Share

Bab 3

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2022-09-02 11:35:39

KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU

BAB 3

Sudah pasti Papi akan mencincangnya hidup-hidup dan sampai mati Papi gak akan pernah merestui hubungan kalian," ucap mas Ibra dengan semangat seolah-olah dia tengah berorasi. Dan lucunya wajah Fiona maupun Fahri tentu saja sudah pucat seputih kapas. 

Yess, satu kata untuk mas Ibra. I love you full forever! Hahahaha. 

"Ah, y-ya jelas saja Mas Fahri enggak seperti itu dong. Kan Papi tahu kalau Mas Fahri istrinya meninggal. Lagian aku juga gak mau kalau Mas Fahri masih memiliki istri. Mana tega aku menghancurkan rumah tanga orang lain, Pi," jawab Fiona yang membuatku menggelengkan kepala samar.

Bagaimana dia masih bisa bersandiwara padahal jelas di depannya sekarang ada aku mantan istri pria yang sekarang menjadi suaminya. Hemm, sangat menarik. Sepertinya permainan akan lebih menyenangkan kali ini. Baiklah kalau begitu aku akan ikuti cara bermain kalian. Dan akan aku pastikan kalian yang akan mendapatkan hadiah dari permainan yang kalian buat snediri. 

"Yasudah, Papi percaya kok kalau anak Papi yang satu ini tidak akan pernah salah pilih. Ayra, mari kita turun. Biar gantian sama yang lainnya. Aku juga mau kenalin kamu sama teman-teman bisnisku," ajak mas Ibra padaku. Tentu saja aku menganggukkan kepala menyetujui ajakan calon suamikj itu. 

Namun, sebelum aku benar-benar turun dari atas panggung. Aku sedikit menbisikkan kalimat yang kurasa dapat membuat calon anak tiri dan menantu tiriku itu mati kutu. 

"Jangan pernah remehkan aku. Kalau aku mau aku bisa saja membingkar kebusukan kalian pada Mas Ibra. Tspi sayangnya aku masih ingin bermain-main terlebih dahulu dengan kalian. Silahkan nikmati hari-hari yang mebakutkan bagi kalian mulai dari sekarang." 

Setelah aku puas mengatakannya pada Fiona dan Fahri tentu saja aku langsung turun dari panggubg dan segera menyusul mas Ibra yang sudsh berjalan terlebih dahulu di depanku. 

***

Aku membuka pintu kamar dan setelahnya aku membuka semua printilan aksesoris baju dan perhiasan yang kupakai untuk menghadiri pesta pernikahan Fahri dan Fiona tadi. 

Sedelah hanya menyisakan tanktop dan celana pendek saja aku pun merebahkan diri di atas kasur. Sejenak memejamkan mata untuk menghilangkan penat karena terlalu lama memakai high heels tadi. Tidak pernah aku berpenampilan paripurna seperti tadi. Akan tetapi, sedikit banyaknya aku bersyukur. Karena pengkhianatan Fahri,  aku justru bisa merubah penampilan dan bertemu dengan mas Ibra. 

Ah, setiap memikirkan pria itu aku seketika tersenyum-senyum sendiri. Entahlah, rasanya sulit untuk kuungkapkan. Seolah-olah bunga-bunga yang sedang bermekaran tengah mengisi hatiku saat ini. 

Mungkin kalian menganggapku gila? Karena aku menyukai pria tua. Ah, itu urusan kalian, nyatanya aku justru terpikat oleh pria tua itu. Wajahnya, tubuh tegapnya meski usia tak lagi muda apalagi saat dia berbicara itu benar-benar berkharisma. 

Eits, tapi tetap jangan lupakan tujuan utama aku menggaet papi dari Fiona. Tidak ada niat sedikit pun aku untuk menghancurkan rumah tangga yang baru saja mereka bangun. Akan tetapi, aku hanya ingin memberikan keduanya pelajaran bahwa tidak semua keinginan kita harus dikabulkan hanya karena kita memiliki uang banyak. 

Akan kuajari mereka cara menjadi manusia yang lebih baik. Bukankah merebut hak milik orang lain itu perbuatan yang keji? Yah, seperti itulah Fiona dan Fahri. Manusia terlicik yang pernah aku kenal. 

Drrrttt

Drrtt

Aku membuka mata saat ponsel yang kuletakkan di sampingku bergetar. Aku gegas mengambilnya dan melihat siapa yang menghubungiku malam-malam seperti ini. 

Mataku membelalak melihat nama siapa yang tengah menghubungiku kali ini. Mas Ibra! Hah, panjang umur si aki-aki itu. Baru saja aku memikirkannya dan kini dia sudah menghubungiku. Ah, seperti memiliki telepati saja dia itu. Hihihi. 

Gegas aku mengangkat telepon darinya karena aku tak mau dia menunggu terlalu lama. 

"Halo," ucapu saat telepon tersambung. 

"Halo, Ayra. Kamu sudah tidur? Maaf ya kalau aku mengganggumu." 

"Ah enggak kok, Mas. Baru saja aku rebahan velum sampai tidur sih." Terdengar kekehan kecil dari seberang sana. Aku membayangkan mas Ibra pasti sedang tersenyum karena selorohanku. 

"Kamu ini, sedang capek masih bisa-bisanya melucu. Tapi aku suka kok." Aku tersenyum mendengar ucapan mas Ibra. Hatiku seperti dikelilingi oleh kupu-kupu yang cantik dan berwarna-warni. 

"Ada apa, Mas? Apa ada masalah makanya Mas menghubungiku malam-malam begini?" tanyaku pada mas Ibra. Tidak biasanya dia menghubungiku malam seperti ini. Paling tidak dia tuh pas jam makan siang atau sore setelah pulang bekerja. 

"Hemmm aku mau tanya pada kamu tentang kesan pertama kamu bertemu dengan putriku. Gimana menurutmu?" 

"Kenapa bertanya begitu? Apakah senyumanku yang selalu mengembang sempurna saat Mas mengenalkanku dengan Fiona tadi masih belum cukup?"

"Jadi?"

"Ya jadi, aku menyukai putrimu. Dia wanita yang manis dan bisa bersikap baik padaku." Aku memutar bola mata malas dan rasanya ingin muntah saat mengatakan hal itu. Tentu saja itu kulakukan agar mas Ibra mau menikah denganku terlebih dahulu. Aku akan menjadi kelinci yang penurut, lucu, dan menggemaskan. Akan tetapi, saatnya nanti tiba maka aku akan menjelma menjadi seorang monster yang sangat menakutkan bagi Fiona juga Fahri. 

"Benarkah itu? Jadi bagaimana?"

"Bagaimana apanya?" tanyaku dengan kening berkerut. 

"Ya kapan kita akan menikah? Aku sudah tidak sabar."

"Emm Mas, apa ini tidak terlalu terburu-buru? Yang pertama masa iddahku kan belum selesai. Yang kedua kits baru saja kenal dan menjalin hubungan. Aku takut nabti Mas Ibra kecewa padaku."

"Kecewa? Kecewa kenapa? Aku sudah sangat yakin sama kamu Ayra. Entah kenapa hatiku justru terpaku namamu saja. Selama ini banyak perempuan yang mendekatiku untuk menungguku meminang mereka. Tapi entah kenapa dari semuanya tidak ada yang benar-benar menarik perhatianku juga hatiku. Nyatanya saat kita bertemu aku justru jatuh cinta pada pandangan pertama. Dan kalau soal masa iddah aku akan sabar menanti. Tiga bulan, selama itu aku akan menunggumu dan setelahnya aku akan resmi melamarmu."

"Tapi, Mas, orang tuaku sudah tiada. Aku hanya seorang yatim piatu yang tak jelas asal usulnya. Apakah kamu tidak malu jika nanti mengenalkanku pada keluarga besarmu? Terlebih lagi aku tidak memiliki pendidikan yang tinggi." 

"Tidak usah khawatirkan itu. Apa yang sudah menjadi pilihan dan keputusanku maka tidak akan ada yang bisa mengusikmu. Kalau di belakangku sih terserah saja. Toh kita tak mendengarnya. Tapi, jika aku mendengarnya maka akan kubuat bungkam siapa yang berani menghinamu." Aku tersenyum mendengar jawaban dari mas Ibra. Rasanya hati ini benar-benar tersentuh. Apakah ini yang dinamakan puber kedua? Ah, kurasa tidak. Kan usiaku baru saja genap 27 tahun sedangkan mas Ibra sekitar 48 tahun. Masih muda bukan? Hihihi. 

"Lalu bagaimana dengan putrimu?"

"Ah tentang Fiona dia pasti setuju kok. Lagian kan dia juga yang memintaku untuk segera menikah jauh sebelum kamu hadir dalam hidupku. Katanya dia gak tega lihat aku kesepian sendiri tanpa pasangan hidup sedangkan Fiona sering keluar untuk sekedar jalan dengan Fahri." Aku membulatkan mata mendengar kejujuran dari mas Ibra. 

Fahri dan Fiona sering jalan? Itu artinya mereka sudah lama berhubungan sebelum aku tahu tentang mereka. 

"Jadi Fahri sama Fiona sudah berapa lama pacaran?"

"Satu tahun yah selama itu mereka berhubungan. Dan Fahri katanya sudah ditinggal istrinya sejak dua tahun yang lalu." 

Sialan Fahri! Bisa-bisanya dia mengatakan aku sudah mati dua tahun yang lalu. Itu artinya dia mendoakanku benar-benar mati? Huh, lihat saja kalian berdua nanti akan aku buat kalian tak berkutik setelah resmi menjadi istri mas Ibra. Mungkin untuk saat ini aku berpura-pura tak tahu apa-apa dulu tentang mereka. Selebihnya aku akan mencari tahu tentang keduanya dari mas Ibra karena aku yakin banyak hal yang aku tidak tahu mengenai hubungan Fiona dan juga Fahri. 

"Ayra? Kamu sudah tidur?".

" Iya Ayra nya lagi tidur nih." Terdengar gelak tawa dari seberang sana. 

"Mana ada orang tidur bisa nyautin begitu."

"Kan aku lagi becandain, Mas, karena suka amsaja dengar Mas ketawa. Emang gak boleh?"

"Boleh banget dong Sayang, bahkan kalau perlu kamu ambil ini giginya Mas dan letakkan di samping tempat tidurmu biar bisa setiap hari liatin Mas tertawa di sampingmu." 

Eh …. Kok jadi horor? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penyesalan Fahri (ending)

    Ayra beranjak dari tempat duduknya, menghampiri wanita itu, lalu memeluknya. Ia berusaha penuh untuk membuat Fiona nyaman saat berada di keluarga ini. Ibra yang melihat pemandangan itu pun ikut bahagia. Ia senang karena Fiona sudah menyadari kekeliruannya dan berjanji untuk memperbaiki diri. “Fiona.” Panggil Ibra. “Iya?” “Kamu boleh tinggal di sini lagi jika berkenan,” tukas Ibra tulus. “Benarkah?” Fiona menatap tak percaya. Ini seperti sebuah kemustahilan. “Tentu saja. Karena kamu masih anak angkatku,” sahut Ibra seraya menganggukkan kepala. “Terima kasih, Papi.” Keesokan paginya, mereka semua bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit jiwa di mana bapak kandung Fiona berada. Sesampainya di sana, Fiona terlihat sedih melihat kondisi bapaknya yang masih dalam proses penyembuhan. Ibra menepuk pundak Fiona. “Sudah, jangan menangis lagi. Doakan yang terbaik untuk bapakmu.” “Iya, Papi. Aku hanya ingin bapakku sembuh. Itu saja.” Fiona menghapus air matanya. Di lain sisi, saat Fiona

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penyesalan Fiona

    Kini Fiona berada di depan rumah Ayra dan Ibra. Wanita itu terlihat sangat gugup dan juga malu. Cemas jika permintaan maafnya tidak diterima. Ya, memang kesalahannya begitu besar. Jadi, wajar saja bila nantinya Ayra dan Ibra tidak memberikan pintu maaf tersebut kepada dirinya. Fiona juga hanya bisa pasrah jika hal demikian sampai terjadi. Dia tak akan marah apalagi sakit hati untuk respons yang akan diterima. Fiona mencoba menghilangkan rasa gugup dan cemasnya sebelum mengetuk pintu rumah Ayra dan Ibra. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Fiona lakukan berulang kali sampai sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Walaupun permintaan maafnya diterima relatif kecil, ia tetap berusaha. Lagi pula, tidak ada salahnya bila Fiona mencoba. Karena bila tidak berusaha, dia tak akan tahu hasilnya.Fiona mengetuk pintu itu dengan dua ketukan. Selang beberapa menit, pintu segera terbuka. Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik Ayra. Secara bersamaan, pasang

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   tidak ada yang gratis di dunia ini, Bu.

    "Ah! Tolong katakan itu di kantor, sekarang mari ikut kami untuk memenuhi prosedur," jelas polisi tersebut dengan lantas menarik tangan Fahri dan mulai memborgolnya.Fahri tentu meronta, ia berusaha menjelaskan semuanya namun kedua polisi itu tak mendengar dan seakan-akan menutup kedua telinganya.Sementara itu, Hilwa mulai meraung-raung memohon untuk tidak membawa anaknya ke kantor polisi."Tolong lepaskan anak saya! Kalian tidak pantas membawanya atas tuduhan tidak dilakukannya!" titah Hilwa dengan berteriak tak karuan, bahkan wanita itu sampai tak segan-segan untuk mencaci petugas polisi tersebut.Keributan itu jelas terdengar sampai ke dalam kamar pribadi milik Nazwa. Gadis yang tengah asyik memainkan gadgetnya merasa terganggu dengan kebisingan yang terjadi di rumahnya.Nazwa pun bangkit dari tempat tidurnya dan berdecih, "Ada apa sih!? Kenapa ribut sekali!?"Tanpa berpikir panjang Nazwa pun lekas beranjak dan keluar dari kamar untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.Hingga

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penangkapan Fahri

    "Apa-apaan ini!?" pekik Fahri saat ia mengetahui bahwa dirinya telah mendapat surat pemecatan dari HRD.Ya! Ketika Fahri tengah sibuk di ruang kerjanya ia tiba-tiba dikejutkan oleh sosok sekretaris yang mendatangi ruangannya dan menyerahkan secarik kertas yang berisikan sebuah surat pemecatan.Hal itu lantas membuat Fahri naik pitam, ia sama sekali tak terima diperlakukan seperti itu oleh Ibra, yang merupakan ayah mertuanya sendiri."M-maaf, Pak. Saya hanya menyampaikannya saja, selebihnya saya tidak tahu pasti," ucap sekretaris itu dengan menundukkan kepalanya. Wanita itu terlihat takut dengan temperamen atasannya yang tiba-tiba naik.Fahri pun berdecih kesal, lalu kembali membaca isi surat tersebut. Hingga ia kembali terkejut saat membaca pernyataan yang menyatakan bahwa Ibra tidak hanya akan memecatnya, namun lelaki itu juga akan melaporkan Fahri kepada pihak berwajib atas tindakan penggelapan dana yang ia lakukan pada perusahaan.Mengetahui hal itu, Fahri semakin geram, amarahnya

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   menceraikan Fiona

    “Fahri pulang! Dia akhirnya pulang setelah berhari-hari,” sorak Fiona yang merasa memiliki secercah harapan dengan kepulangan pria itu.Beberapa hari belakangan, Fiona sama sekali tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas. Hari-harinya dipenuhi oleh fisik lesu dan perasaan lelah dan tekanan batin.Namun, begitu mendapati bahwa Fahri akhirnya kembali pulang membuat Fiona merasa bersemangat dan berharap-harap cemas. Akankah lelaki itu pulang karena sadar dan ingin meminta maaf, ataukah jangan-jangan ingin melakukan hal lain yang membuat Fiona semakin terpuruk? Itu lah pertanyaan yang memenuhi benak Fiona sekarang ini.Wanita itu langsung bangkit dari sofa dan berjalan beberapa langkah untuk membukakan pintu. Sebelum muncul di ambang pintu, Fiona sedikit merapikan rambut dan kondisi pakaiannya agar terlihat lebih layak untuk menyambut kepulangan suaminya.Fahri pun turun dari mobilnya begitu mesin mobil sudah dia matikan. Wajah pria itu tampak datar dan bahkan tanpa ekspresi. Dari sudu

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   kegundahan bati Fiona

    Fiona masih tak kuasa menahan dadanya yang justru semakin sesak. Dia terus memukul-mukulnya dengan kepalan tangan saking sakit dan perih hatinya saat ini.“Fahri, kamu benar-benar kejam!” isaknya yang sejak ditinggal Fahri tadi sudah menangis dengan lelehan air mata berurai di kedua pipinya yang bening. Fiona bahkan tidak peduli bila saat ini dirinya hanya terduduk di lantai saking gontai dan lemas kedua lututnya mendengar untaian kalimat demi kalimat yang dilontarkan Fahri.Lantai keramik di ruang tengah yang dingin itu menjadi saksi pertengkaran keduanya beberapa saat yang lalu serta menjadi saksi pula betapa hancurnya perasaan Fiona saat ini.“Bisa-bisanya kamu bilang bahwa selama ini kamu hanya memanfaatkanku saja, Fahri!” Fiona masih tidak menyangka. “Padahal, waktu itu wajah kamu begitu tulus saat menyatakan perasaanmu. Kita bahkan harus menghadapi berbagai lika-liku sampai-sampai kau bercerai dengan Ayra.”“Perjuangan kita begitu panjang dan berat. Tapi kenapa … kamu malah ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status