Sesuai janji yang sudah disepakati bersama, hari Minggu Elvina dan Neira akan menemui Haidar di kediaman pria itu. Mereka memilih akhir pekan karena perusahaan dan sekolah sedang libur sehingga banyak waktu untuk bicara.
Elvina dan Neira sudah bersiap sejak pagi. Tepat jam sembilan mereka meninggalkan rumah dengan mengajak Yasmin turut serta. Ketiganya berangkat menggunakan mobil yang dikemudikan oleh Elvina. Di kursi penumpang bagian depan diisi oleh Neira, sedangkan Yasmin duduk seorang diri di belakang sambil bermain dengan boneka barbienya.
Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara Yasmin yang mengajak bonekanya bicara. Sedangkan Neira, gadis itu lebih banyak diam sejak meninggalkan rumah. Di saat Yasmin mengajak bermain, Neira juga menolak dan mengatakan akan bermain nanti jika pulang ke rumah.
Perubahan sikap Neira yang tiba-tiba tentu saja disadari oleh Elvina meski wanita itu fokus menyetir sejak tadi. Ia hanya menunggu kondisi jalanan cukup lenggan aga
Selama ini fungsi mata adalah untuk melihat, dan mulut untuk bicara. Tetapi bagi Atlan dan Neira sepertinya fungsi mata kini adalah untuk menyampaikan sesuatu yang tidak bisa mereka ucapkan melalui mulut.Sejak berdiri di pinggir kolam ikan koleksi Haidar sepuluh menit yang lalu, keduanya hanya saling melempar lirikan. Mereka seolah berlomba dengan ikan-ikan di kolam yang berenang dengan tenang tanpa menciptakan suara. Membuat mereka mampu mendengar tarikan napas masing-masing.Keduanya sudah berada di sana sejak kedatangan Pak Romi. Frida menyuruh Atlan untuk mengajak Neira berkeliling melihat rumah mereka. Tetapi Atlan justru membawa gadis itu ke halaman samping dan bertahan di pinggir kolam ikan itu.Percikan air yang mengenai lengan Neira membuat gadis itu menunduk. Ternyata itu adalah hasil perbuatan Atlan yang melempar kerikil ke dalam kolam membuat air itu menciprati lengannya.Neira memandang Atlan dengan dahi mengkerut. "Lo emang hobi b
Setelah kejadian di rumah Atlan kemarin, pikiran Neira menjadi penuh. Tidurnya tidak nyenyak dan ia menjadi lebih banyak melamun. Ketika pulang ke rumah, Neira kembali membahas masalah itu dengan Elvina. Ia bertanya apakah mamanya tahu. Tetapi, ternyata almarhum papanya memang belum membahas hal itu kepada Elvina apalagi sampai menyinggung masalah perjodohan. Elvina sendiri belum memutuskan apapun atau memberi jawaban kepada Haidar dan Frida. Karena hal itu menyangkut Neira, ia pun menyerahkan segala keputusan kepada putrinya. Karena hal itu kini Neira menjadi dilema. Tentu saja pernikahan tidak pernah terlintas di dalam pikiran Neira untuk saat ini. Ia masih berusia tujuh belas tahun, masih sekolah, masih belum kuliah, atau merasakan rasanya bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Jika ditanya apakah ia ingin menikah, sudah pasti jawabannya adalah ingin. Tapi, belum untuk saat ini. Jika saja ingin menuruti egonya, Neira pasti sudah meno
Pelita Husada hanya memberlakukan jam pelajaran hingga pukul satu siang dan bel pulang akan otomatis berbunyi jika sudah tiba waktunya. Sekolah sudah bubar sejak sepuluh menit yang lalu, tetapi Neira masih berada di perpustakaan untuk mengembalikan buku yang dipinjamnya tiga hari lalu. Seharusnya proses pengembalian buku itu tidak memakan cukup banyak waktu jika saja Mbak Anggun, penjaga perpustakaan itu tidak mengajukan banyak pertanyaan seolah sedang mengintrogasi Neira. "Benar yah, Nei. Kamu tidak punya hubungan apa-apa sama Atlan. Ini karena kamu langganan perpus makanya Mbak percaya," ujar Mbak Anggun mengajukan pertanyaan yang sama sejak tadi. Sejak pertanyaan itu diajukan, jawaban Neira tidak pernah berubah. "Iya Mbak Anggun, aku sama Atlan cuma teman. Waktu itu kami disuruh kerjain sesuatu, makanya pergi bersama." Neira harus sedikit berbohong demi kebaikannya. Ia juga berharap bisa pergi dari perpustakaan sesegera mungkin. "Mbak, aku sudah bo
Tidur dalam kondisi setelah menangis memang bisa menenangkan pikiran, namun juga bisa membuat kepala menjadi pusing. Melihat bagaimana seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya membuktikan bahwa Neira ketiduran.Neira bangun untuk melihat jam dan mendapati waktu menunjukkan pukul lima sore. Artinya ia melewatkan jam makan siang yang membuat perutnya kini berbunyi.Di atas nakas terdapat segelas susu yang kondisinya sudah dingin. Meski begitu, Neira tetap menghabiskannya lalu membawa gelas kosong itu ke dapur.Di bawah, Neira tidak mendapati Elvina dan Yasmin di manapun. Saat masuk ke dapur kondisi ruangan itu kosong, di ruang keluarga juga sepi. Neira beranjak naik untuk mengecek kamar Yasmin namun hanya penyejuk ruangan yang menyambutnya. Karena khawatir, Neira masuk ke kamarnya untuk mengambil ponsel lalu menghubungi Elvina.Panggilan itu terhubung, tetapi Elvina belum menjawab. Neira mencoba sekali lagi, dan bisa bernapas lega ketika mamanya menja
Sesibuk apapun Haidar dan Frida dalam mengurusi bisnis, mereka akan selalu meluangkan waktu untuk keluarga. Seperti ketika sedang di rumah, mereka tidak akan melewatkan momen makan malam bersama Atlan.Beberapa waktu lalu Haidar dan Frida melakukan perjalanan bisnis ke Australia selama beberapa Minggu. Setelah kembali ke Indonesia mereka lagi-lagi harus mengurus beberapa hal di Jakarta Pusat, di mana perusahaan mereka berada. Sehingga ketika mereka pergi, Atlan hanya seorang diri di rumah.Haidar dan Frida mempekerjakan banyak asisten di rumah mereka. Ada yang bertugas untuk membersihkan rumah, untuk memasak, untuk mengurus kebun, ataupun menjaga rumah agar tetap aman. Tetapi tidak ada yang digaji untuk duduk menemani Atlan makan, meski diminta batas mereka hanya sekedar berdiri di samping menunggui majikannya selesai.Setelah beberapa hari kemarin ruang makan di kediaman Prayoga sepi, kini dengan kehadiran Haidar dan Frida mengembalikan suasana hangat keluarga
Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam, dan Neira sudah merasa sangat mengantuk. Selain itu, ia juga merasakan lelah usai berolahraga di sekolah.Neira sudah mempersiapkan diri untuk tidur. Lampu utama di kamarnya telah dimatikan menyisakan lampu tidur di atas nakas. Ia juga sudah menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya. Di saat matanya mulai terpejam, tiba-tiba suara dering ponsel membuat Neira kembali terjaga.Mau tidak mau Neira kembali bangun untuk mencari benda itu lalu menemukannya di atas nakas. Ponselnya sudah berhenti berbunyi meninggalkan satu panggilan tidak terjawab dari Atlan. Sejak mereka bertukar kontak beberapa hari yang lalu, ini adalah kali pertama Atlan menghubunginya.Ponsel itu berbunyi beberapa saat kemudian. Atlan kembali menelepon dan Neira segera menjawab."Halo.""Ini gue," balas Atlan di seberang telepon."Ada apa?" tanya Neira. Ia sudah menguap beberapa kali sejak menjawab panggilan Atlan."Lo
Seperti kebanyakan sekolah pada umumnya, Pelita Husada juga menerapkan jam masuk pukul setengah delapan. Tapi, tidak semua guru bisa on time. Terkadang ada saja diantara mereka yang terlambat memasuki kelas sehingga pelajaran menjadi tertunda. Atau kalau tidak bisa masuk mengajar, para guru akan menitipkan tugas untuk dikerjakan agar kelas itu tidak ribut dan mengganggu aktivitas belajar di kelas lain. Di lima menit waktu yang tersisa sebelum bel masuk berbunyi, Neira memutuskan menunggu sambil memejamkan mata. Ia ingin merefresh pikirannya sebelum mulai menerima pelajaran di pagi hari ini. Mata Neira baru terpejam beberapa detik, namun sudah ada yang mengganggunya. Pelakunya tidak lain adalah Wawa yang memanggil Neira dengan suara nyaringnya sampai gadis itu kembali membuka mata. Neira mendapati Wawa memasuki kelas dengan terburu-buru. Bahkan tas yang seharusnya disampirkan ke punggung justru hanya ditenteng di tangannya. "Ya ampun, Nei. Jant
Setelah Atlan dan Neira memutuskan untuk menerima perjodohan mereka, keduanya langsung memberitahukan orangtua masing-masing. Kedua keluarga itupun sepakat untuk bertemu guna membicarakan rencana tersebut lebih lanjut.Jika sebelumnya keluarga Elvina yang datang menemui keluarga Prayoga, kini giliran Haidar, Frida, dan Atlan yang berkunjung ke rumah Elvina. Mereka sengaja diminta datang pada waktu makan siang agar bisa launch bersama.Ketiganya disambut hangat dan dijamu makanan yang dimasak langsung oleh Elvina dengan sedikit campur tangan Neira.Meski tidak begitu pandai memasak, tetapi melihat mamanya yang kerepotan, tentu Neira tidak akan diam saja menyaksikan. Syukurlah, masakan Elvina tidak hancur karena perbuatannya.Usai makan siang, mereka kembali dijamu makanan penutup di ruang tamu yang kali ini dibuat khusus oleh Neira."Aduh, Neira. Kamu tidak perlu repot-repot seperti itu. Jamuan makan siang tadi sudah cukup membuat kami kekenyangan,"