Share

6

last update Last Updated: 2022-04-19 17:24:02

"Bapak melacak lokasi ponselku?"

"Tentu saja, Geeglo saja bisa, kenapa kami tidak? Semua orang sekarang bisa melacak lokasi ponsel!"

Aku lagi-lagi hanya bisa menghela nafas. Betapa rapuhnya privasi orang di jaman modern ini.

"Kau sudah tak profesional, Kris!" lanjutnya, "Aku sudah mmemperingatkamu berkali-kali. Ini bintang satu-mu yang kesekian kalinya. Mempengaruhi pamor perusahaan kita. Semakin tertinggal dari pesaing. Lihat aplikasi sebelah! Makin melejit dengan High Quality Man sebagai andalan."

"Yah, apa yang harus kukatakan, Pak? Kadang ada hal-hal yang tak bisa diselesaikan oleh superhero."

Ia terdiam. Tubuh pendek dan agak gembulnya terlihat lucu memendam amarah. Wajahnya terkesan lebih mirip komedian daripada direktur. Namun kegalakannya melebihi debt collector.

"Dan kadang ada hal penting yang harus kami selamatkan!" lanjutku.

"Apa? Cinta, perasaan? Melebihi keselamatan kawan-kawan dan perusahaan?!"

"Maaf, aku benar-benar tak tahu kejadian semalam, Pak."

"Karena kau bersama wanita! Apa kau mau kawin dan berhenti jadi superhero?!"

"Apa superhero tak boleh jatuh cinta?"

"Tidak, jika itu membahayakan kawan dan perusahaan!"

Kami sama-sama terdiam. Bingung arah pembicaraan mau sampai ke sana.

"Kau teledor, Kris!" lanjut bos, "Sangat lamban, tak berkompeten dan payah. Tak baik untuk perusahaan."

"Kenapa kinerja perusahaan begitu penting?"

"Karena kami yang menggajimu. Iklan dari aplikasi, dari Herostube dan Herogram. Juga iklan di kostum kalian. Tanpa kami, siapa yang akan menggaji kalian?!"

Aku tak bisa jawab. Teringat adik-adikku di kampung.

"Kami harus memberimu skors! Kau akan dikirim ke pusat pelatihan superhero lagi, Kris! Untuk memperbaiki kinerjamu!"

"Saya lebih baik mengundurkan diri, Pak!"

"Apa?!"

"Saya pilih keluar dari perusahaan ini daripada masuk pusat pelatihan lagi."

"Hahaha, lalu kau mau kemana kalau keluar?! Aplikasi sebelah tak mungkin menerimamu dengan kinerjamu itu! Pemerintah mewajibkan superhero untuk bergabung dalam aplikasi online! Mau kemana kau, Kris?! Hanya kami yang mau menampungmu!"

"Aku lelah jadi superhero!" jawabku berjalan keluar dari kantor bos. Mantan bos!

Dan akupun kembali teringat adik-adikku di kampung. Yang tertua hendak kuliah.

"Kris, Kris!" seru bos, "Jangan konyol!Jangan harap kami bisa menerimamu kembali setelah kau keluar!"

"Aku tidak akan kembali." Jawabku menoleh padanya setenang mungkin.

"Baiklah, kembalikan kostum dan ponselmu pada manajer saat kau keluar!" perintahnya, "Itu semua dari sponsor!"

Kukembalikan kostum dan ponsel pada manajer. Padahal itu satu-satunya ponsel yang kupunya. Dan kostum menyedihkan itu, ah, kostum dengan banyak tempelan iklan dan sponsor di sana-sini. Lebih mirip kostum pembalap daripada kostum superhero.

Manajer memberiku pakaian ganti seadanya dan aku berpamitan pada teman-temanku di klinik perawatan.

"Serius Kris, kau keluar?" tanya Anginia lagi-lagi mengenggam tanganku, "Kau tega tinggalkan kami?"

"Aku tidak akan meninggalkan kalian," jawabku sendu, "Akan kucari siapa yang menyerang kalian dan membunuh Pak Yono."

"Hati-hati, Kris!" sahut Cahayani di ranjang sebelah Anginia, "Mereka berbahaya! Kerbau merah rupanya ancaman serius!"

"Bagaimana kau akan mencari mereka kalau kau keluar dari perusahaan?" tanya Gajah Man.

"Yah, kalian tenang aja," jawabku, "istirahat saja demi kepulihan kalian."

"Hmm, akhirnya kau keluar," ujar Jago Man di sudut lain yang mengejutkan, "Jangan ambil hati segala ucapanku selama ini, Kris! Aku tak bermaksud melukaimu. Ayam memang kadang suka bersuara seenaknya."

"Kenapa kau masih di sini?" tanyaku, "Tak mangkal atau cari penjahatnya?"

"Mau mangkal kemana? Warung kopi kita sudah hancur. Perusahaan memutuskan menarik dulu semua superhero ke kantor dan rumah-rumah perlindungan untuk berjaga-jaga. Mereka bisa melacak keberadaan kita. Mungkin kita semua masuk dalam target mereka. Perusahaan masih mengatur strategi untuk mengambil langkah berikutnya."

Akupun segera pergi meninggalkan mereka.

"Hati-hati Kris," ucap Jago Man ramah, "mungkin mereka juga mengincarmu!"

Saat keluar dari klinik, kulihat banyak superhero berkeliaran atau duduk-duduk di kantor berlantai sepuluh ini. Rupanya perusahaan memang menarik sementara para mitra superhero-nya. Barangkali juga disiagakan untuk menjaga kantor ini.

Dan tak ada yang mengenaliku tanpa kostum superhero. Hanya teman-teman dekatku yang mengenali wajah asliku. Lelaki desa ini, Krismantoro. Sekarang bukan superhero lagi.

Aku pulang ke rumah kos. Terlihat beberapa polisi di sana. Garis polisi juga terpasang di beberapa area.

"Ada apa ini?" tanyaku pada petugas polisi yang berjaga.

"Kasus pembunuhan," jawabnya, "Siapa kamu?"

"Saya penghuni kos di sini."

Beberapa tim medis membawa mayat dalam kantong jenazah ke mobil ambulans.

"Mas Kris!" seru Dinda, anak ibu kos, "Ibu dibunuh orang, Mas!"

"Apa?!"

Aku menyelonong masuk, dan polisi membiarkannya.

"Mas!" peluk Dinda, anak tunggal ibu kos yang berumur empat belas tahun, kelas dua SMP, "Aku takut!"

"Apa yang terjadi, Din?"

"Nggak tahu Mas, pagi-pagi datang beberapa orang berpakaian hitam-hitam. Ada satu orang perempuan."

"Entah mereka bicara apa pada ibu," lanjutnya terisak, "Lalu mereka mengacak-acak dan merusak rumah. Ibuku berusaha menghentikan mereka, tapi, tapi malah dihajar hingga tersungkur. Ibu meninggal, Mas!"

Kupeluk erat dan kuelus kepala Dinda untuk menenangkannya.

"Kamar kita juga diacak-acak oleh mereka!" ujar Tomo, mahasiswa yang indekos di kamar sebelahku.

"Kenapa? Siapa mereka?"

"Entah, Mas Kris! Ada empat orang lelaki, satu wanita. Berjaket dan bercelana hitam. Ada satu berbadan besar dan kekar. Matanya menyala merah!"

Sialan, mungkin mereka yang menyerang teman-temanku juga. Kelompok kerbau merah?

Kenapa mereka menyerang kemari? Mungkinkah mereka tahu identitasku?

"Ibumu akan diotopsi di rumah sakit," kata seorang polisi pada Dinda, "Kau ikut ke kantor polisi saja untuk memberikan keterangan, kau akan aman di sana."

"Temani aku, Mas Kris!" pinta Dinda padaku.

"Mas siapa?"tanya polisi itu, mungkin seorang komandan, atau detektif.

"Saya penyewa kamar kos di sini."

"Kamar yang mana?"

Kutunjukkan kamarku yang terletak di samping rumah. Kulihat memang kamarku dijebol pintunya dan diacak-acak.

"Kau penyewa kamar ini?" tanya polisi itu lagi.

"Iya, kenapa mereka mengacak-acak kamar kami?"

"Kau harus ikut kami ke kantor polisi. Kami menemukan berbagai senjata tajam di kamarmu!"

"Ah, tunggu, jangan salah sangka, Pak! "

"Jelaskan nanti di kantor! Pedang, trisula, karambit, keris. Kau perampok? Atau anggota geng motor?!"

"Bukan. Punya motor pun tidak!"

"Lalu kenapa menyimpan senjata tajam? Kau bermasalah dengan orang, hingga orang-orang itu mencarimu dan membunuh ibu kos?"

"Tidak!"

Aku memang bermasalah dengan banyak orang. Superhero mana yang tak bermasalah? Tapi aku tak tahu perbuatan siapa itu. Apakah dari salah seorang penjahat yang dendam padaku?

Tapi selama ini tak ada yang mengetahui persembunyianku di sini. Atau jangan-jangan mereka memang kelompok kerbau merah yang menyerang teman-temanku? Ada dendam apa mereka pada kami?

Dan tak mungkin kukatakan pada polisi ini jika aku adalah superhero.

"Pokoknya ikut kami," kukuh polisi itu lagi, "Kau harus diperiksa di kantor!"

"Tunggu," jawabku berbisik, "Sebenarnya saya adalah superhero online! Itu senjataku!"

"Benarkah? Mana buktinya? Tunjukkan ponselmu!"

Celaka, ponselku sudah diambil perusahaan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KERIS MAN   128

    Dengan terhempasnya para tukang parkir dan satpam, para perusuh itu semakin leluasa melamcarkan aksi mereka. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Serangan mereka terus meraja-lela. Gedung-gedung lain jadi sasaran. Terutama pusat-pusat bisnis di sekitarnya. Para pembeli berhamburan. Beberapa yang sok jago berusaha melawan. Barangkali mereka telah mempelajari ilmu bela diri. Mereka maju dibantu oleh beberapa pegawai toko atau kantor dan satpam. Dengan peralatan satpam sederhana, juga beberapa senjata yang ada, seperti kayu atau helm, mereka berusaha menyerang. Lagi-lagi dengan mudah mereka dikalahkan. Kayu-kayu tak mampu melukai gerombolan Kerbau Merah itu. Dengan mudah patah atau hancur. Dan tak butuh usaha keras, mereka dikalahkan dan terhempas kesana-kemari. Bahkan terluka parah atau pingsan. Semakin banyak orang yang nekat dan berani untuk melawan. Mereka maju dengan menggunakan senjata yang ada. Bahkan sebagian melemparkan apa saja yang mampu melukai musuh. Dengan

  • KERIS MAN   127

    Penjahat makin garang. Mereka menyerang dan mengobrak-abrik kawasan perbelanjaan dan sekitarnya. Orang-orang makin ketakutan dan berlarian. Para polisi kewalahan dan terpuruk. Tak ada yang bisa menghentikan mereka. Sebagian orang nekat melawan, namun mereka dihajar dan terhempas tak berdaya. Yang lain pun kian ketakutan dan berlarian. Panggilan permintaan superhero datang dari aplikasi. Tertera pada layar monitor di ruang kontrol. "Banyak sekali panggilan!" terang salah seorang staf yang mengawasi. Dina hanya bisa menghela nafas. Begitu juga denganku dan bos. "Ada peristiwa lain," ujar pegawai menunjukkan layar pada bagian lain perkotaan. "Itu kantor polisi?!" tanya Dina. "Yah," jawab staf. Terlihat di layar, para perusuh lain menyerang kantor polisi. Para aparat yang berjaga berusaha menghalau merek. Namun berhasil dikalahkan dan terlempar jauh. Pasukan yang berjaga pun menembaki para perusuh itu. Namun hujan peluru tak mampu menembus tubuh mereka. Yah, mereka be

  • KERIS MAN   126

    Monitor kami terhadap kelompok Kerbau Merah belum juga membuahkan hasil. Beberapa layar petunjuk belum bisa mencari keberadaan mereka ataupun teman-teman yang diculik. Tiba-tiba salah seorang staf berkata, "Apakah mereka kelompok Kerbau Merah?!" Kami lihat di layar. Hal mengejutkan terjadi. Terjadi penyerangan ke sebuah pusat perbelanjaan. Beberapa orang berpakaian serba hitam pelakunya. Mata mereka merah menyala. "Itu mereka!" kesahku. "Kenapa mereka menyerang pusat perbelanjaan?!" gumam Dina, "Hendak merampok?" "Aku harus menghadapi mereka!" kataku geram. "Jangan Kris!" cegah Dina, "Terlalu berbahaya!" "Dari mereka bisa kucari tahu dimana teman-teman!" kukuhku. "Kamu satu-satunya superhero yang tersisa!" jawab Dina, "Mungkin ini untuk memancingmu ke sana!" Aku menghela nafas dalam. "Lalu kita harus diam saja?" kesahku. "Sepertinya polisi berdatangan!" ungkap salah seorang staf. Kami lihat di layar. Beberapa mobil polisi memang terlihat berdatangan ke lokasi.

  • KERIS MAN   125

    Kami pun beristirahat malam itu. Kumasuki kamar tanpa Tirtasari. Hanya ada dua istri, si kembar Chantrea dan Chanthou. Anginia dan Cahayani yang kemarin turut masuk ke kamar pun juga menghilang. Huf, perasaan galau menyesaki dada ini. Bagaimana keadaan para kekasihku itu?! Juga para sahabatku?! Semoga mereka baik-baik saja! Kelompok Kerbau Merah ini memang kian misterius dan susah ditebak! Bagaimana mereka bisa mengalahkan dan menculik teman-teman?! Segala usahaku sia-sia. Program dalam laptop itu juga membingungkanku. Kenapa target mereka berubah-ubah?! Dan selalu beraksi di saat aku tak berada di lokasi! Chantrea dan Chanthou menangkap kegelisahanku di tempat tidur. Mereka memeluk dan membelaiku mesra. "Jangan khawatir," hibur Chantrea mengusap kepala dan menciumi pipiku, "Kita pasti bisa melewati semua ini." "Yah," dukung Chanthou di sisi lainku, "Kami percaya padamu! Kita pasti bisa mengalahkan mereka!" Aku tersenyum dan membelai keduanya, "Semoga saja!" balasku

  • KERIS MAN   124

    Kutelusuri terus jalanan yang mungkin dilalui para penculik itu. Entah jalan yang benar atau bukan. "Masih belum ada petunjuk?" tanyaku pada Dina di kantor. "Belum Kris," jawab sekertaris itu, "kami masih mencoba!" Sial! Kucoba untuk menelusuri dan menghubungi Tirtasari serta High Quality Man. Namun hasil tetap nihil. Hingga akhirnya Dina menghubungiku, "Terlihat dari sebuah kamera cctv Kris! Mereka ke arah timur. Lewat jalan alternatif keluar kota." "Oke!" balasku. "Sempat terlihat di sana!" imbuhnya. "Baiklah! Aku akan ke sana!" Kupacu Motokris untuk menuju arah itu. Sedikit mencari jalan untuk memotong dan mengarah ke sana. Akhirnya setelah melewati beberapa lintasan, aku dapat menuju lajur yang dimaksud. Namun kemana tujuan mereka sebenarnya belum diketahui! "Ada petunjuk lagi?!" tanyaku pada Dina. "Belum Kris! Hanya terlihat melewati jalan itu. Kemungkinan ke arah luar kota!" "Komandan bilang akan mengerahkan polisi menyisir daerah itu," sambungnya. "Ba

  • KERIS MAN   123

    "Ada apa?" tanya Anginia dan Cahayani. "Kantor diserang!" jawabku cemas. "Astaga, kita harus bagaimana?" balas Anginia. "Kita harus ke sana!" sahut Cahayani, "Hadapi penyerangnya!" "Jangan," cegahku, "Terlalu berbahaya! Sebaiknya kalian di sini! Aku yang akan ke sana!" "Kami akan membantumu, Kris!" jawab Cahayani. "Terlalu beresiko! Kalian masuk ke dalam daftar!" Mereka berdua menghela nafas bingung. "Berhati-hati dan tetap bersiaga!" pintaku, "Aku yang akan ke sana!" "Baiklah, Kris!" jawab Anginia. "Hubungi aku jika terjadi sesuatu!" perintahku. "Baiklah!" jawab Anginia dan Cahayani. Aku pun segera memacu Motokris. Meluncur menuju ke kantor. "Bagaimana situasi di situ?" tanyaku pada Tirtasari lewat alat komunikasi. "Mereka datang!" jawabnya dengan nada tempur. "Siapa mereka?!" "Sepertinya orang-orang Kerbau Merah! Memakai pakaian serba hitam!" "Bertahanlah! Aku meluncur ke sana!" "Oke, Kris! Mereka datang! Kami hadapi!" Terdengar suara pertarunga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status