KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 68
"Ayo, Rey, buka ponselnya!" Mama menggoyangkan lenganku.
"Buat apa?"
"Tanya Mbah Google!"
"Nih, biar Gibran aja yang cari!" Aku mengulurkan ponselku pada Gibran.
"Eh, kok, aku? Enggak. Aku nggak mau ikutan stres seperti kalian. Mana ada paranormal yang bisa ngasih ilmu begituan." Gibran mengibaskan kedua tangannya.
"Sepertinya benar kata Mama. Aku juga ingin tahu apakah nanti Ulfa bisa menerimaku kembali atau tidak? Oke, aku harus tanya Google di mana paranormal itu tinggal." Aku tersenyum dan menarik kembali ponsel yang sudah ditolak Gibran.
"Mas, please jangan mengada-ada!" Gibran menangkupkan tangan di dada.
"Kamu nggak usah khawatir, Gi. Nanti kalau aku sudah bisa meramal masa depan, akan kukasih tahu seperti apa kehidupan kamu dengan Bella nantinya. Apakah akan bahagia atau tidak? Apakah dia wanita setia atau tidak? Jadi, kamu bisa persiapan dari sekarang. Tak kusangka Mama punya ide ce
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 69"Yah, aku pikir kamu benar-benar sayang padaku sebagai saudara? Ternyata ada maunya." Aku cemberut."Ini juga sebagai tanda sayang, Mas! Ya, udah sana berangkat, sudah lapar ini." Gibran mengusap perutnya yang keroncongan."Iya, tetapi nggak bisa cepet, ya. Kami mau ke rumah Ulfa dulu." Aku memasukkan uang ke dalam saku tanpa dimasukkan ke dalam dompet terlebih dahulu. Malu bawa dompet, tetapi isinya cuma dua puluh ribu plus sisa uangku yang tadi kubawa. Seandainya tahu Anisa mau datang, susah pasti uangnya akan kubawa semuanya."Beliin dulu, Mas. Mbak Ulfa jam segini juga masih di toko." Gibran melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya."Aku malas bolak-balik, nanti aja biar sekali jalan, hemat waktu dan biaya. Kalau sudah tidak tahan, makan aja apa yang ada di rumah.""Sebenarnya aku juga sudah kangen dengan masakan Mbak Ulfa yang enaknya nggak kalah sama masakan restoran. Apa aku ikut kalian aja, y
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 70"Stop! Jangan bilang hantu lagi. Anisa masih hidup, dia baru saja telepon, kan?" tanya mama."Iya, sih, tetapi siapa?""Kita tunggu saja, siapa yang keluar dari mobil itu?" Mama menunjuk mobil yang kini sudah berada di dekat kami.Aku tidak mau melepaskan pandangan dari mobil itu. Mobil berhenti dan Ulfa terlihat keluar dari dalamnya. Jantungku berdetak kencang ketika melihat wajahnya. Oh my God, apa ini yang disebut dengan jatuh cinta lagi? Kutekan dadaku perlahan agar degup jantungnya berkurang."Ulfa?" Aku menyongsong kepulangan wanita yang dulu sangat kucintai itu."Mas Rey? Ada perlu apa, ya?" Ulfa membuka kaca matanya.Aku menyenggol lengan Mama untuk memberi isyarat agar ia membantu menjawab."Mama kangen sama kamu, Ul?" ucap Mama nyengir."Hanya itu?" tanya Ulfa."Kok di rumah sepertinya ada orang? Aku tadi sudah memencet bell dan terdengar suara langkah kak
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 71"Ini Sutinah, bukan Bella," ucap Ulfa."Benar Pak, saya Sutinah, pembantu di rumah Bu Ulfa ini. Memasak, menyapu, mencuci pakaian meski dengan mesin cuci, mengepel lantai, sudah menjadi pekerjaan saya sehari-hari." Wanita yang kukira Bella itu nyengir."Aku yakin kamu itu Bella, bukan Sutinah." Aku melihat dengan seksama wanita di hadapanku."Maaf, Bella itu siapa, ya, Pak? Apa mungkin wajahnya mirip dengan saya sehingga menganggap saya ini Bella?"Aku menggaruk kepala yang tidak gatal. Meskipun penampilannya berbeda seratus delapan puluh derajat, tetapi aku yakin wanita yang mengenakan celana kulot dan kaus oblong itu adalah pacar Gibran yang dibawa pulang waktu itu."Pak?" Wanita itu mengibaskan tangan di depan wajahku."I--iya? Kamu yakin kalau bukan Bella?""Bapak percaya kalau di dunia ini kita punya kembaran tujuh? Saya yakin, Bella yang Bapak maksud itu adalah salah satu kembaran saya
"KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 72"Tunggu, Ul. Aku ke sini mau bertemu kamu, masa malah ditinggal?" Aku meraih tangan Ulfa, namun dengan cepat wanita itu mengibaskannya."Kita sudah bertemu, jadi tidak ada alasan bagiku untuk di sini." Ulfa melengos."Ul, aku mau bilang kalau mobil itu sudah kujual." Aku mulai bercerita."Aku sudah tahu, Mas. Bukankah waktu itu kamu minta surat mobil itu agar bisa dijual?""Ya, tetapi uangnya sudah nggak ada." Aku menunduk."Mungkin kalau aku masih jadi istrimu pasti akan bertanya uang sebanyak itu kamu gunakan untuk apa sehingga sudah habis, tetapi berhubung kamu bukan siapa-siapaku lagi, maka aku tidak peduli, mau itu sudah habis atau masih ada," jawab Ulfa."Dengarkan aku, Ul. Uang itu sudah habis karena diambil Anisa dan sekarang aku sudah tidak punya uang sama sekali.""Itu deritamu, Mas. Jangan ceritakan padaku." Ulfa melengos dan hendak pergi meninggalkanku, tetapi
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 73"Sudah ada Mbak Tinah yang masak.""Enggak apa-apa, si Tinah juga enak, kan masakannya. Ayo, Rey." Mama menyeret tanganku menuju meja makan.Aku merasa canggung makan di sini meski ini tempat dudukku beberapa waktu yang lalu.***"Gibran, coba kamu lihat ini foto siapa?" Aku mengangsurkan ponselku padanya dan menunjukkan foto Tinah yang kuduga Bella yang berhasil kuambil gambarnya saat di rumah Ulfa tadi."Enggak tahu, Mas. Enggak penting!" Gibran cuek dan hanya melirik sekilas foto yang kutunjukkan."Lihat dulu baik-baik. Ini Bella, kan?""Mana? Eh, iya, ini memang Bella. Tetapi dari mana Mas Mendapatkan foto ini dan kenapa ia memakai baju seperti ini? Seperti seorang pembantu?" Gibran mengamati dengan seksama foto yang ada di ponselku."Memang dia pembantu. Aku dapat foto ini karena sekarang ia menjadi babu di rumah Ulfa.""Enggak, Mas. Bella bukan seorang pembantu. Ia
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 74"Sudahlah, Mas. Aku tahu kalau kamu tidak suka dengan Bella, tetapi tidak begini caranya. Oh, ya, Sayang, aku mau datang ke rumahmu sekarang juga." Gibran merangkul pundak Bella dan mengecup pucuk kepalanya."Ke--ke rumahku? Buat apa?" Bella melepaskan tangan Gibran dan wajahnya mendadak pucat pasi."Ya, aku ingin melamar kamu agar kita bisa meresmikan hubungan kita. Aku sudah tidak sabar menjadi suami kamu, Sayang." Gibran menoel hidung wanita berbaju seksi itu."Kenapa kamu mendadak pucat begitu? Jangan-jangan dugaan kami benar kalau kamu adalah pembantu di rumah Ulfa yang aslinya bernama Sutinah itu," ucap Mama dengan nada tinggi."Enggak, Ma. Aku Bella bukan Sutinah. Aku lagi enggak enak badan aja." Bella meringis."Kalau begitu tunjukkan KTP-mu, aku mau lihat!" Mama mengulurkan tangan pada Bella."KTP?""Iya, sini!" Mama melambaikan jari telunjuknya."Enggak ada, Ma. Aku nggak pe
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 75Bella mengajak kami pada suatu tempat dengan rumah yang berjejer-jejer, mirip sekali dengan kost-kostan."Aku memang kost karena rumahku jauh," ucap Bella nyengir."Lalu rumah yang pernah kamu tunjukkan ke aku waktu itu milik siapa?" Gibran terperangah."Maafkan aku, Mas. Itu rumah orang. Aku tidak tahu siapa pemiliknya." Bella nyengir."Jadi, selama iani kamu sudah membohongiku, Bel?" tanya Gibran dengan nada tinggi."Maafkan aku, Mas. Aku terpaksa melakukan ini karena takut kehilangan kamu jika harus jujur." Bella menunduk."Kamu tidak usah khawatir, Bel. Apapun keadaannmu aku tetap mencintaimu." Gibran merengkuh pundak Bella."Benarkah?" Bella mendongak dan wajahnya berkaca-kaca."Iya, aku tidak peduli rumah kamu seperti apa? Setelah kita nikah, kan tinggal di rumahku?" Gibran tersenyum."Apa? Kamu tetap mau melanjutkan hubungan dengan orang yang sudah membohongimu mentah-mentah?"
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 76"Iya, enggak apa-apa." Gibran tersenyum."Kamu nggak mau punya istri seorang pembantu?""Buat apa harus malu? Justru aku senang punya istri yang mau membantu suami mencari uang daripada punya istri cantik dan kaya, tetapi menyusahkan," ucap Gibran sambil melirik ke arahku."Kamu menyindirku, Gi?" Aku cemberut."Aku tidak menyindir siapa-siapa, tetapi syukurlah kalau Mas merasa tersindir karena memang kenyataannya seperti itu, kan? Mas punya istri cantik dan kaya, tetapi tidak bahagia? Mbak Anisa itu sudah wajahnya enggak cantik-cantik amat alias standar, manjanya enggak ketulungan, dan satu lagi yang menbuatku tidak suka dengannya yaitu egois!""Sudahlah, Ma. Ayo kita pulang!" Aku menarik tangan Mama dengan bersungut-sungut."Aku juga harus pergi, nanti aku hanya pamit pergi sebentar pada Bu Ulfa," ujar Bella melepaskan rangkulan Gibran."Bagaimana ini, Rey? Masa iya, calon menantu Mama seor