Share

BAB 5

POV: Senja

Pertemuan memalukan antara aku dengan dia terjadi lagi. Meski kali ini aku sedikit terkejut dengan kehadirannya. 

"Kamu ngapain disini?," tanyaku pada pria yang aku yakin betul itu Langit.

Saat memasuki ruangan pertemuan itu. Aku melihat 3 laki-laki didalamnya satu paruh baya dan 2 lainnya masih muda. Salah satu dari mereka itu Langit.

"Kamu sendiri kenapa ada disini?" tanyanya balik padaku. 

"Lho, lho ini sudah pada kenal?," kata tante Nilam pada kami.

"Iya ma, dia temen Langit," jawabnya. 

"Wah, kebetulan banget jadi sudah akrab ya sama calon adik ipar," kata Laki-laki paruh baya yang ternyata Om Bayu suami Tante Nilam. 

Apa? Adik ipar? Jadi dia..

"Sudah, kita duduk dulu saja," ajak tanten Nilam. 

Aku dan ibu segera menuju kursi untuk duduk. Ibu berbisik padaku menanyakan perihal tadi, "Kok ibu nggak tahu ya kalau kamu punya temen cowok," bisiknya. 

Aku hanya menggelengkan kepala saja tanda aku tak ingin membahasnya sekarang. Apalagi ini adalah acara pertemuan resmi. 

"Nah, sudah pada kumpul sekarang. Sambil menunggu makanannya datang. Kita bisa ngobrol-ngobrol santai saja dulu ya," kata Om Bayu. 

"Jadi begini, pertemuan ini diadakan karena mami sama papi mau menjodohkan Bima dengan Senja. Seperti itukan jeng Nur?," kata Tante Nilam pada ibuku. 

"Betul jeng, kebetulan anaknya sudah setuju," jawab ibuku. 

Ya begitulah ibuku bukannya basa basi bertanya denganku malah sudah dijawab sendiri. 

Kulihat laki-laki yang dipanggil Bima juga nampak tak semangat apa dia menolak ya dijodohkan denganku. Dari tadi dia hanya diam saja saat aku dan Langit kaget tadi juga dia hanya duduk diam. 

"Bima juga sudah setuju dijodohkan, jadi kita sebagai orang tua sekarang harus memberikan waktu buat keduanya mengenal," sambung Om Bayu. 

"Pi," panggil Langit pada Om Bayu. 

"Oh iya lupa, sampai belum diperkenalkan. Bim, ini Senja calon istri kamu, ayo kenalan dulu," ucap laki-laki paruh baya itu. 

Yang dituju malah hanya mengangguk, Aku yang tak tahu harus bersikap bagaimana juga akhirnya ikutan mengangguk. Om Bayu sendiri malah hanya geleng kepala melihat tingkah kami. 

"Kalau ini anak kami yg kedua, Langit. Sudah kenal kan?," ujar Om Bayu. 

Langit menoleh padaku seperti mengisyaratkan pertanyaan mengapa aku disini? Aku lantas menoleh pada om Bayu dan berkata "Iya Om kami baru saja kenal beberapa bulan ini," kataku. 

Merasa tak terima dengan ucapan Senja yang berkata baru kenal dengannya, Langit hanya memberengut. 

Kenapa juga dia memberengut begitu,bukankah kita baru saja kenal dan mana mungkin dia mengenalku. Saat bertemu saja dia lupa denganku.

Lalu kenapa dia begitu, pertanyaan itu terus menggelayut dalam pikiranku. 

Semua berjalan sangat lancar tapi ada yang aneh dengan Bima dia sedari tadi hanya diam saja. Bahkan menatapku pun tidak sedangkan Langit malah melihatku terus menerus membuat sedikit tak nyaman. 

Aku izin sebentar ke kamar mandi meninggalkan semua orang yang sibuk makan dan mengobrol. Tanpa kusadari ada yang mengikutiku di belakang, sampai akhirnya di depan toilet aku berani menoleh ke belakang dan ternyata. 

Tangan kekar menarikku menuju ke rooftop hotel itu dengan menaiki lift. Dengan sangat kencang mencengkram pergelangan tanganku. Kenapa Langit seperti ini. 

Lift pun terbuka dan dia mulai melepaskan tanganku lalu berkata, “Jadi ini maksud kamu mengajakku menikah kemarin saat pertemuan pertama kita?,” tanyanya. 

“Apa maksudmu?,” tanyaku balik. 

“Kamu ingin menolak perjodohan inikan dengan memanfaatkanku,” ucap Langit. 

“Iya, tapi kamu menolaknya kan? Lantas kenapa kamu marah?,” kataku berusaha tenang. 

Langit hanya membisu dengan pertanyaanku barusan. Aku pun heran kenapa dia marah padaku. Padahal dia yang menolakku sendiri. Aku langsung meninggalkan Langit dan menuju ke bawah untuk ke toilet karena sempat tertunda karena laki-laki menyebalkan itu. 

Setelah selesai keluar dari toilet aku malah bertemu dengan Bima yang seperti sengaja menungguku keluar toilet. Tiba-tiba Bima mendekat padaku. 

“Inget ya cewek murah, meski mami dan papi setuju jodohin Gue sama Lo. Gue nggak bakalan cinta sama cewek murahan kayak Lo, inget itu!,” katanya berbisik mengancam dan langsung meninggalkanku. 

“Apa? Cewek Murah?” aku mengulangi perkataan Bima tadi padaku. Jadi ternyata dia menolak perjodohan ini dan mungkin dia hanya mengikuti permintaan orang tuanya. 

Ya Tuhan kenapa jadi begini, aku harus bagaimana ini? Jika Bima tak setuju dengan perjodohan ini kenapa harus terjadi. Lalu, kenapa juga Langit marah padaku. ***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status