajah Nadira. Wajah galak, tomboy, terkadang nyebelin juga karena suka menang sendiri. Dirinya akrab dengan Nadira karena setiap bermain selalu Dira yang membela dan melindunginya. Dira bak pahlawan dalam masa kecilnya. Ada saja ide permainan darinya. Tapi rasanya tak ikhlas harus berjodoh dengan Dira. Sean menembuskan napasnya kesal. Entahlah, apa yang dipikirkan tentang perjodohan ini di mata Nadira. Lama sekali Sean tak berkomunikasi dengan Dira, sejak dirinya bekerja di Batam ini. Untuk sekedar bertemu pun jarang.

beralih, pada Sean, lelaki tampan itu masih saja merenung tentang Dira, bahkan kegiatan Dira pun tak di ketahui Sean. Tak terlintas bagaimana wajahnya. Kemarin malam yang diingat cuma kebaya yang melekat ditubuh Dira. Yang tadinya mau tertawa ngakak, melihat penampilan tomboy nya menjadi —, tunggu mengapa aku harus mengingatnya. "Ahhgg ... Kacau!" Sean mengutuki dirinya sendiri. Akhirnya menyibukkan diri dalam pekerjaannya. kini Dira sudah menjadi istrinya. sahabatnya sendiri.

Waktu berlalu, hingga waktunya makan siang. Baru mau membereskan laptop dan berkas dalam map. Sonia sudah membuka pintu dam menagih janji makan siang. Terlihat bekal yang sudah di siapkan Dira , hanya menjadi penghuni manis di meja kantornya.

"Tunggu, sebentar ya," Sean melanjutkan beberesnya. “Ya, sudah selesai, yuk."

Sonia tersenyum manis, dan bergelayut mesra pada lengan Sean. Tapi Sean berhenti, "Jangan pegangan seperti ini, biasa aja, masih di kantor nggak enak di lihat karyawan lain."

"Cuek aja lagi, mereka juga ada yang bertingkah seperti ini."

"Eh, tapi kita enggak, he he." Sonia melepaskan pegangannya sambil cemberut lucu. Sean pun tertawa dan melangkah duluan diikuti Sonia dari belakang. Ini yang Sonia sebel. Dirinya selalu berjalan di belakang Sean!

Malam berganti, Sean merasa suntuk, di bukanya laptopnya. apartemennya malam ini terasa sepi sekali.

menjelajah dunia internet, membuatnya merambah perfilman. akhirnya untuk menghilangkan suntuk. Sean menonton film box office.

Tak lama pintu kamarnya diketuk, terdengar suara Dira. "Mas, makan malamnya sudah siap, ayo makan."

Sean terpana, dia paling malas makan di rumah, namun kali ini tak enak rasanya tak mengindahkan, apa yang sudah di lakukan Dira.

"Ya, saya keluar. tunggulah." Sean pun keluar kamar. Berjalan ke arah meja makan. sudah terhidang makanan yang mengunggah selera makannya.

"Maafkan, saya memasak seadanya." cakap Dira, dan menuangkan teh hangat pada gelas Sean.

"Terima kasih, Dira. " Sean menerima piring yang sudah berisi nasi. Sean sangat menikmati masakan Dira malam ini.

setelah selesai makan malam, Dira membereskan semuanya. Tak ada kelanjutan pembicaraan mereka.

Sean duduk di depan telivisi. "Berapa nomor rekening mu ?"

Dira, terdiam, kemudian duduk di kursi agak jauh dari Sean.

"Untuk apa?"

"Aku suamimu, aku berhak memberimu nafkah." Jawab Sean pelan. Dira pun menyebutkan nomor rekeningnya.

****

Pagi menjelang, Sean sudah berada di ruangan kerjanya. Sean termasuk orang yang bekerja tepat waktu dan tepat sasaran. karena dedikasinya tersebut, Sean melesat cepat dalam karirnya.

"Budi, ke ruangan saya sebentar." Sean memanggil rekan kerjanya lewat interphone

kantor. Tak lama, muncul lelaki tampan, berhidung mancung.

"Pagi, Pak Sean." sapanya, dan duduk di hadapan Sean

"Pagi juga, maket bangunan sudah kau buat?"

"Sudah Pak."

"Data sudah komplit? karena jam sepuluh nanti kita meeting bersama bos besar."

"Sip, semua sudah oke, Pak?"

"Bagus, kau selalu bisa aku andalkan. terima kasih.'

waktupun sudah tiba, meeting dimulai. Sudah hadir beberapa dari devisi, termasuk ada David, salah satu rival Sean dalam meniti karir. selalu saja bayangan Sean mengganggu jalan aku berkarir, batin David, sambil melihat Sean dalam kebenciannya.

Bos besarpun masuk dan memulai meeting pagi ini. Masing-masing memberikan makalahnya.

kali ini, lagi-lagi bos besar memuji kinerja Sean.

hal tersebut membuat panas David.

"Sialan." gerutu David tanpa sopan santun, dirinya meninggalkan tempat meeting begitu saja.

Sean tahu, dirinya lah yang menjadi sasaran makian David, Namun hal tersebut tak pernah di hiraukan Sean.

"Sepertinya, kau harus hati-hati dengan David, " tutur Agung, salah satu divisi bagian properti .

"Iya, betul itu." imbuh Budi. "Dia akan merajalela. dulu pun begitu pada Pak Dimas, kepala keuangan kita. heran, kelakuannya tak berubah juga."

"Terima kasih atas nasehatnya, Tapi sebenarnya dia pintar, cuma , malas untuk mengolahnya."

"Betul, makanya dia kan, ponakan si bos besar." timpal Agung kembali.

Sean tersenyum, "Baiklah, sudah waktunya maksi, kawan." ucap Sean menepuk pundak Budi.

Sean pun kembali ke ruangnya kembali. Membereskan kertas yang tadi buat meeting.

sedianya dirinya akan mengajak Sonia untuk makan siang.

Hatinya gembira, berjalan menuju lift untuk turun ke lantai dasar, di mana Sonia menjadi PR.

saat itulah, dengan mata kepalanya sendiri. melihat Sonia tengah berciuman dengan David.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 56. Kritis

    Sean berlari di samping ranjang beroda milik sebuah Rumah sakit. Nampak, Dira terbaring, wajahnya pucat pasi. bibirnya membiru. Matanya terpejam rapat. Bila Aisyah tak menangis, mungkin Sean tak tahu, kalau Dira sudah pingsan di sudut nakas."Lebih baik, Bapak tunggu di sini, Pak. Silakan daftar pasien dahulu, percayalah, kami akan lakukan yang terbaik untuk pasien." ucap salah satu perawat yang mendorong, hingga ke ruangan gawat darurat.Dari jauh, Ilham dan Dewi berlari mengejar Sean."Pak, bagaimana Kak Dira?""Mereka sedang menanganinya," jawab Sean dalam kecemasan, "aku belum daftar pasien." sambungnya pada Ilham."Biar aku saja, Pak. " Dewi segera pergi ke bagian pendaftaran pasien.Sean terduduk, napasnya masih memburu. Dengan ditemani Ilham. Mereka menunggu kabar tentang Dira.Sepuluh menit kemudian, Dewi sudah datang kembali,. dengan membawa minuman, lalu menyerahkan pada Sean."Minumlah dulu, Pak. Tenangkan hati, Pak Sean.""Betul, Pak " Ilham pun menyerahkan minuman pada Se

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 55. Bimbang

    "Boleh aku gabung dengan kalian?" tanya Dira, masih berdiri di depan Dewi.Segera wanita tomboy itu berdiri, dan memberikan kursi padanya. Dewi segera mengambil kursi yang lain, dan menjejeri kursi tadi."Bu Dira? apa yang dilakukan di sini?" tanya Ilham masih dalam kebingungan. Pasalnya Dira yang selama ada di Malang yang dia tahu selalu diam di rumah."Kalian ini kenapa sih? kok kaya lihat hantu saja. " Dira duduk pada kursi yang diberikan Dewi."Kak ..."Dira tersenyum pada mereka. " Mas Sean lagi ada di rumah sakit, menemani Tiara dan Papa yang sedang cek up."Ilham dan Dewi masih, terdiam sambil menatap Dira."Kalian ini? Mas Sean kesini pakai motor, aku bonceng saja. Nggak enak aku ikutan ke rumah sakit. biar Tiara saja yang mengantar Papa, toh, memang sudah terbiasa dengan Tiara 'kan?" jadi aku ... dan akhirnya, aku bisa menemukan kalian. tadinya aku ingin minum espresso dan sepiring roti." "Aku pesankan, Kak." Dewi segera bangkit dari duduknya dan menuju tempat pemesanan.Dir

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 54. Keajaiban Sang Pencipta

    Pagi ini, sinar matahari menyeruak dari sela dedaunan. Riaknya membuat bayangan pada lantai trotoar, hingga bayangan itu membuat bias cahaya.Seorang anak kecil, berlari bebas. Mendekati seseorang, berkerudung lebar dan bercadar."Subhanallah .... jangan berlarian, nanti kau jatuh!" teriak wanita itu, sambil mengejarnya. Bajunya melambai. warna hitam yang pekat. Di belakangnya, seorang lelaki berjenggot tebal, mengikutinya sambil menggendong seorang anak kecil sekitar berumur Lima tahunan."Umi, jangan berlari, nanti kau jatuh!" Seru lelaki tersebut pada wanita yang dipanggilnya Umi.Akhirnya gadis kecil yang berlari itu, sudah digandeng oleh wanita bercadar tersebut.Mereka adalah keluarga Gibran.Lelaki yang dulu pernah menjadi orang yang paling dekat dengan Sonia atau Miss Lola. Istri dari lelaki tersebut adalah adik kandung dari Dewi. Mereka dulu pernah berseteru dalam keluarga. Anak yang sudah dalam genggaman wanita itu adalah anak yang dulu pernah diiadopsi oleh Sonia. Tapi, k

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 53. Clear

    "Mas, foto siapa ini?" tanya Dira pada suaminya, setelah dirinya naik lagi ke dalam truk.Sean memandang foto tersebut, dan mengerutkan dahinya."Foto, kekasih Firman, mungkin. kemarin firman yang bawa truk ini." "Oh, kupikir ...""Janganlah, berpikir yang aneh-aneh sayang, aku tak akan melakukan hal tersebut. Percayalah," ucap Sean menyakinkan istrinya.Dira, hanya tersenyum, lalu memandang Sean."Mas, tak bosen dengan aku?""Tidak, justru senyummu itu yang aku rindukan.""Tak inginkah Mas ... bercumbu?""Oh, pasti itu ada, tapi aku lebih suka mencumbui istriku, aku tipe setia, dulu sudah puas olehku berbuat don juan.""Benarkah?""Dengarlah Dira, saat ini yang aku impikan adalah membuatmu sehat, punya rumah, punya usaha, tinggal melihat anak-anak tumbuh dalam kebajikan. Kita menua bersama."Dira tersenyum dan menitikkan air matanya, segera diraihnya tangan suaminya, dikecupnya berulang kali punggung tangannya.Sean mengerti kesedihan Diri. diraihnya tubuh kurus itu, dan dipeluknya

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 52. Penganggu

    "HAI! LEPASKAN ADIKKU!" teriak keras dari Dewi. Wanita gesit itu langsung berlari mendekati Tiara. Murni pun tergopoh-gopoh seraya membawa pentungan golf milik Papa Panji.Dua lelaki yang menarik tangan Tiara langsung melepaskan tangan Tiara. Mereka langsung berlari meninggalkan tempat tersebut."Kurang ajar! Wei! jangan lari." Murni sudah mengangkat tinggi-tinggi tongkat tersebut.Dewi, menatap tajam dua lelaki tanggung tersebut yang langsung hengkang dengan sepeda motornya. Namun, Dewi mengingat nomor plat itu dengan baik dalam ingatnya.Tiara , bersembunyi di belakang tubuh kakaknya. "Kau kenal mereka, Tiara?""Iya kak, salah satunya adalah Wawan, dia yang terus mengejarku, aku sudah menolaknya, tapi dia masih main paksa saja. Siapa yang mau pacaran sama preman, kak," jelas Tiara."Oh, naksir sama Non Tiara, ya? tapi preman? jangan Non! enak aja, gadis cantik dan shaleh gini, sama preman." Murni sudah mencicit sebal pada lelaki yang belum dikenalnya."Sudahlah, Mbak, Nggak usah k

  • Jodoh Wasiat Ibu   Bab 51. Terjerat

    "Hai, kurang ajar!" Sonia berteriak, karena rambutnya ditarik dengan keras oleh Murni, Sonia tak tinggal diam, dia membalas tindakan Murni yang tiba-tiba tersebut. Wanita yang sudah dalam keadaan emosi itu menarik lengan Murni, dan membuatnya mengaduh karena kuku-kuku itu menghujam dalam lengannya.Murni menarik tangan Sonia membantingnya hingga tubuh wanita itu tersungkur keras ke lantai toko mainan siang itu.Banyak mata yang melihatnya, namun Murni tak pedulikan lagi, diinjaknya jari jemari Sonia. Otomatis dia berteriak sekencang-kencangnya, seraya menarik betis kaki Murni.Wanita setengah abad itu hampir tersungkur, tapi kakinya segera menahan tubuhnya agar tidak terjerembab. Sonia kaget, melihat kuku tangannya sudah patah, terlihat merah karena bekas injakan keras kaki Murni.Semua yang melihat, tak ada yang melerai. Tiara, segera menyingkir, dan memanggil satpam di depan toko.Terjadi pertengkaran lagi, kali ini lebih ekstrem, mereka sudah bergumul, saling tarik-menarik rambut,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status