KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU
BAB 2"Akhirnya kamu datang juga. Sini aku kenalin sama anakku. Fiona, kenalin ini Ayyara Kartika. Biasa dipanggil Ayra, dia adalah calon istri Papi." Aku menatap dengan seringaian puas pada Fiona dan Fahri yang tampak pias saat mas Ibrahim mengenalkanku sebagai calon istrinya. "Apa? C-calon istri Papi? Enggak! Papi jangan bercanda deh sama yang kayak beginian? Gak lucu tau, Pi!" hardik Fiona meski lirih tapi aku tahu dari cara dia menekankan ucapannya. Aku masih mencoba tersenyum dengan sangat manis. Terlebih lagi terhadap Fahri si mantan suamiku yang sialan itu. Aku sangat puas melihat reaksi mereka terhadap rencana yang kujalankan ini. Shock, terkejut, tidak percaya oh atau justru malah takut. Huuuu jelaslah mereka takut jika aku jadi menikah dengan mas Ibra, begitulah aku memanggilnya. Maka, aku pastikan mereka tak akan berkutik denganku. Yess, rupanya ideku ini selain gila juga sangat manjur. Selama hampir sebulan di saat mereka sibuk menyiapkan acara pernikahan mereka justru aku sibuk memata-matai mas Ibra. Aku mencari tahu seluk beluk dirinya, apa yang menjadi kesukaannya dan apa yang tidak disukainya. Dan satu yang aku tahu dan itu menjadi kartu as buatku adalah mas Ibra tidak tahu jika anaknya seorang pelakor. Yang mas Ibra tahu adalah Fahri berstatus duda ditinggal mati oleh istrinya. Sama seperti mas Ibra yang juga duda ditinggal mati istrinya. Jadi, kalau kalian menganggap aku juga merebut mas Ibra dari istrinya itu salah besar ya. Karena aku tahu sebelum memulai rencana gila ini mas Ibra itu seorang duda yang ditinggal mati istri tercinta dan itu pun sudah sepuluh tahun yang lalu. Yah, patut diapresiasi kesetiaan mas Ibra terhadap pasangannya. Dan yang awalnya aku berniat hanya ingin memacari dan memanfaatkan mas Ibra saja kini aku justru benar-benar ingin menikah dengan pria itu. Dua minggu aku menjalin hubungan dengan mas Ibra dan selama itu juga mas Ibra memperlakukanku dengan sangat baik. Bahkan, aku selalu dibelikan dan diberikan barang-barang mewah meski aku tidak pernah memintanya sekali pun. Kalian salah jika menganggapku adalah perempuan matre. Tujuanku menggaet mas Ibra hanyalah untuk membalas dendam rasa sakit hatiku bukan untuk morotin uang mas Ibra. Akan tetapi, jika kini aku justru terpaut hati dengannya bukankah itu di luar kendaliku? Aku kembali mengingat awal perjumpaanku dengan mas Ibra seminggu setelah Fahri menalakku dan Fiona melemparkan uangnya di depanku. Aku yang berpura-purw terjatuh dan keseleo di depannya tentu saja mendapatkan simpatik darinya. Yah, hal itu pun kuketahui dari diam-diam aku memata-matainya. Mas Ibra, sosok yang lembut namun tegas. Simpatik tapi bijaksana juga royal tapi sesuai aturan. Dalam artian dia menempatkan sesuatu yang memang semestinya. Tidak terlalu berlebihan dalam bertindak dan selalu memikirkannya. Hingga akhirnya mas Ibra kerap kali menghubungiku dan mulai saat itulah dia akhirnya menyatakan perasaannya padaku dan tentu saja aku menerimanya karena memang itulah tujuanku pada awalnya. Aku tidak pernah menyangka jika dia akan menaruh hati padaku secepat itu padahal tadinya aku sudah mempersiapkan segala hal kemungkinan jika dia menolakku sebab aku cukup tahu diri siapalah aku ini yang hanya perempuan miskin. Aku bisa berdandan cantik dan memiliki kulit halus seperti ini karena memang sebenarnya aku punya modal atas itu semua hanya saja dananya yang tidak ada untuk merawatnya. Yah, maklumlah awal menikah dengan Fahri dulu kerjaannya hanya karyawan biasa yang bergaji tidak lebih dari tiga juta. Sedangkan yang itu pun harus kubagi dengan ibu mertua yang seorang janda setiap bulannya sebesar satu juta rupiah. Jadi, sudah bisa dibayangkan berapa besaran uang setiap harinya yang harus aku keluarkan demi mencukupi perut kamu berdua. Yups, tepat sekali! Aku hanya menggunakan sehari sebesar dua puluh ribu saja untuk makan kami berdua dan sisanya untuk bayar kontrakan dan menabung untuk membeli rumah hingga akhirnya kami berdua berhasil membeli rumah mungil dan minimalis menggunakan uang hasil tabungan itu. "Iya, kenapa? Kok kaget? Harusnya kamu senang dong. Kan kami yang minta Papi untuk segera mencari calon istri dan menikah agar ada yang mengurus Papi sebab kamu sudah menikah kan?" ucap mas Ibra yang membuat lamunanku tentang awal perjumpaan kami pun buyar. "Emm ya-ya iya sih, Pi. Tapi kenapa cepat sekali?""Lho, kan bagus kalau cepat itu artinya kamu gak perlu lagi khawatir akan Papi. Karena sebentar lagi Papi akan memiliki pendamping hidup. Gimana? Dia cantik kan? Pastinya dong, pilihan Papi itu gak pernah salah. Ayra ini seorang janda yang ditinggal oleh mantan suaminya gara-gara memilih pelakor. Sudah begitu tuh pelakor dengan sombongnya melempar Ayra dengan uangnya seolah-olah harga diri Ayra bisa dibeli oleh itu semua. Ck! Papi gak habis pikir kok ya ada gitu lho pria seperti mantan suami si Ayra ini. Untungnya suami kamu ini seorang duda yang istrinya meninggal ya, Sayang? Coba kalau suamimu ini suami yang meninggalkan istrinya karena perempuan lain. Sudah pasti Papi akan mencincangnya hidup-hidup dan sampai mati Papi gak akan pernah merestui hubungan kalian," ucap mas Ibra dengan semangat seolah-olah dia tengah berorasi. Dan lucunya wajah Fiona maupun Fahri tentu saja sudah pucat seputih kapas. Yess, satu kata untuk mas Ibra. I love you full forever! Hahahaha.KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 3Sudah pasti Papi akan mencincangnya hidup-hidup dan sampai mati Papi gak akan pernah merestui hubungan kalian," ucap mas Ibra dengan semangat seolah-olah dia tengah berorasi. Dan lucunya wajah Fiona maupun Fahri tentu saja sudah pucat seputih kapas. Yess, satu kata untuk mas Ibra. I love you full forever! Hahahaha. "Ah, y-ya jelas saja Mas Fahri enggak seperti itu dong. Kan Papi tahu kalau Mas Fahri istrinya meninggal. Lagian aku juga gak mau kalau Mas Fahri masih memiliki istri. Mana tega aku menghancurkan rumah tanga orang lain, Pi," jawab Fiona yang membuatku menggelengkan kepala samar.Bagaimana dia masih bisa bersandiwara padahal jelas di depannya sekarang ada aku mantan istri pria yang sekarang menjadi suaminya. Hemm, sangat menarik. Sepertinya permainan akan lebih menyenangkan kali ini. Baiklah kalau begitu aku akan ikuti cara bermain kalian. Dan akan aku pastikan kalian yang akan mendapatkan hadiah dari permainan yang kalian buat sned
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 4"Boleh banget dong Sayang, bahkan kalau perlu kamu ambil ini giginya Mas dan letakkan di samping tempat tidurmu biar bisa setiap hari liatin Mas tertawa di sampingmu." Eh …. Kok jadi horor? ***Pov 3Ibra senyum-senyum sendiri setelah bermanja-manja ria dengan Ayra di telepon tadi. serasa jiwa mudanya kembali setelah bertemu Ayra. "Oh Ayraku Sayang. Kenapa sih kita gak ketemu sejak dulu saat wajahku masih kinyis-kinyis kayak baby? Ho ho ho tentu tidak! Kalau aku ketemu Ayra saat wajahku masih mulus bak pantat bayi tentu saja wajah Ayra nya yang masih bayi. Hahahahaha!" Ibra tergelak dengan ocehan yang ia buat sendiri. Betapa lucu Ibra merasakan dirinya yang sedang dirundung puber ke-lima. Hahaha, ups. Ibra berjanji pada Ayra akan datang melamarnya secara resmi lusa. Di dalam otaknya sudah ada beberapa rencana yang akan dia lakukan agar acara lamarannya dapat berjalan dengan lancar. Yah, meskipun Ayra sebatang kara tapi tetap saja bagi Ib
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUBAB 5"Oke nanti malam kita kasih tau sama Papi soal ini ya?" Fahri mengangguk mantap sembari tersenyum yang disusul Fiona yang juga menarik kedua sudut bibirnya secara sempurna. ***"Pi! Fio mau ngomong sebentar sama Papi." Ibra mengernyitkan dahinya dan mengalihkan pandangan dari ponsel yang sedang dipegangnya ke wajah Fiona. Ibra membuka kacamata yang bertengger di hidung mancungnya dan bertanya pada Fiona. "Ada apa? Serius amat kelihatannya?""Ya serius lah, Pi, kalau enggak ya gak mungkin wajahku seperti ini," jawab Fiona sedikit ketus namun tetap ia tahan. Bagaimanapun Fiona masih sangat takut dengan Ibra karena hidup dan masa depannya benar-benar ada di tangan Ibra. Fiona memang anak Ibra satu-satunya tapi segala sesuatunya tetaplah atas persetujuan Ibra. Sekalipun itu masalah keuangan maupun perusahaan Ibra tidak pernah membiarkan Fiona memutuskannya sendirian. Entah kenapa Ibra selalu menganggap Fiona itu masih gadis kecilnya yang apa-apa
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUSetelah mengatakan itu Ibra pun pergi meninggalkan Fiona dan juga Fahri yang wajahnya sudah memucat dan memutih seputih dempul rumah tetangga. "Mas, gimana dong?!" tanya Fiona dengan wajah paniknya. Hening. Fahri tidak menjawab ucapan Fiona. "Mas! Kok diem aja sih?! Ngomong dong!" ucap Fiona lagi dengan sedikit memekik karena ia takut kalau terlalu keras akan terdengar di telinga Ibra. "Apaan sih? Aku lagi mikir nih!" ketus Fahri. "Mikir apa ngelamun? Dipanggil gak nyaut.""Ck! Mikir lah.""Mikir apa coba?" "Ya mikirin gimana caranya ngebatalin niat Papi untuk menikah dengan Ayra. Memangnya kamu mau kalau Ayra nanti jadi ibu tiri kamu dan jadi ibu tiri mertuaku?""Ya enggak lah enak aja!" "Yaiya makanya lagi mikir ini. Ah, sialan bener si Ayra itu. Aku gak pernah nyangka kalau dia begitu licik.""Itu kan mantan istri kamu, Mas, jadi kamu lah yang lebih paham bagaimana Ayra," sungut Fiona yang juga kesal dengan penuturan Fahri. "Ya makanya aku
"Mau apa kalian kesini?" tanya Ayra datar dan ketus. Wajah yang biasa terlihat ceria itu saat ini tampak sangat dingin. Kalah dinginnya kulkas sama wajahnya Ayra. "Baiklah sepertinya kamu sudah tidak sabar ingin tahu apa yang kami inginkan. Dengarkan baik-baik ini bukan permintaan tapi ini perintah. Dan kamu harus menurutinya." Ayra menautkan kedua alisnya dengan kening yang berkerut. "Menuruti perintahmu? Hello memangnya kamu siapa? Dan apa kamu pikir aku akan menuruti apa yang kamu perintahkan padaku? Oh tentu tidak." Ayra terkekeh seolah-olah dia tengah mengajak lawan bicara yang duduk di depannya saat ini. "Jangan main-main sama aku kamu Ayra! Apa kamu gak tau siapa aku ha!" pekik Fiona dengan suara tertahan. Ia berang dengan kekehan Ayra karena ia merasa jika Ayra tengah menertawakannya. "Bukankah bermain-main itu enak ya? Kan bisa bikin awet muda. Lagian aku gak peduli kamu itu siapa," ucap Ayra lagi dengan santainya. Bahkan, Ayra sudah melipat tangannya di dada dan ia menaik
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMUKalau kalian mau silahkan kalian minta Mas Ibra yang meninggalkanku dan itu pun kalau dia mau. Ups, tapi aku yakin kalau dia tidak akan pernah mau meninggalkanku sebab apa? Sebab dia sangat mencintaiku." "Hei! Lancang sekali kamu mengusirku! Kamu berani mengancamku? Kamu pikir aku takut?" pekik Fiona tiba-tiba. Namun, Ayra hanya memandangnya sinis menyunggingkan senyuman datarnya. "Yah aku mengusirmu. Kenapa? Ini rumahku jadi hakku mau mengusirmu atau bahkan tak menganggapmu di sini. Lagian kenapa aku harus takut padamu memangnya kamu itu siapa?" "Ya karena aku banyak duit. Seharusnya kamu itu menghormatiku. Lihat suamimu! Bahkan aku bisa merebutnya darimu dalam sekejap mata." Fiina membusungkan dadanya. Dengan sombongnya dia mengatakan hal itu di depan Ayra juga Fahri. Bahkan, Fahri benar-benar tidak punya nyali di depan Fiona. Padahal apa yang Fiona ucapkan barusan itu benar-benar membuat harga diri Fahri sebagai seorang pria jatuh hingga hancur
"Apa kamu bilang? Kamu mau cari perempuan yang lebih cantik dari aku?!" pekik Fiona dengan wajahnya yang memerah persis seperti emak-emak yang marah akibat sang anak yang susah jika disuruh mandi. Bahkan, harus dikejar-kejar menggunakan rotan terlebih dahulu hingga si anak akhirnya mau mandi. "Ya, ya bukan begitu maksudku Sayang. Itu kan hanya ibarat saja lagian kamu itu selalu yang tercantik buatku. Gak ada yang bisa ngalahin kecantikan kamu maka itulah sebabnya aku lebih milih kamu daripada Ayra. Iya kan?""Alah! Itu alasan kamu aja karena aku sadar sama ucapanmu barusan coba kalau aku gak sadar dan iya-iya aja. Pasti kamu beneran lakukan. Iya kan?""Ya enggak mhnfkinkah. Satu istri aja gak abis. Ngapain Mas mau sok-sok nambah lagi. Udah ah jangan ngambek ntar aku cium nih karena gemas sama imut dan cantiknya kamu." Seketika wajah Fiona menghangat dan ia tersenyum malu-malu meong akibat gombalan yang dilontarkan oleh Fahri. "Au ah gelap." Fiona melipat tangannya di dada sembari mem
KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU"Lebih muda apanya?! Keren apanya? Yang ada Papi tuh kayak tukang minta-minta yang di pinggir jalan tuh tinggal pake kacamata hitam aja udah deh ntar biar Mas Fahri yang nuntun Papi minta-minta di jalan sana!" "Eh kok jadi aku sih?!""Lha terus siapa? Aku? Ya gak mungkinlah seorang Fiona ngemis. Ih kamu mah suka aneh-aneh deh," sungut Fiona dengan bibir mengerucut. " Jadi Papi penampilan kayak begini gak bagus?" tanya Ibra pada Fiona. "Ya enggak lah, Pi, sama sekali gak ada bagus-bagusnya. Tapi kalau Papi mau si Ayra itu ilfeel sama Papi sih ya gak masalah juga toh sejatinya aku juga kurang setuju Papi sana dia.""Yeee enak aja, ya gak bisa begitulah.""Yaudah kalau mau Ayra suka sama Papinya penampilan yang bener dong." "Eh kok kamu malah mendukung Papi? Bukannya kemarin-kemarin kamu nolak Papi seriusan sama si Ayra?" tanya Ibra dengan kening berkerut. "Yah kalaupun aku menolak Papi mentah-mentah buat nikah sama Ayra apa Papi setuju? Nggak kan?