Share

Part 4 Jual Mahal

last update Huling Na-update: 2023-11-13 22:39:02

"Menikah?" ulang Cassandra tidak percaya.

Andrian langsung mengangguk tegas. "Iya, kita menikah minggu depan!" jawabnya lagi.

Cassandra memalingkan pandangan dari Andrian. Menikah? Dia terus mengulang kata itu di hatinya. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria sombong ini? Lagi pula, mereka tidak mengenal satu sama lain.

Belum lagi, perbedaan status yang sangat jauh membuat Cassandra insecure. Meskipun pernikahan ini hanya kontrak, tetapi Cassandra akan berada di sisi Andrian dan berperan sebagai istri laki-laki itu.

Tanpa sadar, Cassandra menggeleng pelan. Hal itu tidak lepas dari perhatian Andrian yang sejak tadi menatapnya.

"Kamu menolaknya?" tebak Andrian. "Hh, kamu tidak bisa menolak begitu saja, Cassandra! Kamu sudah telanjur memasuki keluarga saya. Maka dari itu, kamu harus mau menuruti apa kata saya. Bukankah itu lebih baik, daripada kamu menjadi budak nafsu bandit itu, hm?" lanjutnya terus mengejek.

Cassandra tersenyum kecut. Memang benar, dia sekarang terlepas dari mafia yang akan membelinya itu. Namun, bertemu Andrian ternyata tidak merubah nasibnya menjadi lebih baik. Bahkan, Cassandra mengibaratkan lepas dari mulut singa masuk ke mulut buaya. Sangat miris!

"Saya, tidak bisa, Tuan. Kita tidak saling mengenal. Kita ..."

"Apa kamu pikir, saya akan menikahimu sungguh-sungguh?" Andrian tersenyum sinis. "Dengar, Cassandra! Kita memang menikah di altar. Nama kita juga tercatat dalam dokumen negara, tapi itu hanya status supaya Kakek berhenti menyuruhku menikah. Kamu jangan takut meskipun kita menikah, saya tidak tertarik menyentuhmu! Di luar sana, banyak perempuan yang bisa kubayar mahal untuk memuaskanku. Kamu? Kupikir seleramu juga tidak setinggi selera saya!" lanjutnya sangat menyakitkan.

Cassandra mendorong pelan dada Andrian supaya lepas dari laki-laki angkuh itu. Namun, Andrian justru memeluknya. Dia menempelkan wajah Cassandra ke dadanya. Dengan begitu, para tamu undangan pasti mengira, kalau mereka adalah pasangan paling romantis.

Di dada Andrian, Cassandra menangis lirih. Dia bisa merasakan detak jantung Andrian bertalu lebih cepat. Cassandra mengusap kedua belah pipinya yang basah.

"Hei, kenapa kamu menangis?" Andrian menatap Cassandra tanpa merasa bersalah sedikit pun. "Jangan menangis di sini. Itu sangat memalukan!" ucapnya lagi tidak kalah menyakitkan.

"Biarkan saya pergi dari sini, Tuan. Saya memang miskin. Tapi saya tidak pernah mengemis. Anda terlalu banyak bicara yang menyakiti perasaan saya. Katakan pada saya, apa orang kaya seperti Anda hanya akan memuja uang dan berbicara seenaknya?" balas Cassandra dengan suara serak. Dia mendongak, menantang manik biru laki-laki itu. "Saya tidak pernah bermimpi menjadi bagian dari keluarga Anda. Saya lebih baik bekerja sebagai pelayan di sini, daripada terus dihina. Baiklah, lepaskan saya! Biarkan saya berbicara jujur pada Tuan Gennaro tentang hubungan kita!"

Cassandra tidak tahan lagi. Dia mendorong sedikit kasar dada Andrian sehingga pelukan laki-laki itu terlepas. Cassandra hendak meninggalkan laki-laki angkuh itu, tetapi dengan cepat, Andrian menyambar lengannya.

"Jangan coba-coba mengatakan apa pun pada Kakek! Atau kamu kuserahkan pada mafia itu, Cassandra. Cukup turuti apa kata saya, maka hidupmu akan aman, dan orang tuamu mendapatkan uang yang banyak dari saya!" ancam Andrian enteng.

Cassandra termangu. Gadis itu benar-benar tidak punya pilihan lain. Dia menyadari jika memaksa pergi, mafia itu tentu akan mengejarnya ke ujung bumi sekalipun.

Namun, jika dia berada di sini, Andrian dan Gennaro sudah menjamin keselamatannya. Ya, meskipun harus mendengar ucapan menyakitkan setiap hari.

"Saya pikirkan dulu, Tuan." Akhirnya, Cassandra menjawab lirih.

Hal itu justru memancing kekehan mengejek dari Andrian. "Hm, jual mahal juga kamu Cassandra. Bukankah saya sudah katakan, kalau pernikahan ini menguntungkanmu dari segi mana pun?" ucapnya.

Cassandra memejamkan mata sejenak, kemudian mengangguk samar. "Anda benar, saya memang jual mahal. Mungkin lebih mahal, daripada perempuan yang bisa Anda bayar!" jawabnya kemudian meninggalkan pesta yang penuh kemunafikan itu.

Andrian melongo sejenak. Laki-laki tampan itu melirik sekeliling, lalu mengepalkan telapak tangannya dengan erat di sisi tubuh. Selama ini tidak ada perempuan yang berani membalas ucapannya. Apalagi gadis miskin yang hanya memiliki kelebihan cantik dan tubuh molek seperti Cassandra.

Tatapan Andrian berubah tajam dengan rahang mengeras menahan geram, ketika melihat Cassandra kembali memakai apron. Dengan cepat, Andrian mendekat dan menarik tangan Cassandra menuju lantai atas, menjauhi meriahnya pesta.

"Lepaskan saya, Tuan! Saya bisa jalan sendiri tanpa Anda seret!" protes Cassandra sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Andrian.

Andrian tidak peduli. Pergelangan tangan kurus itu dia cengkeram dengan erat, seolah ingin mematahkannya. Andrian membawa Cassandra ke kamarnya yang besar, lalu mendorong tubuh gadis itu sehingga terjerembab ke atas tempat tidur.

Cassandra beringsut ketakutan, ketika melihat Andrian melepas jasnya dan melemparkan ke sembarang arah. Setelah itu, Andrian segera naik ke atas tempat tidur berukuran king size itu dan mengungkung tubuh Cassandra.

"Ah, lepaskan saya, Tuan! Jika tidak, saya akan berteriak supaya semua penghuni villa ini tahu ulah Anda!" ancam Cassandra.

Andrian tersenyum miring sekilas. Laki-laki itu melirik ke arah pintu yang sedikit terbuka. "Coba saja kalau berani. Saya akan berbuat nekad, Cassandra. Ini harga yang pantas karena kamu telah berani membantah ucapan saya," geramnya.

Cassandra melirik atas nakas. Dia hendak mengambil vas bunga di sana. Namun, dengan sigap Andrian menangkap tangan gadis itu dan menyatukan di atas kepala.

"Tuhan, tolong aku ..." Cassandra mulai menangis lirih.

Andrian terkekeh dan mendekatkan wajahnya pada Cassandra. "Tenang, Amore! Sekarang atau nanti, kita pasti akan melakukannya. Bukankah sebentar lagi kita akan menikah? Apa kamu lupa dengan apa yang kita bicarakan mengenai anak-anak yang lucu, hm?" ucap Andrian kemudian mulai mencium kening Cassandra dan selanjutnya turun ke bibir gadis itu.

Cassandra benar-benar ketakutan ketika Andrian mulai melepaskan kancing gaun bagian atasnya. Dalam hati Andrian menyeringai puas karena setelah ini, Cassandra tidak akan berani macam-macam lagi.

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Ekstra Part 2

    Kekesalan Cassandra berlanjut sampai malam. Meskipun Andrian sudah merayunya, tetapi Cassandra tidak peduli. Dia menatap tak minat pada beberapa paper bag berisi baju-baju couple, tas, dan sepatu baru. "Siapa yang akan menikah, Andrian? Dokter Ariana Federica itu selingkuhanmu juga? Awas, kalau sampai benar, kamu akan aku usir dari Italia. Aku ingin lihat, kamu pergi tanpa uang sepeser pun." Alis Andrian naik sebelah. "Aku yakin kamu tidak serius. Sudahlah, daripada berdebat, lebih baik kita ..." "Dalam mimpi!" Cassandra justru menarik selimut dan membungkus tubuh seperti kepompong. Andrian tidak tinggal diam. Dia ikut menyelusup dalam selimut itu dan memeluk erat tubuh Cassandra dari belakang. Terdengar hembusan napas kesal berkali-kali dari bibir Cassandra. "Dokter Ariana akan menikah tiga hari lagi di Gereja Santa Margherita." Andrian memainkan rambut Cassandra. Seketika, Cassandra membalikkan badan menatap dalam manik kebiruan Andrian. Kening wanita itu mengernyit. Berusaha

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Ekstra Part 1

    Kehangatan kembali mewarnai rumah tangga Andrian dan Cassandra. Kebahagiaan mereka semakin lengkap, semenjak kelahiran si bungsu Antonio Cesare Petruzzelli. Hari ini, Cassandra mengajak ketiga anaknya ke kantor La Stampa. Dia ingin memberi kejutan ulang tahun untuk Andrian yang ke-30. Cassandra tersenyum pada Emillia dan Davidde yang turun lebih dahulu dari mobil, dibantu sopir. Lantas, Cassandra menurunkan Cesare dan membaringkan bayi berusia tujuh bulan itu di dalam stroller. Kedatangan istri bosnya, disambut antusias oleh sahabat-sahabat Cassandra. Angelica tampak bersemangat menggendong Davidde. Bocah berusia hampir tiga tahun itu sesekali berceloteh lucu ala bahasanya sendiri. Lusiana memeluk Cassandra, menumpahkan rindu. Mereka terakhir bertemu dua bulan lalu, ketika Andrian dan Cassandra menjalani pemberkatan pernikahan ketiga, setelah pembaptisan Cesare. “Nyonya Bos, kamu semakin cantik saja!” Angelica ikut bahagia melihat wajah segar Cassandra yang tanpa beban. Dia juga ta

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 65 Kembali Bersatu

    Andrian menggenggam jemari tangan Cassandra di atas makam Antonio. Sebelah tangannya mengusap batu nisan Antonio. Ada rasa sedih mendalam kehilangan sosok sahabat meskipun sempat menjadi saingannya. "Aku datang untuk meminta kembali Cassandra. Aku yakin, kamu setuju. Aku janji akan menjaganya dengan nyawaku. Damailah di sana, Antonio. Terima kasih sudah menjaga mereka dengan baik." Andrian tersenyum samar, kemudian menatap Cassandra yang duduk di seberangnya. "Ayo, kita pulang!" ajak Cassandra. Cassandra tidak ingin terus bersedih karena kehilangan Antonio. Dia harus bisa menghargai perasaan Andrian, setelah berani berdamai dan memutuskan menerima kembali laki-laki itu. Andrian mengangguk menuruti permintaan Cassandra. Tangannya tidak lepas dari jemari Cassandra hingga memasuki mobil. Sejenak, keduanya terdiam di dalam mobil dengan pandangan sama-sama tertuju pada makam Antonio di sana. "Aku tahu kamu sedih dengan kepergian Antonio. Aku juga sedih. Tapi hidup harus tetap berjalan

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 64 Saling Memaafkan

    "Cassandra, hentikan!" Angelica segera berdiri di samping Andrian. Andrian mengerang kesakitan. Luka bekas operasi yang masih basah itu, terasa sangat nyeri. Cassandra termangu melihat Andrian kesakitan sambil memegangi dadanya. Karena emosi membuat Cassandra bertindak di luar kendali. "Kenapa berhenti? Lakukanlah, Amore!" ucap Andrian pasrah. Tatapannya nanar pada Cassandra. Tidak ada kemarahan sedikit pun di sana. Bella segera memeluk Cassandra. Mencegah wanita itu berbuat yang lebih brutal. Bella maklum, kondisi Cassandra benar-benar jatuh sehingga bisa saja bertindak seperti itu. Angelica segera memanggil perawat. Tidak lama kemudian, seorang perawat memasuki ruangan. "Kenapa luka Anda bisa mengeluarkan darah?" tanya perawat sembari melepas perban di dada Andrian. Andrian menggeleng pelan. "Maaf, saya tidak sengaja menyenggol perbannya!" jawabnya berbohong. Mata Andrian terpejam sambil menggigit bibir menahan sakit. Sedangkan Cassandra tampak ketakutan di dekat Bella. Wajah

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 63 Kembali Terluka

    "Lepaskan saya, Bunda! Saya harus ikut mereka!" Cassandra kembali memberontak. Cassandra meringis sambil memegangi perutnya yang tiba-tiba kram. Bella segera memanggil sopir untuk membawa Cassandra ke rumah sakit. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan USG, Cassandra dibawa ke ruang perawatan. Dia masih menangis. Tidak menyangka, hari bahagianya berubah kelam. Cassandra juga belum tahu nasib Andrian dan Antonio di ruang operasi.... Bella yang mendorong kursi roda, tiba-tiba menghentikan langkah. Terdengar suara seseorang sedang berbicara di telepon. Setelah menyadari sesuatu, Cassandra mendongak menatap Bella. Air mata kembali menetes membasahi pipi Cassandra, mendengar suara yang dikenalnya itu. Bella hendak kembali mendorong kursi roda, tetapi Cassandra mencegahnya. "Tunggu sebentar, Bella! Tolong antar aku ke pengawal itu!" Bella tampak ragu, tetapi Cassandra terus memaksa. Pada akhirnya, Bella menurut. Dia mendekati pengawal yang berdiri di lorong dekat ruang operasi. "

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 62 Takut Kehilangan

    Mendengar jawaban Cassandra, Antonio hanya bisa mengangguk. Meskipun dia tahu, Cassandra tidak melihatnya. Cassandra kembali meneruskan langkah. Di ruang bawah tampak sepi, mungkin anak-anak sedang bersama Nanny. Cassandra juga tidak melihat keberadaan Andrian dan mobilnya. Tiba-tiba ada perasaan aneh menghinggapi Cassandra. Dia memaki dirinya sendiri yang terlalu munafik. Kepergian Andrian membuatnya merasa kehilangan. "Aku pulang dulu. Kamu segera istirahat. Hati-hati naik turun tangga!" ucap Antonio begitu mereka sampai di lantai bawah. Cassandra mendongak menatap manik Antonio lalu mengangguk samar. Antonio tersenyum, kemudian mencium bibir Cassandra sekilas, sebelum berlalu dari hadapan kekasihnya itu. "Ciao Amore. Hati-hati di jalan!'' Cassandra mengikuti langkah Antonio sampai di depan pintu. Antonio tersenyum, sebelum memasuki mobil. Segera, BMW X6 warna hitam itu pun meninggalkan car port rumah Andrian. Sesampainya di luar pagar, Antonio sedikit menurunkan kaca jendela.

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status