Share

K E Y
K E Y
Penulis: Nisa Jihad

Tuan Muda Kalandra

loved you, I loved you, I loved you

But that was then

But that was then

"Maria bukan Meri, jangan salah ya, kamu yang mulai bukan aku Kala." 

"Lo yang bodoh, lo nyalahin semuanya ke Gue? Gila lo ya!"

"Hei, gurun pasir yang tandus juga tahu, kalau kamu emang bersalah, gak usah bela diri gitu." 

"Hah?! Cewek kayak LO ITU CUMA SAMPAH! BUAT APA DI PERTAHANIN?"

. . .

Hai, selamat datang di dalam jamuan makan malam hari ini, sepenggal yang kalian baca di atas adalah rumah di mana nanti akan aku sampaikan sedikit. Tidak, aku orang yang baik hati kok. Bahkan kita belum kenalan. Bagaimana jika kita berkenalan terlebih dulu? Baiklah, mari berkenalan sebentar, kalau begitu. 

Kalandra? Ya. Orang memanggilku dengan nama itu. Nama yang begitu sempurna yang orang tuaku berikan ketika aku baru saja lahir ke muka bumi. Aku Kalandra Rezvan Akbar Putra  terlalu panjang mungkin, kalian bisa memanggilku Kalandra, Kala, apa pun, sesuka kalian. Aku orang yang paling  tampan, cerdas, yang pasti cute apa kalian percaya? Tidak, jangan salahkan aku, tapi jika kalian memaksanya, tentu aku tak akan menolak. Yang jelas, jangan percaya apa yang aku katakan. 

Kalian tahu? Dulu aku memiliki cita-cita  ingin menjadi seorang Pilot. Tapi, telah pupus ditengah jalan. Wah, kenapa? Tentu akan aku jelaskan sedikit bagaimana alasanku telah kandas untuk menjadi seorang Pilot, sederhananya adalah, karena Kakak perempuanku. 

Aku terlahir bungsu, yang dilengkapi sepasangan kakak, laki-laki dan perempuan. Karena alasan itu aku memutuskan untuk menjadi seorang yang ingin menjaga kedua wanita yang begitu sempurna. Cinta pertamaku tentu saja pada Bubun. Sosok wanita yang paling cantik yang mampu membuatku jatuh cinta setiap hari. Lalu, pada kakak Perempuanku. Karena dia akan menjadi sosok Ibu yang nantinya tak kalah sempurna dari Bubun. 

Banyak hal yang sulit aku jelaskan, tentang kisah di balik semua kebahagiaanku. Ada luka yang pernah menetap dan sulit untuk terlupa. 

Jika kalian masih belum mengenalku, mari sapa aku sekali lagi. Aku Kalandra Rezvan, sedikit tentangku adalah bahagia dari kalian. Rumahku selalu terbuka untuk kalian, tak banyak yang tahu siapa aku, tapi aku akan mengatakannya pada kalian, kalau aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas Jakarta. Kebetulan jaraknya tak jauh dari rumah. 

Kali ini tak akan aku biarkan kalian berpikir sendirian, aku akan mengajak kalian untuk menyelami kisahku, si Tuan Muda. Begitu julukkan yang mereka berikan padaku. Sejarahnya dimulai sejak aku masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, saat itu aku masih kelas 9 kalau tidak salah ingat. Tapi lupakan saja, karena itu masih sangat muda untuk dikataka sebagai seorang jagoan sekolah,kan? 

Untuk menjaga diri dari serangan, aku pernah mencoba untuk melawan sebagai orang yang sok kuat, yang tak tau caranya berkelahi, bahkan tidak mengerti harus melawannya bagaimana. Sampai akhirnya aku datang dan untuk pertama kalinya juga aku berada di kamar seorang Guru BK, maksudku, aku dipanggil karena ulahku yang sembarangan. 

Percobaan pertamaku adalah menantang salah satu siswa dari sekolah lain yang memang hobi mrncari gara-gara dengan beberapa siswa di sekolahku yang memang terkenal biang onar. Saat itu posisiku ada di antara mereka yang niatnya hanya melihat tak ingin ikut campur, tapi di luar dugaan, serangan berutal datang menghampiri dan akhirnya aku jadi ikut menjadi tawanan Guru BK, Pak Jo. Guru BK yang paling terkenal akan aturan diktatornya, menyeramkan!

Terlihat konyol, tentu saja, kalian bisa membayangkannya. Karena situasi itu sangat-sangat menyenangkan, aku yang tak tahu apa-apa justru sekarang menjadi seorang penyelamat atas prestasiku. 

Kalian harus tahu, aku tidak akan melakukan apa pun unuk hal apa pun. Pengecualian, jika aku memang diserang lebih dulu. Lagi pula aku tak akan mungkin membiarkan Bubun datang ke sekolah untuk memenuhi panggilan, tapi, memang aku terlalu poluler jadi  tak heran jika aku memiliki banyak mata-mata di sekitarku yang memang tidak pernah suka.

Aku tidak pernah bermimpi untuk menjadikan seni bela diri sebagai hobi yang sampai detik ini masih aku tekuni. Semuanya tidak berjalan begitu saja, ada alasan lain, salah satunya karena sosok Abang yang selalu menginspirasi keberanian dalam diriku. Terlebih, karena aku juga seorang anak terakhir. Tidak, tidak, aku tidak seperti yang kalian bayangkan. Apalagi seperti sosok anak manja yang tidak bisa melakukan apa-apa. Justru, karena aku anak terakhir, aku ingin menjadi sosok yang lebih kuat dari yang lain. Meski kadang-kadang aku akan bersikap selayaknya seorang anak bungsu, tidak perlu aku beri tahu, kalian sudah pasti tahu. 

Aku rasa cukup untuk banyak bicaranya, aku hanya ingin mengatakan sedikit tentang bagaimana perasaan keluargaku saat masa kelam hadir diantara bahagia yang menyelimuti. 

Aku tak pernah sedikitpun untuk menyakiti atau membuat semua orang terluka, terlebih saat di mana aku berada di atas kursi roda dengan keadaan yang tidak memungkinkan untukku berdiri. diagnosis dokter membuatku hampir putus asa. Tapi, setelahnya aku sadar tak ada hal yang lebih bahagia untuk mendapat apa yang dilalui dengan proses. Termasuk menggoda Papa ketika beliau sedang ada di luar kota. 

Bahkan Bubun telah memberiku setengah dari seluruh rasa hormat agar lelah akan terbayar, sama seperti yang Abang tawarkan padaku, ucapannya  selalu terngiang.

"Keputusan Lo adalah pilihan yang harus dipertanggung jawabkan, La." 

Hanya sebatas kalimat tapi berhasil membuat Aku terkoyah dan hampir saja mundur. Memang banyak kata yang hampir setiap hari Abang katakan, begitu juga dengan Papa, saat aku ikut bersantai di kamar Bubun. Bubun sengaja menelpon, karena urusan hati yang tidak bisa ditinggalkan. Papa memang sibuk, tapi Papa akan meluangkan waktunya untuk mengabari rumah, apalagi Bubun yang terkadang memiliki firasat yang kluar biasa. 

Terakhir kali kami bicara banyak hal,waktu di mana Papa sedang bertugas di luar daerah. Hampir setiap malam Bubun mennangis karena rindu, karena aku baik hati, jadi setiap malam aku memutuskan untuk menemani Bubun sambil mengerjakan tugas kuliahku yang terlalu banyak. 

Tapi, aku ingat ketika Papa berkata untuk tidak melakukan dibatas wajar, ingatanku berputar pada mana di mana aku berada di tengah lapangan. Di sana aku banyak menemukan banyak hal tentang arti dan kesemptan. Tentang luka dan bahagia. Suka dan duka, bahkan aku menemukan satu dari sekian banyak yang tak pernah aku sadari sebelumnya. Dan akhirnya aku menemukan sisa jejak yang kini menjadi pelengkap. 

"Tuan muda Kalandra!" 

Detik itu aku tersentuh, dari ribuan kata yang pernah kudengar, untuk pertama kalinya aku  merasa kata itu yang paling kuingat. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status