Terjebak Seks Bebas Part 3 Aku melihat gadis kecil ini, anak kecil yang baru beranjak menjadi remaja, masih jauh waktu yang dibutuhkan untuk dia memikirkan hal hal yang berhubungan dengan rumah tangga. "Saya boleh tahu siapa nama panjangmu?" tanyaku membuka pembicaraan. "Elisa Maharani," ucap Elisa sedikit ragu ragu dan sangat lirih. Elisa terlihat mengarahkan pandangan matanya ke bawah, seolah enggan untuk memperlihatkan wajahnya. "Wah, itu nama yang sangat indah. Dokter hanya ingin membantumu, membantu yang sebenarnya," ucapku berusaha tetap mengulaskan senyum. "Apa Dokter boleh meminjam tanganmu," ucapku lembut. Dengan ragu ragu Elisa mulai mengangkat pandangannya, lalu mengulurkan kedua tangan kecilnya. Aku meraih tangan itu, menggenggamnya, juga mengelusnya lembut, berharap Elisa tahu, bahwa aku memiliki ketulusan untuknya, ketulusan kasih yang benar benar aku miliki, bukan sebagai seorang dokter, melainkan teman, atau mungkin kakak, atau bahkan ibu. "Elisa, Elisa tahu, say
Terjebak Seks Bebas Part 4 Elisa melihat ke arah perutnya, perut yang sedang aku pegang, perut kecil, yang bahkan tidak akan disangka bahwa di dalam perut itu bersemayam janin kecil yang tumbuh dengan sehat. "Tapi dia tidak mau bertanggung jawab, dia tidak mengakuinya," ucap Elisa. "Ya, itulah yang terjadi. Semua yang kau alami bukanlah bukti cinta. Melainkan perampasan sepihak, perampasan, perampokan. Kau tahu, keperawanan adalah simbol suci bagi seorang perempuan. Sekalinya hilang tidak akan bisa dipulihkan lagi. Jika itu hilang sebelum adanya pernikahan, maka simbol suci itu juga akan hilang, hanya menjadi angin tanpa bekas, tak berkesan,” ucapku. “Keperawanan tidak seperti rambut dan kuku, yang bisa tumbuh lagi ketika sudah dipangkas. Keperawanan juga merupakan simbol dari moral dan harga diri seorang perempuan," ucapku berusaha menggunakan bahasa yang aku harap bisa dia pahami. "Sebentar, saya perlihatkan sesuatu padamu," ucapku yang kemudian mengambil dua buah minuman dingin
Terjebak Seks Bebas Part Akhir Tindakan harus dilakukan, terpaksa, tidak mampu aku cegah, aku tidak memiliki daya dan upaya. Akupun menangis, tidak rela janin itu pergi, namun apa yang bisa aku lakukan. Setelah Tindakan dan pasien sudah dipindahkan ke ruang observasi, aku menangis di ruang pemeriksaan, aku tidak bisa melupakan wajah polos Elisa, wajah yang tidak berdosa itu, Seorang gadis muda terjebak dalam ikatan cinta yang membuatnya tidak berdaya, lalu akhirnya terbelenggu dalam dosa, dosa yang sangat besar. Setelah hari itu, aku memutuskan untuk menjadi seorang konsultan, penerang, yang masuk ke setiap pintu sekolah sekolah untuk memberikan pendidikan seks secara gratis juga lugas. Sebuah ilmu yang dianggap sebagian orang sebagai sesuatu yang tabu dan tidak penting. Aku ingin mereka semua tahu dan mengerti betapa penting dan berharganya diri mereka. Seharusnya mereka semua menuliskan kaya "don't touch me" sebesar mungkin di kepala, punggung, dada dan semua yang bisa dilihat.
Menjual Keperawanan Part 1 Bunga dandelion memiliki bentuk yang unik, teksturnya sangat rapuh, di mana setiap bibit di dalam bunga akan terbang bahkan hanya dalam sekali tiupan saja. Bunga yang mampu tumbuh di mana saja, tidak peduli tempat yang tandus atau bahkan lembab. Dia akan terus bertahan, mudah beradaptasi dan tidak takut untuk berada di manapun. Dia bahkan tidak pernah membenci siapapun yang singgah hanya untuk mengambil sekilas foto, atau meniupnya satu per satu, karna dia yakin, biji yang tebang mampu tumbuh di manapun dia jatuh dan hinggap. Romansa duduk di taman yang ada di rumah sakit, tidak jauh dari ruang perawatannya. Dia nampak melihat dandelion yang bergoyang tersapu angin. “Rey, lihat wanita itu,” ucap Simon. “Dia cantik sekali,” lanjut Simon. “Kau ini, jaga pandanganmu, kita sedang di rumah sakit,” ucap Rey. “Ya siapa tahu dia dokter yang kau maksudkan, dia cantik sekali,” ucap Simon. “Benarkah?” tanya Rey yang kemudian dia melihat ke arah taman di mana wa
Menjual Keperawanan Part 2Suatu ketika, aku dituduh mencuri uang dari salah seorang murid. Dia adalah anak dari pejabat daerah. Tuduhan yang sangat menyakitkan, karna aku tidak mungkin melakukan hal hina seperti itu.Aku memang bukan orang kaya, namun mencuri bukan menjadi pilihan, bahkan ketika terdesak sekalipun. Tuduhan itu membuat beasiswaku di tangguhkan, aku harus mengganti uang itu, cukup besar, bisa membeli satu unit sepeda motor keluaran terbaru. Aku sangat heran, kenapa seorang murid harus membawa uang sebanyak itu, apa dia ingin menunjukkan bahwa uang baginya hanya seperti lembaran buku? tidak dapat dipercaya, itu sangat tidak wajar.Setelahnya, aku mengetahui bahwa gadis itu sengaja menjebakku, dia iri dengan pencapaian yang aku dapatkan selama ini. Juara kelas dan rekomendasi beasiswa di perguruan tinggi terbaik. Aku sangat kecewa, dia benar benar akan menghancurkan hidupku.Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku berusaha mencari pekerjaan sampingan, namun denga
Menjual Keperawanan Part 3Anna melihat kekhawatiran tergambar jelas di wajahku, aku benar benar takut, itu tidak bisa disembunyikan. Bahkan membayangkannya saja itu sudah cukup menakutkan. Aku mulai ragu, namun jika aku pikirkan lagi, ini langkah terbaik menurutku, walau akhirnya aku benar benar menyesal.“Tidak perlu takut, rasanya memang sakit di awal, namun setelah itu kau akan merasakan sensasi yang luar biasa,” ucap Anna yang mendekatiku, lalu duduk di sebelah tempatku duduk.“Apa kau menikmatinya?” tanyaku.“Ya, karna saat itu aku melakukannya dengan kekasihku, kekasih yang sangat aku cintai, walaupun sekarang aku sangat membencinya,” ucap Anna.“Apa kau menyesal?” tanyaku.“Ya, tentu saja, sangat menyesal. Bukti cinta apa, dia meninggalkanku, menjengkelkan,” ucap Anna.“Jangan pikirkan macam macam, fokus saja ke tujuanmu,” lanjut Anna.“Baiklah, aku akan berusaha untuk tidak memikirkannya,” ucap Anna.“Aku akan menceritakannya sedikit supaya kau memiliki gambaran yang baik,” u
Menjual Keperawanan Part 4Untuk menghormatinya, aku segera menenggak minuman itu. Baru sekian detik cairan itu masuk ke tenggorokanku, aku mulai batuk, sungguh rasanya begitu pahit dan tidak enak. Aku mulai berpikir, apa yang ada di kepala para pemabuk itu, dengan santainya menenggak begitu banyak minuman beralkohol, apa hanya untuk mendapatkan efek teler dan mengantuk? Sungguh tidak dapat dipercaya.“Kau benar benar baru pertama mencobanya?” tanya Eriko.“Aku akan mengambilkan air putih,” ucap Eriko.Aku hanya mengangguk, seolah menuruti setiap hal yang ingin dia lakukan, tanpa menentang dan tanpa berkomentar. Akupun ingin membilas tenggorokanku dengan air, sungguh rasanya sangat tidak nyaman.“Boleh aku bertanya?” tanya Eriko.“Tentu saja,” ucapku yakin.“Apa kau melakukan semua ini hanya demi uang?” tanya Eriko, dengan ragu aku menjawab pertanyaan itu dengan anggukan. Tidak mungkin aku menceritakan semua alasan dibalik tindakan yang aku lakukan ini.“Kau tidak akan menyesal?” tan
Menjual Keperawanan Part AkhirSetelah memikirkannya, akhirnya aku setuju untuk tidak menggunakan alat kon-trasepsi, dengan alasan supaya kami bisa lebih menikmatinya. Ini juga yang selanjutkan membuatku menyesal dan selalu menyalahkan diri, betapa bo-dohnya aku ini, bisa percaya dengan mitos seperti itu, pengalaman pertama tidak akan membuatku hamil, sungguh apa yang aku pikirkan sehingga mempercayainya.Eriko mulai mendekat ke arahku, dia terlihat begitu lembut dan bahkan terasa penuh dengan kasih sayang. Eriko memegang kepalaku bagian samping, mengelus rambutku, lalu jempolnya dengan lembut menyapu telingaku. Perlakuan sederhana ini sungguh membuatku melayang, sentuhan yang begitu lembut.Eriko menatap wajahku, menatap mataku, lalu menjatuhkan kecupan ke bibirku, bibir per-awan yang belum pernah dikecup siapapun.“Kau belum pernah mendapat ini? apa aku pria pertama yang mengecupmu?” tanya Eriko seraya tersenyum.Eriko mulai berani, memperlakukanku, layaknya kekasih atau bahkan istr