Share

Bab 7

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2022-09-08 21:31:46

"Mau apa kalian kesini?" tanya Ayra datar dan ketus. Wajah yang biasa terlihat ceria itu saat ini tampak sangat dingin. Kalah dinginnya kulkas sama wajahnya Ayra.

"Baiklah sepertinya kamu sudah tidak sabar ingin tahu apa yang kami inginkan. Dengarkan baik-baik ini bukan permintaan tapi ini perintah. Dan kamu harus menurutinya." Ayra menautkan kedua alisnya dengan kening yang berkerut.

"Menuruti perintahmu? Hello memangnya kamu siapa? Dan apa kamu pikir aku akan menuruti apa yang kamu perintahkan padaku? Oh tentu tidak." Ayra terkekeh seolah-olah dia tengah mengajak lawan bicara yang duduk di depannya saat ini.

"Jangan main-main sama aku kamu Ayra! Apa kamu gak tau siapa aku ha!" pekik Fiona dengan suara tertahan. Ia berang dengan kekehan Ayra karena ia merasa jika Ayra tengah menertawakannya.

"Bukankah bermain-main itu enak ya? Kan bisa bikin awet muda. Lagian aku gak peduli kamu itu siapa," ucap Ayra lagi dengan santainya. Bahkan, Ayra sudah melipat tangannya di dada dan ia menaikkan satu kakinya ke atas kakinya yang lain.

"Ck! Aku sedang tidak bercanda Ayra."

"Oke-oke segera katakan apa yang kamu perintahkan padaku wahai baginda putri yang terhormat?"

"Tinggalkan Papiku dan aku akan memberikanmu uang sebesar 500 ratus juta adamu."

"Wahhhh, banyak sekali, dan aku …." Ayra sengaja menjeda ucapannya.

"Kenapa? Pasti kamu kaget kan dengan nominal yang besar. Ya iyalah kan kamu itu miskin."

"Oh ya? Sayangnya kok aku gak tertarik sedikit pun sama uang yang kamu tawarkan. Lagian aku lebih memilih Mas Ibra karena apa? Karena tentu saja duitnya lebih banyak daripada uang yang kamu kasih. Bukankah begitu?"

"Sialan kamu Ayra! Jangan mimpi kamu menikah dengan Papiku! Segera tinggalkan Papi kalau kau tak mau mendapat akibatnya!"

"Meninggalkan Papimu? Dengan alasan apa?"

"Ya karena aku tidak pernah dan tidak akan pernah menyetujui hubunganmu dengan Papi. Lagian apa kamu gak malu kalau jalan bergandengan dengan pria yang usianya jauh lebih tua dari padamu?"

"Sama sekali nggak karena apa? Karena aku mencintai Mas Ibra. Bukankah kita sama?"

"Maksud kamu?"

"Ya sama-sama tidak tahu malu cuma bedanya kalau kamu itu kebangetan alias urat malumu sudah putus karena apa? Karena kamu malah jalan sama suami orang dan menjalin hubungan di belakang istrinya selama satu tahun. Jadi, jangan bandingkan tak tahu malunya aku sama tak tahu malunya dirimu karena kita berbeda level." Wajah Fiona memerah karena ia benar-benar merasa tersinggung dengan apa yang Ayra katakan.

"Sialan kamu, Ayra! Seenak jidatmu menghinaku seperti itu!"

"Lho aku bukan menghina tapi bicara fakta. Kalah aku sana Papimu mengenai info perselingkuhanmu dengan pria bejat yang duduk di sampingmu itu. Bahkan, aku yang dulu itu istrinya Fahri aja tidak pernah tahu hubungan kalian selama apa di belakangku. Aku hanya tahu saat suamimu ini mentalakku secara tiba-tiba. Eh Papimu kok yang malah tau lebih banyak tentang kalian.

Dan sepertinya aku sangat tertarik untuk mengorek hal itu lebih dalam dari Papimu. Bersiaplah kalian untuk ditendang dari rumah Mas Ibra agar kalian dapat merasakan bagaimana pedih dan perihnya diperlakukan seperti orang hina oleh orang yang kita sayangi," desis Ayra dengan penuh penekanan. Wajahnya yang tadi tersenyum kini kembali datar.

sejatinya Fahri yang sejak tadi duduk di samping Fiona sudah meneguk salivanya berkali-kali karena baru kali ini dia melihat sisi yang berbeda dari seorang Ayra.

"Pokoknya aku gak mau tahu, kamu harus meninggalkan Papi. Karena aku gak pernah setuju sama hubungan kalian!"

"Lalu apa menurutmu aku peduli denganmu? Bukankah kemarin juga kalian tidak peduli dengan pendapatku yang jelas tidak setuju dengan hubungan kalian? Jadi, nikmati saja semuanya dengan lapang dada. Bukankah itu juga yang aku lakukan menghadapi hubungan kalian yang diawali dengan nafsu dan kebohongan belaka?

Jangan kalian pikir aku juga tak tahu kalau kalian sering melakukannya saat kalian masih berhubungan di belakangku dulu? Dan kamu, Fio! Kamu itu perempuan yang sangat murahan sekali. Kamu rela mengangkangkan kakimu pada suami orang dan kamu rela menggelontorkan uang banyak hanya untuk merebut seorang nahkoda dari awak kapalnya? Sungguh miris sekali. Aku malah jadi sangsi kalau kamu ini sebenarnya anak kandung Mas Ibra. Karena sifat kalian sungguh sangatlah berbeda."

"Apa maksudmu? Kamu pikir aku ini anak pungut Papi Ibra gitu?"

Ayra mengedikkan bahunya dan ia kembali menjawab, "Bisa jadi? Kan aku hanya bilang sanksi. Yang namanya sanksi itu ya bisa iya bisa juga tidak kan?"

"Sialan kamu Ayra! Mulai berani kamu melawanku ha!" Emosi Fiona tersulut. Ibarat dia adalah bensin jija dihidupkan korek api maka, duar! Api itu pasti langsung menyala dan membesar.

"Memangnya kamu siapa sampai aku gak berani melawanmu? Kalau kamu pikir kemarin saat Fahri mentalakku dan aku menerimanya itu bukan berarti aku takut padamu. Melainkan aku memang sudah tak mau memakai barang bekas. Jadi, tentu saja aku membiarkanmu mengambil Fahri dariku.

Aku menganggap dia adalah sampah yang memang sudah waktunya dibuang dan diganti dengan barang baru yang tentunya jauh lebih bagus dan lebih menarik bagiku."

Mendengar ucapan Ayra yang menganggapnya sebagai sampah tentu saja Fahri menjadi berang. Ia tiba-tiba menampar pipi perempuan yang pernah menjadi istrinya itu.

Wajah Ayra memerah di sebelah kanan dan ia meringis karena merasakan perih di pipinya itu. Bahkan, darah sedikit menetes dari sudut bibir yang terluka. Melihat hal itu tentu saja Fiona menarik kedua sudut bibirnya dan ia merasa sangat puas atas apa yang Fahri hadiahkan pada Ayra.

"Kau! Beraninya menyentuh wajahku dengan tangan kotormu itu! Jangan pernah panggil namaku Ayyara Kartika kalau tidak bisa membuatmu menyesali hidupmu yang tidak berguna itu!"

Tangan Ayra sebelah kiri mengepal dan sebelah kanan menunjuk wajah Fahri yang juga menegang. Sedikit banyaknya Fahri gentar karena ia baru sadar atas apa yang ia lakukan pada Ayra dan Ayra bisa saja mengadukan hal itu pada mertuanya, Ibra.

"Ayra, a-aku tidak sengaja. Maaf, lagian kenapa kamu menghinaku dan menyamaiku dengan sampah? Apakah kehadiranku selama ini di hidupmu tidak berarti?" Fiona mendelik mendengar ucapan Fahri.

"Mas! Kamu apa-apaan sih! Kenapa malah mengenang masa lalumu sama dia sih!" pekik Fiona tapi Fahri mengabaikan pekikan Fiona yang sempat memekakkan telinganya.

"Akan kupastikan kalian sangat menyesal telah membuat hidupku berantakan. Pergi kalian dari sini! Karena sedikit pun aku tidak akan mundur dari hubunganku dengan Mas Ibra. Kalau kalian mau silahkan kalian minta Mas Ibra yang meninggalkanku dan itu pun kalau dia mau. Ups, tapi aku yakin kalau dia tidak akan pernah mau meninggalkanku sebab apa? Sebab dia sangat mencintaiku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penyesalan Fahri (ending)

    Ayra beranjak dari tempat duduknya, menghampiri wanita itu, lalu memeluknya. Ia berusaha penuh untuk membuat Fiona nyaman saat berada di keluarga ini. Ibra yang melihat pemandangan itu pun ikut bahagia. Ia senang karena Fiona sudah menyadari kekeliruannya dan berjanji untuk memperbaiki diri. “Fiona.” Panggil Ibra. “Iya?” “Kamu boleh tinggal di sini lagi jika berkenan,” tukas Ibra tulus. “Benarkah?” Fiona menatap tak percaya. Ini seperti sebuah kemustahilan. “Tentu saja. Karena kamu masih anak angkatku,” sahut Ibra seraya menganggukkan kepala. “Terima kasih, Papi.” Keesokan paginya, mereka semua bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Sakit jiwa di mana bapak kandung Fiona berada. Sesampainya di sana, Fiona terlihat sedih melihat kondisi bapaknya yang masih dalam proses penyembuhan. Ibra menepuk pundak Fiona. “Sudah, jangan menangis lagi. Doakan yang terbaik untuk bapakmu.” “Iya, Papi. Aku hanya ingin bapakku sembuh. Itu saja.” Fiona menghapus air matanya. Di lain sisi, saat Fiona

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penyesalan Fiona

    Kini Fiona berada di depan rumah Ayra dan Ibra. Wanita itu terlihat sangat gugup dan juga malu. Cemas jika permintaan maafnya tidak diterima. Ya, memang kesalahannya begitu besar. Jadi, wajar saja bila nantinya Ayra dan Ibra tidak memberikan pintu maaf tersebut kepada dirinya. Fiona juga hanya bisa pasrah jika hal demikian sampai terjadi. Dia tak akan marah apalagi sakit hati untuk respons yang akan diterima. Fiona mencoba menghilangkan rasa gugup dan cemasnya sebelum mengetuk pintu rumah Ayra dan Ibra. Ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Fiona lakukan berulang kali sampai sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Walaupun permintaan maafnya diterima relatif kecil, ia tetap berusaha. Lagi pula, tidak ada salahnya bila Fiona mencoba. Karena bila tidak berusaha, dia tak akan tahu hasilnya.Fiona mengetuk pintu itu dengan dua ketukan. Selang beberapa menit, pintu segera terbuka. Pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik Ayra. Secara bersamaan, pasang

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   tidak ada yang gratis di dunia ini, Bu.

    "Ah! Tolong katakan itu di kantor, sekarang mari ikut kami untuk memenuhi prosedur," jelas polisi tersebut dengan lantas menarik tangan Fahri dan mulai memborgolnya.Fahri tentu meronta, ia berusaha menjelaskan semuanya namun kedua polisi itu tak mendengar dan seakan-akan menutup kedua telinganya.Sementara itu, Hilwa mulai meraung-raung memohon untuk tidak membawa anaknya ke kantor polisi."Tolong lepaskan anak saya! Kalian tidak pantas membawanya atas tuduhan tidak dilakukannya!" titah Hilwa dengan berteriak tak karuan, bahkan wanita itu sampai tak segan-segan untuk mencaci petugas polisi tersebut.Keributan itu jelas terdengar sampai ke dalam kamar pribadi milik Nazwa. Gadis yang tengah asyik memainkan gadgetnya merasa terganggu dengan kebisingan yang terjadi di rumahnya.Nazwa pun bangkit dari tempat tidurnya dan berdecih, "Ada apa sih!? Kenapa ribut sekali!?"Tanpa berpikir panjang Nazwa pun lekas beranjak dan keluar dari kamar untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.Hingga

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   penangkapan Fahri

    "Apa-apaan ini!?" pekik Fahri saat ia mengetahui bahwa dirinya telah mendapat surat pemecatan dari HRD.Ya! Ketika Fahri tengah sibuk di ruang kerjanya ia tiba-tiba dikejutkan oleh sosok sekretaris yang mendatangi ruangannya dan menyerahkan secarik kertas yang berisikan sebuah surat pemecatan.Hal itu lantas membuat Fahri naik pitam, ia sama sekali tak terima diperlakukan seperti itu oleh Ibra, yang merupakan ayah mertuanya sendiri."M-maaf, Pak. Saya hanya menyampaikannya saja, selebihnya saya tidak tahu pasti," ucap sekretaris itu dengan menundukkan kepalanya. Wanita itu terlihat takut dengan temperamen atasannya yang tiba-tiba naik.Fahri pun berdecih kesal, lalu kembali membaca isi surat tersebut. Hingga ia kembali terkejut saat membaca pernyataan yang menyatakan bahwa Ibra tidak hanya akan memecatnya, namun lelaki itu juga akan melaporkan Fahri kepada pihak berwajib atas tindakan penggelapan dana yang ia lakukan pada perusahaan.Mengetahui hal itu, Fahri semakin geram, amarahnya

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   menceraikan Fiona

    “Fahri pulang! Dia akhirnya pulang setelah berhari-hari,” sorak Fiona yang merasa memiliki secercah harapan dengan kepulangan pria itu.Beberapa hari belakangan, Fiona sama sekali tidak bersemangat untuk melakukan aktivitas. Hari-harinya dipenuhi oleh fisik lesu dan perasaan lelah dan tekanan batin.Namun, begitu mendapati bahwa Fahri akhirnya kembali pulang membuat Fiona merasa bersemangat dan berharap-harap cemas. Akankah lelaki itu pulang karena sadar dan ingin meminta maaf, ataukah jangan-jangan ingin melakukan hal lain yang membuat Fiona semakin terpuruk? Itu lah pertanyaan yang memenuhi benak Fiona sekarang ini.Wanita itu langsung bangkit dari sofa dan berjalan beberapa langkah untuk membukakan pintu. Sebelum muncul di ambang pintu, Fiona sedikit merapikan rambut dan kondisi pakaiannya agar terlihat lebih layak untuk menyambut kepulangan suaminya.Fahri pun turun dari mobilnya begitu mesin mobil sudah dia matikan. Wajah pria itu tampak datar dan bahkan tanpa ekspresi. Dari sudu

  • KAU REBUT SUAMIKU, KUPACARI AYAHMU   kegundahan bati Fiona

    Fiona masih tak kuasa menahan dadanya yang justru semakin sesak. Dia terus memukul-mukulnya dengan kepalan tangan saking sakit dan perih hatinya saat ini.“Fahri, kamu benar-benar kejam!” isaknya yang sejak ditinggal Fahri tadi sudah menangis dengan lelehan air mata berurai di kedua pipinya yang bening. Fiona bahkan tidak peduli bila saat ini dirinya hanya terduduk di lantai saking gontai dan lemas kedua lututnya mendengar untaian kalimat demi kalimat yang dilontarkan Fahri.Lantai keramik di ruang tengah yang dingin itu menjadi saksi pertengkaran keduanya beberapa saat yang lalu serta menjadi saksi pula betapa hancurnya perasaan Fiona saat ini.“Bisa-bisanya kamu bilang bahwa selama ini kamu hanya memanfaatkanku saja, Fahri!” Fiona masih tidak menyangka. “Padahal, waktu itu wajah kamu begitu tulus saat menyatakan perasaanmu. Kita bahkan harus menghadapi berbagai lika-liku sampai-sampai kau bercerai dengan Ayra.”“Perjuangan kita begitu panjang dan berat. Tapi kenapa … kamu malah ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status