Share

BAB 6

Penulis: Nahla Farisya
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-26 14:14:16

Apa yang sebenarnya aku lakukan? Kenapa aku harus marah melihat Erland dengan wanita itu. Bisa saja kan dia rekan bisnisnya. Bodoh. Aku merutuki diri sendiri. Mondar-mandir di kamar tidak jelas. Menunggu kepulangan suamiku. Kenapa aku begitu peduli padanya? 

 

"Ini gila. Aku benar-benar gila." Gumamku merutuki diri sendiri.

 

Untuk mengenyahkan pikiranku pada dua orang itu aku melakukan apapun. Membersihkan kamar mandi,dapur,halaman rumah. Bahkan aku yang sangat malas ngepel akhirnya mengepel seluruh lantai. Menyetrika seluruh pakaian. Namun bayangan mereka tetap saja tertinggal di pikiranku.

 

"Sebenarnya apa yang terjadi? Ini pertama kalinya aku begitu memikirkannya." Gumamku pada diri sendiri

 

Sudah hampir tengah malam. Tapi tidak ada tanda-tanda kepulangannya. Aku menunggunya di teras lalu masuk ke kamar. Ke teras lagi lalu ke kamar lagi. Begitu seterusnya.  Rasa kantuk yang mulai menyerang membuatku hampir menyerah. Namun harus kutahan. Terantuk-antuk di kursi bahkan gigitan nyamuk kutetap bergeming. Dinginnya angin malam tak begitu mengusikku.

 

Kupandangi layar handphone. Ingin menelpon pun percuma. Dia jarang mengangkat telpon kecuali darurat. Biasanya hanya dia yang menghubungiku. Aku hanya memandangi layar handphone. Baru kusadari betapa flat-nya hubungan ini. 

 

TAK

 

Suara pintu terbuka. Aku menolehkan wajah ke arah pintu. Kulihat sosoknya disana. Seketika hatiku merasa lega. Ada raut terkejut yang kentara di wajahna saat melihatku yang belum tidur. Karena biasanya aku begitu masa bodo. Dia pulang kapanpun dan bersama siapapun. Aku tak peduli. 

 

"Kamu belum tidur?" Tanyanya lirih. 

 

"Nggak,aku baru bangun kok." Sahutku sambil pura-pura menguap. "Kakak baru pulang?" 

 

"Ya,tadi mama memintaku mampir ke rumah." Jawabnya tangannya sibuk menuangkan air dari kulkas lalu menenggaknya.

 

"Kok tumben. Apa mama sehat?" 

 

"Mama baik-baik saja. Tadi mama sempat pingsan."

 

"Pingsan?" Aku bertanya penasaran. Tak biasanya mama sampai pingsan kecuali benar-benar shock.

 

"Terlalu banyak pikiran." Jawabnya santai seraya melepas dasi.

 

"Oh. Apa mama masih membahas hal itu?" Tanyaku sendu. 

 

"Ya,apalagi Vanya sedang hamil." Jawabnya lugas seraya menatapku. Aku begitu sensitif padahal apa yang di harapkan dari pernikahan aneh ini.

 

"Begitu ya." Ucapku tenang. Aku sangat memahami perasaan mertuaku. Apalagi setelah Kak Hilma mengalami kecelakaan dan terpaksa mengangkat rahimnya.

 

"Kamu tidak perlu khawatir. Aku sudah menyiapkan jawaban kalau kamu ingin melanjutkan kuliah."

 

"Syukurlah. Tapi mau sampai kapan kita menyembunyikan fakta?"

 

"Aku pun tak tahu. Jangan terlalu di pikirkan. Biar aku yang akan mengurusnya."

 

"Yasudah. Kalau begitu aku mau istirahat. Selamat malam."

 

"Ya. Selamat malam."

 

Sesampainya dikamar kurebahkan tubuh dikasur empukku. Tak sedikitpun mata ini terpejam. Lintasan memori berkelebat dalam bayanganku. Dia yang tiba-tiba mengajakku menikah. Lalu kami tinggal bersama sebagai suami istri yang aneh. Tak ada kamar bersama. Tak ada makan bersama. Kewajibanku hanya membersihkan rumah ini. Aku yang bebas layaknya gadis yang tidak memiliki suami. Dia yang tak pernah kutahu dunianya sama sekali. Pernikahan macam apa yang kujalani. Air mataku merebak. Ini seperti dilema. 

 

"Apa mungkin aku harus secepatnya bicara?" Gumamku sambil membolak-balikkan tubuh di pembaringan.

 

Aku bebas namun merasa terkekang selama ini. Karena harus terus mendengar banyak cibiran semua orang yang mengenal kami. Bahkan sandiwara-sandiwara memuakkan yang harus kulakukan di depan keluarganya. Sebenarnya apa yang harus ku pertahankan dari pernikahan ini. Jika benar karena uang,lantas apakah selamanya akan seperti ini? 

 

"Pria bodoh itu Erland. Punya wajah rupawan dan mapan malahan milih tikus jalanan. Sepertinya dia di guna-guna oleh wajah sok polos itu"

 

"Iya betul. Gadis itu mungkin saja sudah one stand night dan menggoda banyak pria. Salah satunya Erland."

 

"Dia sangat mencoreng nama besar Rasendria. Padahal kakeknya amat sangat berharap padanya. Tapi sangat mengecewakan."

 

"Mengecewakan dan membuat malu. Mana kerjaannya hanya guru TK. Ga ada masa depan sama sekali." 

 

"Bahkan dia masih belum juga hamil setelah 2 tahun menikah. Jangan-jangan dia mandul."

 

Itulah penghinaan yang selalu kuterima sejak pertama kali dikenalkan pada keluarganya. Suara-suara sumbang itu selalu berdenging di telinga dan kepala. Namun dia tetap menikahiku. Dia selalu membelaku di depan keluarganya. Tapi apa bedanya jika dia memperlakukanku hanya untuk menyingkirkan stigma yang melekat padanya. Apalagi ditambah mama yang baik hati itu sampai pingsan karena memikirkan nasib pernikahan kami.

 

Keputusanku sudah bulat. Aku harus melepaskan diri dari pernikahan palsu ini. Ya benar. Pernikahan adalah ibadah terpanjang. Yang dijalani oleh dua orang untuk saling melengkapi. Namun jika kenyataannya hanya saling menyakiti seperti ini untuk apa dipertahankan? Mungkin aku sangat gegabah menerima tawarannya. 

 

Keesokan harinya aku sungguh terkejut. Pria nan gagah itu tengah mencuci pakaian milikku. Biasanya aku menaruhnya di keranjang di dalam kamar. Namun semalam aku kelupaan. Pakaian yang bekas kupakai tadi siang setelah membersihkan rumah kutaruh di kamar mandi begitu saja. Ah kenapa aku ceroboh sekali. Membiarkan pakaian kotorku tergeletak begitu saja? Mampuslah kau Maudy. Kuketuk kepalaku dengan kepalan tangan. Dan apa itu? Dia sedang memegang kain yang begitu kukenal.

 

"Jangaan...!!!" Teriakku sambil berlari kerahanya. Dia yang terkejut reflek melemparkan yang dipegangnya.

 

"Astaga. Kau membuatku terkejut."

 

"Kak biar aku yang mencucinya ya. Dan jangan sentuh apapun apalagi yang satu ini." Ucapku sambil menyembunyikan BH merah mudaku.

 

"Pft. Jujur aku geli. Ternyata cupnya lumayan juga ya."

 

"Dasar mesuuummm!!!" Ujarku sambil berlari meninggalkannya. Sedangkan dia tertawa terpingkal-pingkal. 

 

Aku tertegun. 2 tahun tinggal bersama baru kali ini aku melihatnya tertawa selepas itu. Tanpa sadar aku tersenyum. Apakah mungkin karena begitu tak dekatnya kami sehingga melewatkan banyak hal. Untuk saat ini aku begitu ingin mengenalnya. Ya ijinkan aku mengenalmu.

 

Kutatap potret pernikahan kami 2 tahun lalu. Dia tersenyum sangat tulus. Aku pun seperti itu. Tangan kokoh itu melingkar dipinggangku. Jika saja kita menjalani pernikahan ini selayaknya pasangan yang lain. Mungkin aku akan bahagia. Aku terenyuh. Ingat bagaimana dengan lantangnya dia mengucapkan ijab kabul. Lalu menyematkan cincin di jari manisku. Mengecup keningku untuk pertama kalinya. Rasanya debaran itu masih terasa sampai sekarang. 

 

Kusandarkan tubuhku di samping jendela sambil memandangi taman. Dan di taman sana kulihat pria itu tengah merapikan tanaman lalu menyiraminya dengan selang air. Wajahnya dihiasi senyuman seolah bunga-bunga itu temannya. Hingga aku membayangkan jika menjadi bunga-bunga itu. Betapa menyenangkannya. Disentuh,di perlakukan begitu istimewa. Dirawat dengan penuh kasih sayang seperti malika kedelai hitam. Ah apaan sih pikiran konyolku ini. 

 

Aku tertawa sendiri menyadari betapa konyolnya aku. Sampai kusadari sepasang mata setajam elang di bawah sana tengah menatapku tanpa kedip. Padahal jauh dibawah sana namun sukses membuatku salah tingkah. Aku membalikkan badan kemudian menutup jendela kamarku. Aku malu ketahuan mengintip.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KALI KEDUA   BAB 22

    Tubuhku gemetar... Erland mendekatkan tubuhnya sedangkan aku memundurkan tubuhku. Dia tersenyum namun lima detik kemudian dia mendekatkan wajahnya. Dan CUP. Satu kecupan berhasil dicurinya dariku. Kucoba untuk bangkit. Namun tangannya berhasil menahanku. Sekali lagi dia mendekatkan wajahnya. Seketika aroma mint berembus menerpa wajahku. Getaran di dadaku semakin bertalu. Tanpa sadar kupejamkan mataku. Hingga hembusan napasnya terasa sangat dekat. "Kau sangat cantik istriku." Bisiknya. Aku membuka mata dan terlihat senyuman manis itu di depan mataku. Kupalingkan wajah ke kanan. Namun hembusan napasnya terasa di leher. "Aku menginginkanmu sayang." Lirihnya. Bulu kudukku terasa meremang bahkan aliran darahku terasa cepat. "Apa yang kau inginkan?" Tanyaku polos. "Hakku. Yaitu tubuhmu." "Ja-jangan!" "Kenapa? Bukankah kita sudah terlalu lama menunggu moment malam pertama ini setelah tertunda berbulan

  • KALI KEDUA   BAB 21

    Sebulan setelah kejadian itu ayah dan ibu kembali ke rumah. Keadaan ibu mulai berangsur membaik walaupun tatapannya masih sedikit kosong. Ayah tak pernah meninggalkan ibu sejenak pun. Hingga malam itu ibu memintaku datang ke kamarnya. Ibu menangis memelukku begitu pula aku. Bagaimanapun beliau adalah seseorang yang sangat berarti dalam hidupku."Ada rahasia yang harus kamu ketahui nak. Tapi ibu mohon jangan potong cerita ibu hingga selesai.""Baik bu. Aku akan mendengarkan baik-baik.""Malam senin 27 tahun yang lalu. Ibu menemukan seorang bayi perempuan cantik di depan gubuk kami. Saat itu ayah kamu pulang setelah mengairi sawah terkejut melihat ibu sudah menggendong bayi merah. Ayah meminta ibu untuk menyerahkan bayi itu pada perangkat desa. Namun ibu bergeming. Hati ibu tertaut pada bayi mungil itu." Ibu berhenti lantas menarik napas sejenak."Lima tahun kemudian,tuan Rasendria datang ke rumah ini untuk membawamu pergi. Namun ibu lagi dan lagi mem

  • KALI KEDUA   BAB 20

    Pikiranku begitu buntu mendengar bahwa orang tuaku di jemput oleh orang yang tak dikenal. Aku masuk ke dalam rumah dan mencoba mencari petunjuk. Namun tak kutemukan sedikitpun. Aku hanya bisa manangis dan menghibur diriku sendiri agar tenang. Namun tak bisa. Hingga suara handphone menyadarkanku agar lekas menghubungi pihak berwajib. Tapi saat aku memencet tombol dial. Nomor tak dikenal terpampang dilayar 5.5 inch ditanganku."Hallo..." Ucapku tak sabar. Aku yakin jika dilah yang membawa ayah dan ibu."Bagaimana kejutan dariku?" Ucap seseoramg di seberang sana. Aku sangat mengenal suaranya."Dimana ayah dan ibuku jalang." Tanyaku sarkas."Tentu saja di tempat yang...ra-ha-sia." Sahutnya tertawa."Ini tidak lucu. Cepat katakan dimana ayah dan ibuku?""Tentu saja aku tidak mau.""Lalu apa maumu?""Oh malangnya. Apa kau mau mengabulkannya jika tau apa mauku?""Ya. Apa maumu dan jangan sakiti ayah dan ibuku!""Tentu sa

  • KALI KEDUA   BAB 19

    Berada dalam pelukannya hanya membuatku merasa sesak. Tak sepicing pun mataku terpejam. Semua rasa terasa menguap begitu saja. Aku ingin menyelami dasar hatinya. Namun aku pun tersedak rasa dari ombak perasaanku sendiri. Hembusan napasnya jelas terasa di tengkuk ku. Begitu teratur dan nyaman mungkin dia sudah terlelap dalam mimpi indahnya.Kuelus lengannya dengan lembut. Dan menggumamkan kata maaf. Dan aku tersentak saat tangan itu bergerak membalikkan tubuhku mengahadapnya. Ternyata dia belum tidur. Dia tersenyum."Kau belum tidur?" Dia bertanya seraya menyinkirkan anak rambutku yang berkeliaran di wajahku."Belum. Aku tidak bisa tidur." Sahutku menatap manik matanya yang cobalt."Jangan terlalu dipikirkan. Apapaun pilihanmu aku akan mengabulkannya." Yakinnya."Lalu kenapa kau masih mengenakan cincin?" Tanyaku menunjuk jari manisnya."Ah ya. Selama dua tahun aku tak pernah melepasnya. Jadi boleh aku menggunakannya sampai selesai persi

  • KALI KEDUA   BAB 18

    Seminggu telah berlalu. Radit dan Michael sangat membantuku di laboratorium. Mengarahkan ini dan itu. Aku merasa sangat terbantu berkat mereka. Bahkan Radit sempat ngotot ingin mengantarku dan menjemputku namun Mike selalu mengingatkannya agar tak menggangguku apalagi mencampuri urusanku. "Menurutlah padaku Dit sebelum kau jadi daging cincang. Kau ingat betapa mengerikannya pria itu jika marah?" Mike berkata datar pada Radit yang disambut kekehan. "Ya,ya. Apa salahnya mengantarnya pulang atau menjemputnya? Toh dia juga sepupu kita." Bantah Radit kemudian "Tapi tindakanmu sangat lancang." Mike menoyor kepala Radit gemas. "Ah tidak apa-apa aku pulang sendiri saja." Segera kusudahi perdebatan mereka. "Apa Kak Erland tinggal bersamamu?" "Tidak. Aku tinggal sendirian. Tapi sewaktu-waktu Erland mampir." "Wah jadi benar rumor itu? Kalau begitu kapan-kapan kami boleh main kan? Aku ingin bertemu Kak Erland." Rumor apa? Tan

  • KALI KEDUA   BAB 17

    Setelah kepergian Antony,hanya dua wanita itu yang terlihat sibuk menata barang-barangku. Aku berkeliling melihat satu persatu ruangan. Rumah ini lebih kecil dari rumah sebelumnya. Hanya ada dua kamar,ruang tamu,ruang keluarga dan dapur. Di belakang rumah ada taman kecil dan kolan ikan. Sepertinya aku memang tidak butuh pelayan. Erland berlebihan sekali. "Ada yang bisa kami kerjakan lagi nona?" Tawar salah satu yang terlihat lebih tua. "Tidak. Duduklah. Kita belum sempat berkenalan." Kupersilahkan mereka duduk. "Baik nona." Mereka malah duduk di lantai. Aku terkejut. "Di kursi saja. Lantainya sangat dingin." "Maaf nona. Tidak apa-apa kami sudah biasa." "Jangan dibiasakan jika dirumahku. Aku ingin kalian nyaman disini." "Baik nona. Terima kasih." Lalu keduanya dusuk diatas kursi. "Siapa nama kalian?" Tanyku seraya memandang keduanya bergantian. "Nama saya Fitri dan dia adik saya Nia nona Maudy." Fitri

  • KALI KEDUA   BAB 16

    "Dy...Maudy." Panggilan itu samar namun semakin jelas. Lalu kemudian samar lagi."Sadarlah!" Kurasakan dia menepuk pelan pipiku. Lalu menggendongnya ke kamar. Ingin kubuka mataku namun seperti di olesi lem. Sangat lengket.Sepertinya aku tidak sadarkan diri tadi. Tubuhku lemas dan tak bertenaga. Aku hanya bisa mendengar suara grasak grusuk tanpa bisa melihatnya. Hingga sebuah benda dingin menekan dadaku. Dan aroma minyak kayu putih semakin kuat menusuk indra penciumanku.Saat tersadar aku melihat ruangan serba putih. Hingga mataku menangkap sosok pria yang tengah tertidur dipinggir ranjang. Wajahnya yang tenang terlihat sangat lelah. Sedangkan di samping tanganku selang infus menjuntai hingga menancap di pergelangan tangan kiriku.Kuelus rambutnya yang hitam kecoklatan. Setelah beberapa bulan tak menyentuhnya. Kini aku bisa mengelus rambutnya bahkan pipinya."Maafkan aku sudah merepotkanmu. Harusnya aku pindah hari ini." Lirihku cairan

  • KALI KEDUA   BAB 15

    TOK TOK TOK Suara pintu di ketuk. Aku membereskan peralatan makan. Dan segera menuju pintu. Saat pintu terkuak. Seraut wajah laki-laki sebaya nan berwibawa itu muncul. Wajahnya sangat mirip dengan Vanya. Paman Andreas. Aku menundukkan kepala. "Paman?" Sapaku seraya menunduk menjabat tangannya. Namun dia mengibaskan tangan seperti jijik. Aku melihat ke belakangnya. "Aku hanya mampir sebentar. Jadi hanya sendiri." Beliau menjawab seolah tau apa yang ada di kepalaku. Aku pun mengangguk. Pertanda mengerti. "Silahkan duduk Paman." Kupersilan beliau duduk. Aku pun menyusul beliau duduk sedikit jauh. "Maaf,ada yang bisa Maudy bantu Paman?" Tanyaku hati-hati. Karena beliau hanya diam tanpa bicara. "Sebenarnya aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Karena tanpa kuminta kau mau melepaskan diri dari Erland." DEG. Jantungku berdetak lebih cepat. Apa maksud beliau. Apakah Erland sudah memberitahunya? Sedangkan

  • KALI KEDUA   BAB 14

    Aku mencuci pakaian dan bedcover yang telah terpakai. Agar dirumah baru nanti pekerjaanku tidak terlalu banyak. Ditempat menjemur pakaian kulihat Erland sibuk di dapur. Seperti biasa dia membuat sarapan sebelum ke kantor. Aku memandang wajahnya. Tangannya berkali-kali mengusap keringat. Tak kupungkiri wajah tampannya."Ketampanannya bertambah jika sedang memegang spatula begitu." Pujiku. "Namun sayang sebentar lagi akan menjadi mantan. Mantan terindah." Imbuhku lalu kugelengkan kepala. Bahaya jika diteruskan bisa diabetes.Masuk kedalam kamar. Aku mengepack pakaian,make up dan sepatu ke dalam koper sedangkan buku-buku sudah terlebih dulu di kirimkan kesana oleh Erland. Kutinggalkan gaun-gaun pesta. Aku sudah tidak begitu membutuhkannya nanti. Biarlah menjadi urusan Erland. Mau dibuang atau disumbangkan."Tinggalkan beberapa pakaianmu." Pintanya. Aku berbalik menatapnya heran."Kenapa?""Aku hanya memberitahu mama dan p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status