"Ah sial! kemana mereka?" ucap De Arya gusar.
"Kita telusuri saja sungai ini, mungkin mereka masih di sekitar sini," sahut De Raga. Segera di langkahkan kaki nya menyusuri jalan setapak di pinggiran sungai dengan diikuti oleh kedua temannya.
"Kita cari saja setengah jam. Kalau tidak ketemu, kita tinggal saja!" De Arya gusar.
"Eh, kamu tega sekali! kalau ternyata terjadi sesuatu dengan mereka bagaimana?" tanya Dayu.
"Parto itu anggota polisi, dan Robertus kepala keamanan di hotelmu kan? pastinya mereka memiliki badan yang kuat, tidak mungkin mati karena tidur diluar," tukas De Arya cuek.
"Mereka mungkin tidak
Kak Ngah. ini adalah singkatan dari Pekak Nengah yang artinya Kakek Nengah.
"Dayu! bangun Dayu!" De Arya menepuk-nepuk pipi gadis itu. Lalu ia bangkit untuk menyalakan lampu dan kembali mendekati gadis yang mulai membuka matanya. "Air! Aku mau minum!" ucap Dayu. De Arya bergegas menuju dapur dan mengambil segelas air. Sesaat dia menengok ke arah jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 4 pagi. Lalu pria itu segera kembali ke kamar dan menyerahkan segelas air putih untuk kekasihnya. Setelah meneguk beberapa kali, Dayu bernafas lega. "Tega sekali kamu… " ucap De Arya cemberut. "Apa maksudmu?" "Akulah yang menggenggam tanga
"Kak Dayu tunggu!" teriak Mang Arini. Gadis belia itu berjalan setengah berlari, mengejar Dayu yang berjalan cepat dan seolah-olah ia mengenali daerah tersebut. Sementara dosen itu terus saja bergegas. Ia tak mengindahkan teriakan Mang Arini dan terus melangkahkan kaki mengikuti kata hatinya. Di dalam pikirannya cuma ada satu, bertemu Iluh Suci. "Kak Dayu, kenapa berjalan cepat sekali? pelan- pelan kak!" ucap Mang Arini terengah - engah. Ia akhirnya dapat menggapai tangan dosen itu. Pada saat itu juga, Dayu menyadari kekeliruannya. Ia menghentikan langkahnya dan mengatur nafasnya. Lalu ia berbalik dan menatap gadis yang mengejarnya.
Setelah Dayu selesai membaca pesan daun pada lontar itu, semua orang yang ada disana tertegun. Tak sepatah katapun keluar dari bibir mereka.Mereka terdiam bagaikan baru saja menerima sebuah berita duka.Terutama Dayu, sulit baginya menerima kenyataan itu. Ia tak menyangka bahwa dirinya 200 tahun yang lalu, meninggal dengan cara yang tidak wajar. Sangat sedih baginya melihat dirinya di masa lalu alias Iluh Suci yang selalu tampak riang di dalam mimpinya, mengalami takdir hidup yang malang.Namun bagaimana ceritanya ia mati? semua itu masih menjadi misteri. Terlebih lagi, sekarang Tuhan telah memberikan ingatannya kembali. Hal itu pastilah untuk menggenapi perjanjian yang tersisa dari masa lalunya.
Ketika kedua mobil itu memasuki perbatasan Denpasar, mereka berhenti sejenak.Dayu berjalan ke arah mobilnya diikuti oleh De Arya."Aku pulang dulu ya," ucap Dayu.De Arya menahan tangan Dayu dan merengkuh pinggang gadis itu."Aku akan merindukanmu, kapan kita bisa bertemu? Apakah besok kita bisa makan malam di hotel? aku ingin memperkenalkan ibuku kepadamu."Dayu tidak menyangka akan ada ajakan seperti itu sedemikian cepat. Sesaat gadis itu terlihat bingung, bimbang dan ragu.Dia hanya terdiam saja."Mengapa kamu terdiam?
23.Berkenalan dengan calon mertua Hari Itu Dayu sengaja pulang lebih awal dari mengajar. Robertus yang selalu setia mendampinginya sesekali melirik ke arahnya. Tampak olehnya dosen cantik itu sedang tersenyum - senyum menatap layar HP nya. "Aie, senyum sendiri terus… kenapa tidak bagi sama saya eh?" "Ah Robertus! kamu terlalu kepo… " "Aie nona…ceritakanlah apa yang membuatmu tertawa sendiri seperti itu?" "De Arya mengajakku makan malam, kamu bisa mengantarku kan?" "Nona beruntung saya belum punya istri, jadi tak masalah lah… "
De Arya menggenggam tangan Dayu yang terlihat cemas. Ia menatap wajah gadis itu lekat -lekat dengan bibir yang tersenyum simpul.Dari sorot matanya, ia seolah berkata bahwa semua akan baik saja.Dayu yang sempat sedikit grogi, akhirnya dapat mengumpulkan keberanian untuk berbicara lagi."Ibu, saya masih perlu waktu untuk meyakinkan kedua orang tua saya….""Jadi mereka memang tidak setuju?" tanya wanita itu sambil meremas jemari tangannya sendiri."I- Iya. Kalau ibu saya, sepertinya beliau menyerahkan semua ini pada saya, tetapi ayah saya… masih mengharapkan calon menantu dari griya atau puri…,"
"Dayu apa kamu sudah yakin dengan keputusanmu? kalau tekadmu sudah bulat, mengapa kau masih mau makan malam dengan ibuku? untuk apa semua ini ?" kata De Arya dengan wajah memelas.Pemuda itu melepas genggaman tangannya dan meremas rambutnya."De Arya, bu-bukan seperti itu maksudku… aku akan berusaha menjelaskannya sekarang, bisakah kau mendengarkanku?""Penjelasan apa? sudah jelas bagiku kau tidak akan menjadi istriku, memang aku terlalu banyak berharap…. " kata De Arya dengan tertunduk lesu."Aku harus mencari seseorang, aku terikat perjanjian berdarah dengannya dan aku tidak tahu apa isi perjanjian itu.""Omon
Semua yang ada di ruangan itu terdiam setelah Dayu selesai membacakan surat kesaksian tersebut.Gung Yoga dan Gek Trisha yang merupakan keturunan langsung dari Puri Ngawetan, tenggelam dalam perasaan masing-masing.Gung Yoga menghela nafasnya sambil memandang Gek Trisha sedang membimbing pelanggan barunya untuk duduk di sebelah Dayu. Setelahnya, ia mengambil krim dan mulai memijat kepala gadis itu."Jadi itulah misteri kematian Gusti Agung Hutama, menyedihkan sekali…., " ungkap Gung Yoga."Akhirnya kita tahu bagaimana salah satu nenek moyang kita meninggal, selama ini yang kita tahu, beliau sakit mendadak dan mangkat. Rupanya ia tewas diracun calon istrinya. sungguh tragis," sahut Gek Trisha