Share

Bab 4

Author: Lara Aksara
last update Last Updated: 2025-02-13 11:47:09

Menjelang jam makan siang, Denta turun dari mobil lalu melangkah penuh percaya diri menuju ke pintu masuk Mariska Couture. Namun, dua meter sebelum ia mencapainya, pintu itu terbuka dan Senja keluar dari gedung dengan langkah ringan, bibirnya melengkung dalam senyum yang begitu menawan.

Gengsinya seketika ambyar melihat Senja seperti tidak terpengaruh dengan masalah rumah tangga mereka. Wanita itu tampak baik-baik saja dan semakin mempesona. Tawa lembut, sesuatu yang dulu menjadi miliknya, kini terdengar seperti tamparan keras di wajah. 

Sebenarnya, Senja sungguh mencintainya atau tidak?

Namun, tidak ada jejak luka yang ia harapkan untuk terlihat di wajah Senja, juga ada tanda bahwa Senja masih membutuhkan atau mencintainya.

Yang lebih menyakitkan lagi, pemuda yang berjalan di samping Senja itu tampak muda, energik, dan terlalu nyaman berada di dekat Senja.

Apa mereka hanya rekan kerja? Atau lebih dari itu? Pikiran Denta mulai dipenuhi kecemburuan, meski ia sadar tidak berhak merasa begitu. Tidak setelah perselingkuhannya terbongkar.

Langkah Denta tertahan. Bagaimana ia bisa mendekati Senja dalam situasi ini?

Namun, Denta memaksakan dirinya melangkah maju.

"Senja," panggil Denta, mencoba menahan amarah yang membakar hati.

Senja berhenti dan menoleh, tawanya terhenti. Tatapannya sedingin es. Pemuda di sampingnya melirik Denta sejenak sebelum dengan sopan mengangguk ke arah Senja dan berkata, "Saya menunggu di mobil, Madam."

Senja mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari lelaki yang dulu pernah dia puja. Begitu pemuda itu pergi, Denta akhirnya melangkah lebih dekat, walaupun semakin berat rasanya. Aura Senja yang penuh wibawa benar-benar membuatnya merasa terpojok.

"Ada apa?" tanya Senja dengan nada datar, tanpa emosi.

Denta merasa rendah jika harus membahas Citra, maka ia memilih membelokkan topik hanya kepada dirinya dan Senja, "Aku ingin bicara. Tentang kita."

"Kita?" Senja mendengus kecil, lalu menatap Denta dengan tatapan menusuk. "Bukankah 'kita' sudah berakhir saat kamu memutuskan mengkhianatiku dengan sahabatku sendiri?"

Denta berdecak tidak sabar, "Aku tahu aku salah. Tapi apa tidak ada sedikit ruang untuk kita memperbaiki semua ini? Aku tidak ingin kehilangan kamu, Senja."

"Diperbaiki?" Senja tertawa kecil, tetapi tidak ada kehangatan di sana. "Mas, kamu tidak bisa memperbaiki sesuatu yang sudah hancur total. Kamu tidur dengan Citra, sahabatku. Kamu menghamilinya. Lalu sekarang, kamu berdiri di sini, berharap aku akan memaafkanmu seperti tidak terjadi apa-apa?"

"Citra mengandung anakku, sesuatu yang kita berdua tahu tidak bisa kamu berikan. Aku tidak minta kamu menerima dia, tapi pikirkan masa depan anak ini, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Kamu tahu aku sangat mencintaimu," kata Denta seolah ingin meyakinkan Senja.

"Cinta?" Nada suara Senja meninggi, penuh kemarahan yang terkontrol. "Kalau kamu mencintaiku, kamu tidak akan pernah mengkhianatiku seperti itu. Kamu bukan hanya menghancurkan hatiku, tapi juga menghancurkan kepercayaanku, menghancurkan persahabatanku. Dan lebih dari itu, kamu menghancurkan dirimu sendiri di mataku."

Denta mencoba mendekati Senja, tetapi wanita itu mengangkat tangannya, menghentikannya. "Anak itu urusanmu dengan Citra. Aku tidak akan turut campur. Aku akan menceraikanmu. Ini bukan keputusan emosional. Ini keputusan seorang wanita yang tahu harga dirinya lebih tinggi daripada harus bertahan dengan pria sepertimu."

"Senja, kamu tidak bisa melakukan ini. Kita terhubung lebih dalam dari sekedar suami istri. Aku adalah satu-satunya keluargamu." Ucapan Denta terdengar lebih ke arah ancaman. Dan Senja tidak gentar.

Ia menggeleng pelan. "Tidak. Aku sudah selesai denganmu."

Tanpa berkata lebih banyak, Senja melangkah pergi, meninggalkan Denta yang berdiri terpaku di tempat. Tatapan Senja yang dingin dan penuh percaya diri itu seperti menampar harga dirinya. Denta berbalik, meninggalkan Mariska Couture dengan amarah membara. Jika ini caranya, dia akan memastikan Senja tidak bisa melangkah lebih jauh darinya.

Agak jauh di seberang jalan, sebuah mobil gran coupe seri terbaru berwarna hitam, terparkir di tepi jalan. Pengemudinya adalah Reinaldo Wicaksana.

Ia menyaksikan semua drama yang terjadi di depan Mariska Couture. Dari Denta yang berusaha menarik Senja untuk mendekat padanya hingga Citra yang mengintai dari mobil berkaca terang miliknya.

Senyum miring muncul di wajah Reinaldo. Tadinya, ia kemari untuk mengajak Senja makan siang, mengabaikan penolakan wanita itu tadi pagi. Namun, melihat kehadiran Denta dan Citra, serta reaksi Senja, membuatnya memikirkan sesuatu.

Ia menjalankan mobilnya menjauhi tempat itu sambil menekan nomor pada ponsel yang terkoneksi dengan dasbor mobil. Tiga nada dering terdengar dan diangkat sebelum bunyi keempat muncul.

Tidak ada suara sapaan, hanya helaan napas yang terdengar berat.

“Selidiki lebih jauh tentang Nana Citra dan Denta Prayudha, termasuk rencana mereka yang berhubungan dengan Senja,” kata Reinaldo pada seseorang melalui sambungan telepon.

**

Malam itu, Reinaldo Wicaksana baru saja tiba di rumahnya. Ketika baru saja duduk, ia melihat ada beberapa pesan dari asistennya, tapi satu pesan dari nomor tak bernama menarik perhatiannya.

[Senja akhirnya pindah dari rumah Denta. Sekarang tinggal di penthouse pribadinya. Aku pikir kau mau tahu]

Reinaldo tersenyum tipis. Akhirnya. Kabar dari Jay, hacker yang sering membantunya, datang juga. Ia membuka link yang disertakan pada pesan itu dan menemukan alamat apartemen pribadi Senja.

Tanpa ragu, Reinaldo langsung menuju apartemen Emerald Heights.

Beberapa saat kemudian, Reinaldo sudah berdiri di depan pintu penthouse 8B. Dengan santai, ia menekan bel pintu.

“Kamu?” Senja menaikkan alis.

Wanita itu sejak tadi masih sibuk dengan segelas anggur dan pikiran yang berkelana tentang Paris Fashion Week yang akan diikuti oleh Mariska Couture. Namun, suara bel pintu seketika membuyarkan pikirannya.

Ketika baru saja membuka pintu, Senja justru mendapati Reinaldo Wicaksana berdiri di sana dengan senyum andalannya.

Reinaldo menyandarkan satu tangan di kusen pintu. “Boleh aku masuk? Atau aku harus berdiri di sini sampai kamu merasa kasihan?”

Senja mendecak kecil lalu melangkah ke samping. 

Senja berjalan kembali ke balkon, membiarkan Reinaldo mengikutinya. Pria itu mengambil tempat duduk di seberangnya, menyandarkan tubuh dengan santai.

“Kudengar kamu akhirnya pindah,” ucap Reinaldo, matanya meneliti ekspresi Senja. Wanita itu mengerjapkan mata indahnya.

“Sebenarnya, sebanyak apa aku menceracau selama mabuk, Pak Rei?” tanyanya kemudian.

Reinaldo tersenyum samar. Ia bergerak maju dan menuangkan anggur untuk dirinya sendiri. “Boleh kubilang, melampaui segalanya?”

Senja menggeleng perlahan, “Ini salah.”

“Ooh tidak, Madam. Jangan pikir aku sebagai kesalahan. Aku adalah hal terbenar dalam hidupmu saat ini!” tukas Reinaldo tidak terima.

Senja tidak menanggapinya, hanya menganggap itu sebuah bualan.

Kalau Reinaldo mulai meminum anggurnya, Senja malah meletakkan gelasnya. Ia tak mau berbuat kesalahan untuk kali kedua.

“Kenapa pindah?” Reinaldo malah menanyakan hal lain.

Wanita itu hanya mengangkat bahu. “Rumah itu sudah tak layak ditinggali.”

“Terlalu banyak kenangan buruk?” tebak Reinaldo.

Senja mengalihkan pandangan ke langit. “Bukan hanya kenangan. Tapi juga harga diri.”

Reinaldo tersenyum tipis, menyembunyikan kepuasannya. Ia tahu bahwa Senja bukan tipe wanita yang mudah dimanipulasi secara terang-terangan. Ia harus masuk dengan halus, memainkan perannya sebagai teman yang mendukung.

“Bagus,” ucap Reinaldo pelan. “Aku senang melihatmu mengambil kendali atas hidupmu lagi.”

Senja menoleh padanya, menatapnya dalam-dalam, seakan mencari sesuatu di balik ucapannya. “Kenapa kau peduli, Pak Rei?”

Reinaldo tersenyum miring. 

“Menurutmu, mengapa United Talent Agency bisa masuk dalam proyekmu?” Reinaldo justru melempar pertanyaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Milky Way
Karya terbaik di GN
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KALA TANTE JANDA BERTEMU DUDA MUDA   Bab 43

    "Kamu terlihat cantik," komentar Reinaldo, mendekat dari belakang dan melingkarkan tangannya di pinggang Senja. Mereka berdua sedang berada di sebuah butik khusus menyediakan pakaian pengantin dari brand ternama. Meskipun Senja seorang designer, tetapi ia mengikuti kemauan Reinaldo untuk membeli gaun pengantinnya, alih-alih men-design sendiri. Selain tak memiliki banyak waktu melakukan itu, Reinaldo juga tak ingin membebani calon istrinya. Senja berdiri di depan cermin besar, mengenakan gaun pengantin berpotongan sederhana yang dipilihnya sendiri. Ia menyukai desainnya yang minimalis, tetapi tetap elegan. "Sayang gaunnya...," lanjutnya pelan, jemarinya membelai lembut bahu telanjang Senja, "aku pikir sesuatu yang lebih megah akan lebih cocok untukmu." Senja mengerutkan dahi. Menatap ke arah bayangan Reinaldo pada cermin. "Aku justru suka yang simpel. Aku ingin nyaman saat mengenakannya. Lagipula ini pernikahan kedua kita, Rei. Rasanya tak perlu terlalu tampil luar biasa." Reina

  • KALA TANTE JANDA BERTEMU DUDA MUDA   Bab 42

    “Semua dokumen pernikahan kita sudah selesai pengurusannya. Wedding Organizer sudah mengirimkan proposal dan menunggu persetujuan kita, aku akan membagi salinannya padamu melalui email.” Senja dan Reinaldo sedang di dalam pesawat yang melintasi samudera. Meninggalkan Barcelona untuk kembali ke Jakarta. “Proposal?” tanya Senja keheranan. Sejak menyetujui lamaran Reinaldo, Senja memang kurang terlibat dengan pengurusan pernikahannya karena disibukkan dengan proyek Milan Fashion week. Kini dia keheranan dengan pemberitahuan Rei. Wedding Organizer malah memasukkan proposal? Bukan mereka yang mendatangi WO dan berdiskusi tentang keinginan mereka? “Oh, Sayang. Kamu public figure. Begitu mereka mendengar kabar rencana pernikahan kita, banyak Wedding Organizer yang tertarik untuk mengurus resepsi yang akan kita gelar, dan banyak memberi diskon!” bisik Reinaldo ke telinga sang kekasih yang duduk di sebelahnya. Senja mendengus geli. Ia masih belum merasa dirinya sebagai figur ternama saat

  • KALA TANTE JANDA BERTEMU DUDA MUDA   Bab 41

    Plaak!! Tamparan itu mendarat di pipi mulus Nana Citra. Wanita itu terdorong ke belakang dan jatuh di atas tempat tidurnya. “Berani-beraninya dirimu!” dengkus Denta yang telah memerah mukanya. Citra hanya bisa menangis tanpa suara sambil memegangi pipinya yang terasa nyeri menyengat. Untung ia mendatangi rumah Denta tanpa membawa Dewi, puteri mereka. Bagaimana kalau ia sedang menggendong Dewi ketika Denta kalap begini? “Aku hanya meminta hakku, Mas,” ujarnya dengan suara bergetar. “Hak apa, bangsat!” raung Denta marah. “Aku sudah melahirkan anakmu. Aku mau dinikahi secara resmi. Itu saja.” “Omong kosong! Kamu gak bisa ngasih aku anak lakik! Menikah secara resmi? Merepotkan! Toh aku menafkahimu, kan?!” “Apa masih disebut menafkahi kalau kamu hanya memberi ketika diminta, Mas? Sebagian besar kebutuhan Dewi, aku yang memenuhinya. Aku harus bekerja. Dewi jarang melihatku dan lebih sering bersama Ibu.” Citra tak tahan lagi, mulai bersuara keras dan melawan Denta. “Berani kamu!” D

  • KALA TANTE JANDA BERTEMU DUDA MUDA   Bab 40

    "Akhirnya, selesai juga," gumam Senja, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah berjam-jam berkutat dengan laporan pertanggungjawaban dana Milan Fashion Week. Kekurangan bekerja keluar negeri tanpa membawa asisten, ya begini. Senja harus bekerja sendiri. Ia sungguh merindukan Astrimei. Untungnya, ada Reinaldo sang tunangan yang menemaninya di sini. Pria itu tersenyum lembut sambil mengusap punggungnya. "Kamu luar biasa, Senja. Semua koleksimu memukau,proyekmu sukses. Begitu juga yang ini," puji Reinaldo, membuat senyum tak pupus dari wajah Senja. Sebenarnya, berkat Reinald jugalah ia mulus menjalankan proyek Milan Fashion Week dan kembali menjadi panggungnya untuk bersinar. "Terima kasih, Rei. Tapi sekarang, aku butuh istirahat," kata Senja, menyandarkan kepalanya di bahu Reinaldo. Mereka sedang duduk di sebuah kafe tepi kanal di distrik Navigli, menikmati sore yang cerah. "Tentu saja, Sayang. Kita punya waktu dua hari di Milan sebelum kembali ke Jakarta," kata Reinaldo, meng

  • KALA TANTE JANDA BERTEMU DUDA MUDA   Bab 39

    “Selamat, Sayang. Acaranya sukses dan kamu tampak hebat di atas panggung tadi.” Senja yang baru turun dari panggung, kedua tangan memeluk buket besar, kerepotan menerima ucapan selamat dari Reinaldo yang terasa berlebihan. Pria itu memeluk dan menciumnya seolah ingin mempertontonkan pada dunia, bahwa dirinya hanya milik Reinaldo seorang. Meski agak risih, Senja tak mampu menolak. Ia yersenyum bahagia, kesuksesannya malam ini melampaui segala pencapaiannya sepanjang berkarir bersama Mariska Couture. “Terima kasih.” Senja berkata sambil kebingungan saat Reinaldo mengambil buket-buket bunganya dengan satu tangan sementara tangan lain meraih pinggangnya yang ramping dan merangkulnya. Senja sampa berdiri miring-miring karena ia dan Reinaldo berhimpitan nyaris tenggelam dalam buket bunga. “Mengapa aku mendapat sambutan begitu gempita?” tanyanya di tengah keriuhan tepuk tangan dari tim yang ada di belakang panggung. Senja bertanya sambil melempar senyum sana-sini. Reinaldo tetap lekat m

  • KALA TANTE JANDA BERTEMU DUDA MUDA   Bab 38

    “Mari, kita saksikan busana-busana dari designer kenamaan Indonesia, yang membawa warna baru dalam mode dunia selaras dengan nuansa musim panas yang ceria!” Suara itu menggema di atas runway yang kosong, musik menghentak, sejurus kemudian satu persatu model kelas dunia berlenggak lenggok di atasnya. Berbaris rapi dengan fashion memukau menempel di tubuh mereka. Lampu sorot menari-nari di atas panggung megah Teatro alla Scala, menerangi gemerlap koleksi haute couture yang memukau. Di balik panggung, kesibukan luar biasa dipimpin oleh Senja Mariska sendiri. Ia melakukan supervisi untuk setiap pakaian yang dikenakan oleh model sebelum mereka dilepas berjalan di atas runway. “Madam Mariska!” Beberapa kali teriakan itu akan berkumandang, berasal dari designer-designer muda di bawah pimpinan Madamoiselle Giselle yang khusus mengundang Senja Mariska untuk berkolaborasi dengannya. “Bagaimana dengan ini?” Salah seorang designer muda mendorong model wanita dengan tinggi menjulang ke dep

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status