Home / Romansa / KARMA IPAR JULID / Bab 2 - Muak.

Share

Bab 2 - Muak.

Author: Azzila07
last update Huling Na-update: 2022-06-18 10:31:12

"Berhenti Nurma! Atau aku lempar bayimu!" teriak Ibu yang sudah ada didekat Arya. Secepat kilat dia menggendong anakku dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Bayi Arya bergeliat, tak lama suara tangisnya terdengar. Ibu melototkan mata, menatap bengis kearahku.

"Lepas!" teriaknya sambil mengangkat lebih tinggi tubuh anakku.

Aku membeku ditempat, nyaliku mencuit melihat Arya menjadi sasaran kemarahan Nenek licik itu. Maya menepuk-nepuk tanganku yang masih menjerat dilehernya.

"Le-pas, siaal. Mau mati anak lo," ucapnya dengan suara tersendat-sendat.

Hatiku gerimis, meradang mendengar ocehannya. Bola mataku mengarah pada Maya, bukan melonggarkan tangan, aku malah semakin erat mencengkram lehernya.

"A-aa ..." Maya mengerang, wajahnya sudah memerah menandakan oksigen mulai melambat masuk ke dalam pernafasannya.

"Lepas, Nurma!" jerit Ibu lagi. Aku menoleh sinis, menantang sorot mata tajamnya.

"Lepas dulu anakku, aku akan melepas orang pemalas ini," ucapku dengan wajah datar. Aku sengaja tak melihat pada Arya yang tangisnya semakin kencang.

"Taruh Arya ditempatnya, atau Maya akan kehabisan nafas!" sambungku sambil mengeratkan cengkraman.

"To--long ..." suara Maya semakin menghilang, dan kehabisan tenaga memukuli tanganku.

"Jangan main-main Nurma. Lepas! Atau aku lempar bayi cengeng ini!" pekiknya dengan nafas menggebu-gebu.

Aku terpaku ditempat melihat raut wajah Ibu yang terlihat sungguh-sungguh.

Benarkah, Ibu akan melempar bayiku. Cucunya sendiri?

"Nurma!" teriak Ibu dengan mata menyalang, sorotnya tak lepas dari Maya yang mulai lemah tak berdaya.

"Baiklah ... kau sendiri yang meminta, bukan?" desis Ibu dengan wajah penuh amarah.

Tubuhku menggigil, mataku terpejam saat melihat Ibu ingin menghempaskan tubuh mungil cucunya sendiri.

"Ibu ..." jerit suara laki-laki yang sangat aku kenal.

Mata terbuka lebar, kulihat Mas Andri melototkan mata saat melihat aksi Ibu.

"Ibu mau apa sama, Arya!" Mas Andri berlari menuju Ibunya lalu merampas Arya dari tangan Ibu.

"Ibu mau bunuh anakku!" tanya Mas Andri dengan wajah memerah.

Pelan aku melepas cengkraman pada Maya, lalu melangkah mundur menjauhinya.

Ibu membeku ditempat, wajahnya sangat tegang mendengar ucapan Mas Andri.

"Ya ... Ibumu mau melempar anakmu, Mas. Dia mau membunuh anakmu!" sahutku dengan suara keras. Mas Andri menatap Ibu tak percaya, kulihat wajah Ibu sudah diliputi ketakutan.

"Bu--kan, bukan begitu, Nak. Kamu salah paham." jelas Ibu dengan suara bergetar. Karna baru kali ini, aku melihat Mas Andri sangat marah pada Ibunya sendiri.

"Apanya yang salah paham, aku dengar sendiri Ibu teriak-teriak ingin melempar bayiku!" balas Mas Andri dengan suara keras dan sorot mata yang menyalang.

"I-tu ... Uhuk, itu semua karna Nurma, Mas. Dia menyerang Ibu dan mencekik leherku," Maya bersuara sambil mengatur nafas dan terbatuk-batuk.

"Tidak mungkin Nurma berbuat begitu!" sargah Mas Andri, membuat bibir ini terangkat sebelah. Ada aliran dingin yang masuk ketengkuk leherku, saat mendengar pembelaannya. Tentu saja, karna selama menikah baru kali ini aku dibela olehnya.

"Nurma selalu sabar disuruh-suruh. Dia selalu menurut sama Ibu, mana mungkin Nurma mau melukai Ibu," sambungnya sambil menoleh kearahku. Aku hanya merunduk, memasang wajah sedih memelas.

Ya karna selama ini penglihatan Mas Andri seperti itu. Aku selalu patuh, tunduk dan takut pada Ibu mertua. Mustahil bukan, kalau hari ini tiba-tiba saja aku melawannya.

"Aku tidak bohong, Mas." bantah Maya.

"Sudah! Keluar dari kamarku. Awas kalau sampai Arya kenapa-kenapa!" sembur Mas Andri.

Maya menghentakkan kaki dengan keras diatas lantai, bangkit dari tempatnya. Menyeret tangan Ibu yang sejak tadi mematung menatap anak laki-laki kesayangannya.

Sepertinya Ibu shock, melihat Mas Andri yang biasa menurut bak kerbau yang dicucuk hidungnya kini berani melawannya.

"Sayang, anak Ayah. Kamu ga apa-apa kan, Nak?" Mas Andri menimang Arya, lalu menciumnya dengan rasa takut.

Walau Mas Andri buruk sebagai suami, tapi dia begitu menyayangi anaknya. Itulah salah satu alasan, aku bisa bertahan hidup sajauh ini.

"Nih, susui Arya. Dia kelihatannya sangat ketakutan!" Mas Andri menyerahkan Arya ketanganku. Tanganku bahkan masih bergetar, menerima Arya ke dalam pelukkan.

Syukur Alhamdulillah, kamu tidak apa-apa sayang. Kalau benar Ibu melemparmu, mungkin Bunda akan membunuh dua manusia tak berakal itu.

"Kamu mau kemana, Dek?" Langkah Mas Andri terhenti saat melihat ransel yang tergeletak dibawah lemari.

"Aku mau pergi, tidak ada gunanya lagi rumah tangga ini dipertahankan!" sahutku sambil menenangkan Arya dan menyusuinya.

"Pergi. Pergi kemana?" alis tebal itu menaut kencang.

"Kerumah orangtuaku. Kau tidak perlu repot-repot memulangkanku," sindirku. Setiap aku melakukan kesalahan dia selalu mengancam akan memulangkan aku, kini aku tak peduli.

Mas Andri terdiam, mengamati wajahku dan Arya bergantian.

"Aku tidak mengizinkanmu pulang," ucap Mas Andri, sambil melangkah keluar kamar.

"Terserah ... aku tak butuh izinmu. Aku sudah muak di perlakukan seperti babu dirumah ini!" jawabku sambil menatap sinis kearahnya.

Mas Andri menghentikan langkah, nampak terkejut mendengar ucapanku.

***Ofd.

Lanjut, tinggalkan jejak ya.

Salam hangat 🤗🤗

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • KARMA IPAR JULID   Bab 44 - Mengintai Maya.

    "Tadi Ibu mimpi, Mila menangis kesakitan Pak, sambil menggendong bayi merah penuh darah. Huhuhu," Ibu menangis sesegukan, membuat hatiku sakit teriris-iris."Astagfirulloh ..." lirih Bapak dengan wajah sedih. Tangannya mengusap wajah dengan kasar."Istigfar, Buk. Jangan nangis gerung-gerung begitu, engga enak didenger tetangga." ucap Bapak sambil mengusap-usap pundak Ibu.Ibu masih terisak-isak, matanya bahkan tak bisa terlihat saking sembabnya."Ibu juga ga ngerti, Pak. Hati Ibu rasanya sakit, sediihhh saja bawaannya. Huhuhu," balas Ibu sambil sesegukan."Panggil Uwak Haji Sain, May. Suruh kesini, biar dibacain doa," titah Bapak. Maya langsung bangkit dari tempatnya, berjalan keluar kamar.Kupijiti kaki, Ibu dengan pelan. Sementara mulutku tak berhenti bergerak membaca ayat suci Alquran yang aku hapal.Aku merasa ada Mila ditengah-tengah kami, hari ini tepat kepergian Mila dua bulan. Mungkin saja, Mila datang kesini untuk melihat keadaan keluarganya."Ya Alloh, Buk. Nyebut, Buk ..."

  • KARMA IPAR JULID   Bab 43 - Mila.

    Pov Andri.Ada rasa takut, saat Nurma mengingatkan masalah Mila dan mengaitkannya dengan Maya. Hatiku bahkan masih berdenyut ngilu, membayangkan hal buruk, jika memang Maya nekat mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya.Sebagai seorang Kakak, aku memang mengakui kurang memberi perhatian pada kedua Adikku. Aku pun tidak ingin terlalu mencapuri masalah pribadi mereka. Aku menganggap semua baik-baik saja, dan menganggap mereka masih anak-anak.Ragu ... aku mengetuk pintu kamar Maya, hati tiba-tiba merasa tercubit saat melihat Maya membuka pintu dengan mata sembab dan memerah. Pipinya bahkan terlihat besar sebelah."Eh, Mas Andri," Maya sedikit tergagap melihat keberadaanku. Dengan cepat dia menundukan wajah dengan tangan meyeka wajah secara kasar."Ada apa, Mas?" tanya Maya, kali ini disertai senyum kecil yang menurutku terlalu dibuat-buat."Mas mau bicara," jawabku lalu berbalik badan melangkah menuju teras rumah.Kuhempaskan tubuh dikursi plastik depan jendela, tak lama M

  • KARMA IPAR JULID   Bab 42 - Mencoba.

    Selesai mencuci aku langsung membawa ember kesamping rumah, mumpung Arya masih terlelap aku segera menjemur pakaian.Maya meringis saat menghampiriku menjemur, dia mengamati gerakanku dengan tatapan lurus dan senyum simpul."Kenapa, May?" tanyaku. Maya menggeleng sambil tersenyum tipis.Belum selesai menjemur, suara tangis Arya terdengar dari dalam kamar aku langsung meninggalkan cucian beranjak menemui Arya."Aduh, anak Mamah. Baru tidur sebentar sudah bangun aja." gumamku sambil berbaring disamping tubuh mungilnya lalu mengeluarkan asi.Kumainkan gawai sambil menunggu Arya tertidur kembali, namun mata terasa berat hingga aku pun ikut tertidur disampingnya."Dek ..." tepukan hangat membuat mata mengejrap, menyipitkan mata saat samar melihat sosok Mas Andri yang duduk disampingku."Eh, Mas ..." pelan, aku melepas asi dari mulut Arya tangan kanan terasa sakit akibat terlalu lama miring menyusui."Pegal?" tanyanya."Heum," balasku sambil merentangkan tangan."Sholat sana, sudah jam sete

  • KARMA IPAR JULID   Bab 41 - Ulah Firman.

    Gawai ditanganku berdering, langsung menaruh ditelinga setelah menggeser tombol hijau."Ada apa, Dek?" tanya Mas Andri disebrang telepon."Bisa pulang sekarang ga, Mas?""Pulang? Ada apa emang?" cecar Mas Andri."Si Maya pulang sekolah wajahnya penuh lebam, katanya dipukulin sama Firman." jelasku sambil melirik kearah Maya yang masih menangis sesegukan."Hah! Apa?" teriaknya."Si Maya dipukulin Firman," jelasku."Huh! Astaga ... ada aja lagi, dah!" geram suamiku sambil memutus sambungan."Lu kenapa bisa dipukulin saja si Firman, May. Lu salah apa?" cicit Ibu dengan wajah cemas."Huhu ... Bang Firman ga mau diputusin, Bu. Dia marah-marah, dan mukulin Maya ..." adu Maya sesegukan."Ya Alloh, tega banget si Firman." Ibu mengelus dada."Sudah biarin, biar si Andri urusannya. Biar dia yang ngajar balik si Firman. Ibu tidak terima kamu diperlakukan seperti ini, kalau perlu kita tempuh jalan hukum!" sungut Ibu berapi-api sambil memegangi wajah Maya.Kusodorkan segelas air dingin kearah Maya,

  • KARMA IPAR JULID   Bab 40 - Babak Belur, Lagi?

    Aku pandangi wajah lelah suamiku, terpaan sinar matahari pantai membuat wajahnya sedikit kusam. Melihat wajah tenangnya, entah mengapa hati menjadi haru. Sikap Mas Andri yang semula dingin dan tak acuh perlahan mulai mencair."Dek ..." tubuh itu bergeliat, matanya mengejrap melihatku."Kok belum tidur?" Mas Andri beringsut duduk sambil menguap panjang."Iya, Mas. Ini mau tidur kok," jawabku seraya tersenyum."Sini ..." Mas Andri sedikit memberi ruang menepuk bantal disampingnya. Aku menurut, merebahkan tubuh didekatnya."Hujan-hujan gini, paling enak peluk kamu, Nur. Empuk," ucapnya sambil mendekap tubuhku lalu menarik selimut. Untuk sesaat mata kami saling beradu, Mas Andri tersenyum manis lalu memejamkan mata. Sepertinya Mas Andri sangat kelelahan.Adzan subuh berkumandang, gegas aku menuruni ranjang berjalan menuju kamar mandi. Mata menyipit, melihat Ibu yang sibuk didepan kompor."Masak apa, Bu?" tanyaku."Eh, sudah bangun Nur?" senyum Ibu merekah terlihat ringan tanpa beban."Sud

  • KARMA IPAR JULID   Bab 39 - Jalan-jalan.

    "Pagi, Mbak. Saya Firman, Maya nya ada?"Aku bergeming ditempat, nama Firman seperti familiar dipendengaran."Si-apanya Maya ya?" tanyaku."Temannya," jawabnya seraya tersenyum."Oh ... ya sudah, mari masuk." aku membuka pintu pagar dengan lebar lalu melangkah masuk kedalam rumah."Bu, Ibu ..." mata dan kakiku mengedar mencari keberadaan Ibu."Iya, Nur. Kenapa?" tanyanya."Ibu habis dari mana?" aku balik melempar tanya."Dari kamar Mila," lirihnya. Aku menarik nafas, sambil melengok pintu kamar Mila yang terbuka setengah."Itu ada tamu, namanya Firman. Dia bilang temannya Maya." jelasku."Firman?" Ibu menautkan alis. "Mau apa dia kesini?" tanya Ibu. Aku hanya mengangkat bahu.Dengan wajah cemas Ibu melewatiku berjalan menuju ruang tamu."Bu ..." aku lihat Firman tersenyum ramah, mencium tangan Ibu."Ada apa, Nak? Kenapa kesini, nanti istrimu ngamuk lagi mukulin Maya," tanya Ibu dengan wajah cemas.Oh ... jadi ini yang namanya Firman. Pacar Maya?"Saya mau cari Maya, Bu. Sudah satu min

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status