Share

Part 5 Pilihan Hidup

last update Dernière mise à jour: 2023-11-14 12:19:25

"Ja-jangan, Tuan, tolong lepaskan saya!" Cassandra mulai menangis ketakutan.

Di atasnya, Andrian kembali tersenyum miring. Bahkan laki-laki itu membuka beberapa kancing bagian atas kemejanya. Cassandra memalingkan wajah, ketika melihat dada bidang dengan bulu tipis itu menyembul dari celah kancing yang terbuka.

"Buka matamu, Amore!" Tangan Andrian mulai menggerayangi tubuh bagian atas Cassandra.

Dalam hati Cassandra menjerit, berharap Tuhan mengirimkan seseorang yang menolongnya. Namun, siapa? Andrian adalah sang pemilik villa. Dia memiliki kuasa atas semua di villa besar ini.

Melihat Cassandra menangis, Andrian terkekeh pelan. Dia melirik ke arah pintu yang mengayun menutup dari luar. Andrian mengedipkan sebelah mata pada seseorang yang sejak tadi berdiri di depan pintu, memperhatikan perbuatannya.

"Buka matamu, Cassandra! Gara-gara kamu menangis, saya masih punya rasa kemanusiaan. Ayo, kita turun! Tamu-tamu waktunya berpamitan!" ucap Andrian tegas kemudian bangkit dari atas tubuh Cassandra.

Dalam hati Cassandra bersorak bahagia. Dia bersyukur meskipun bekerja dalam kubangan dosa, setidaknya Tuhan masih mendengar doanya. Cassandra bergegas bangkit, sambil merapikan kembali gaun yang berantakan akibat ulah tangan munafik Andrian.

Di sisi tempat tidur, Andrian menjambak kasar rambutnya sendiri. Meskipun dalam hati Andrian telah terlontar ribuan sumpah. Dia tidak mungkin tertarik dengan Cassandra, toh apa yang dilakukan tadi bertentangan dengan egonya.

Tidak bisa disangkal. Tubuh molek Cassandra, wangi tubuh gadis sederhana itu, dan bibir ranum Cassandra mampu membangkitkan gairah kelelakian Andrian. Bahkan jika boleh jujur, Cassandra berbeda dengan para gadis yang pernah menghabiskan malam bersamanya.

"Aarrgh sialan!" umpat Andrian sambil meninju sisi kasur.

Cassandra yang sudah mencapai pintu, membalikkan badan menatap sekilas Andrian. "Tuan memaki saya?" tanyanya polos.

Andrian melirik Cassandra sekilas. "Bukan urusanmu! Awas kalau kamu membuat ulah pakai apron lagi! Jangan bikin malu saya!" sahutnya dari posisi semula.

Sesampai di lantai bawah, semua tamu undangan menatap Cassandra sambil senyum-senyum menggoda. Kening Cassandra mengernyit, lalu menunduk memindai penampilannya sendiri. Gadis itu kebingungan dengan sikap orang-orang itu.

"Eh!" Cassandra tersentak, dan segera menoleh. Tiba-tiba Andrian memeluknya dari belakang dan mencuri ciuman di sudut bibir gadis itu.

Seketika, semua tamu undangan bertepuk tangan. Senyum Kakek Gennaro mengembang lebar. Laki-laki itu mendekat dan memberikan kotak perhiasan pada Andrian.

"Sebenarnya Kakek ingin memanggilmu untuk memakaikan ini pada calon istrimu, Andrian. Tetapi Kakek tidak tega mengganggu keromantisan kalian!" ucap Gennaro sambil tersenyum menggoda.

Kerutan di kening Cassandra semakin dalam mendengar ucapan Gennaro. Dia melirik pada Andrian yang masih bersikap tenang sambil tersenyum padanya.

"Ah, Kakek. Tidak seharusnya Kakek melihatnya. Memalukan!" Andrian pura-pura tersipu.

Gennaro terkekeh pelan. "Ayolah, cucuku. Kakek pernah muda dan pernah merasakan mabuk cinta sepertimu. Kakek tidak sengaja melihat adegan kalian tadi. Maafkan Kakek yang sudah lancang. Kalau begitu, tunggu apa lagi, Andrian, Cassandra? Jangan sampai calon istrimu ini hamil duluan, Kakek tidak suka!" kelakarnya.

Cassandra melongo. Kedua matanya mendelik mendengar ucapan tanpa jeda Gennaro. Sekarang dia baru menyadari, penyebab semua tatapan mata dan senyuman mereka karena ulah Andrian tadi yang sengaja menjebaknya.

"Tu-Tuan, mm-maks--"

"Ssst, tidak pantas kamu memanggil Kakek dengan sebutan itu, Amore!" sela Andrian yang disetujui oleh Gennaro.

Gennaro segera meminta Andrian memasang cincin berlian peninggalan almarhum Isabella ke jari manis Cassandra. Gadis itu termangu dengan hati terasa sakit. Menjadi orang miskin sama sekali tidak enak. Orang-orang kaya seperti Andrian dan Gennaro bisa memperlakukannya sesuai keinginan mereka. Sekali lagi, Cassandra hanya bisa pasrah.

Cassandra menatap nanar cincin berlian itu. Dia semakin merasa tidak pantas memakai itu meskipun hanya sebatas sandiwara.

"Cincin ini peninggalan Anna, istri Kakek. Terus diturunkan pada Isabella, mamanya Andrian. Selanjutnya, nanti anak kalian yang memakainya atau menantu kalian. Ini cincin turun temurun. Dibuat oleh pengrajin berlian pada zamannya. Kamu semakin cantik dengan cincin itu, Cassandra!"

Andrian tersenyum lalu mencium jemari tangan Cassandra. Namun, Cassandra benar-benar tidak nyaman. Susah payah Cassandra menyembunyikan rasa tidak nyaman itu di depan Kakek Gennaro. Dia hendak menarik tangannya, tetapi Andrian justru menggenggamnya lebih kencang.

"Ingat sandiwara kita, Cassandra!" desis Andrian lalu mencium bibir Cassandra. "Ikuti kemauan saya!" perintahnya lagi, tanpa peduli perasaan Cassandra.

Kali ini tidak lagi ciuman sekilas, tetapi ciuman lembut dan disaksikan semua undangan. Andrian menahan tengkuk gadis di depannya itu dengan erat supaya ciuman mereka tidak terlepas.

Wajah Cassandra memerah menahan malu, ketika para undangan bertepuk tangan. Dia menatap tidak suka pada Andrian. Namun, lelaki itu justru tersenyum seolah tidak pernah terjadi apa pun.

Cassandra menahan diri sampai pesta benar-benar selesai. Gadis itu bergegas ke kamar hendak mengganti baju. Dia bermaksud membantu para pelayan membereskan semua bekas pesta.

Namun, Andrian sudah berdiri di depan pintu kamar, dengan tatapan tajam seolah ingin menelan Cassandra. "Saya sudah bilang padamu, lupakan apron itu!" sentaknya. "Mari ikuti saya!" titah Andrian lagi.

Andrian kembali membawa Cassandra ke lantai atas. Dia berdiri di depan gadis yang menunduk itu sambil berkacak pinggang. Andrian gregeten dengan pembangkangan Cassandra.

"Saya sudah katakan padamu! Jangan memakai apron atau bekerja di dapur! Ingat, tugasmu itu sebagai calon istri saya. Jadi, kamu hanya khusus melayani saya, Cassandra! Paham?"

"Apa lagi yang Anda inginkan, Tuan?" tanya Cassandra putus asa.

Andrian mengusap kasar wajahnya, sambil mendengus lirih. "Pertama, kalau di depan orang lain, berhenti memanggil saya, 'Tuan'! Kedua, jangan memakai pakaian pembantu lagi. Ketiga, berlakulah seperti calon istri saya. Tetapi, jika saya bersama gadis-gadis lain, kamu tidak boleh berada di sekitar saya. Kamu harus tutup mulut dan tidak mengatakan apa pun pada Kakek! Paham?"

Cassandra mengangguk lemah. Sekali lagi inilah pilihan hidup yang dipilihkan Andrian. Dia tidak punya kuasa untuk menolak atau hidupnya tidak tenang di luar sana.

"Minggu depan kita menikah!" lanjut Andrian kemudian meninggalkan Cassandra yang masih mematung.

"I-iya, Tuan," jawab Cassandra pasrah.

****

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Ekstra Part 2

    Kekesalan Cassandra berlanjut sampai malam. Meskipun Andrian sudah merayunya, tetapi Cassandra tidak peduli. Dia menatap tak minat pada beberapa paper bag berisi baju-baju couple, tas, dan sepatu baru. "Siapa yang akan menikah, Andrian? Dokter Ariana Federica itu selingkuhanmu juga? Awas, kalau sampai benar, kamu akan aku usir dari Italia. Aku ingin lihat, kamu pergi tanpa uang sepeser pun."Alis Andrian naik sebelah. "Aku yakin kamu tidak serius. Sudahlah, daripada berdebat, lebih baik kita ...""Dalam mimpi!" Cassandra justru menarik selimut dan membungkus tubuh seperti kepompong.Andrian tidak tinggal diam. Dia ikut menyelusup dalam selimut itu dan memeluk erat tubuh Cassandra dari belakang. Terdengar hembusan napas kesal berkali-kali dari bibir Cassandra."Dokter Ariana akan menikah tiga hari lagi di Gereja Santa Margherita." Andrian memainkan rambut Cassandra.Seketika, Cassandra membalikkan badan menatap dalam manik kebiruan Andrian. Kening wanita itu mengernyit. Berusaha mengi

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Ekstra Part 1

    Kehangatan kembali mewarnai rumah tangga Andrian dan Cassandra. Kebahagiaan mereka semakin lengkap, semenjak kelahiran si bungsu Antonio Cesare Petruzzelli. Hari ini, Cassandra mengajak ketiga anaknya ke kantor La Stampa. Dia ingin memberi kejutan ulang tahun untuk Andrian yang ke-30. Cassandra tersenyum pada Emillia dan Davidde yang turun lebih dahulu dari mobil, dibantu sopir. Lantas, Cassandra menurunkan Cesare dan membaringkan bayi berusia tujuh bulan itu di dalam stroller. Kedatangan istri bosnya, disambut antusias oleh sahabat-sahabat Cassandra. Angelica tampak bersemangat menggendong Davidde. Bocah berusia 2,5 tahun itu sesekali berceloteh lucu ala bahasanya sendiri. Lusiana memeluk Cassandra, menumpahkan rindu. Mereka terakhir bertemu dua bulan lalu, ketika Andrian dan Cassandra menjalani pemberkatan pernikahan ketiga, setelah pembaptisan Cesare. “Nyonya Bos, kamu semakin cantik saja!” Angelica ikut bahagia melihat wajah segar Cassandra yang tanpa beban. Dia juga tahu, And

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 65 Kembali Bersatu

    Andrian menggenggam jemari tangan Cassandra di atas makam Antonio. Sebelah tangannya mengusap batu nisan Antonio. Ada rasa sedih mendalam kehilangan sosok sahabat meskipun sempat menjadi saingannya. "Aku datang padamu untuk meminta kembali Cassandra. Aku yakin, kamu tidak mungkin marah padaku. Aku janji akan menjaganya dengan nyawaku. Damailah di sana, Antonio. Terima kasih sudah menjaga mereka dengan baik." Andrian tersenyum samar, kemudian menatap Cassandra yang duduk di seberangnya. "Ayo, kita pulang!" ajak Cassandra. Cassandra tidak ingin terus menerus bersedih karena kehilangan Antonio. Dia harus bisa menghargai perasaan Andrian, setelah berani berdamai dan memutuskan menerima kembali laki-laki itu. Andrian mengangguk menuruti permintaan Cassandra. Tangannya tidak lepas dari jemari tangan Cassandra hingga memasuki mobil. Sejenak, keduanya terdiam di dalam mobil dengan pandangan sama-sama tertuju pada makam Antonio di sana. "Aku tahu kamu sedih dengan kepergian Antonio. Aku j

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 64 Saling Memaafkan

    Andrian mengerang kesakitan. Luka bekas operasi yang masih basah itu, terasa sangat nyeri. Rupanya, Cassandra mendorong dengan kuat, tepat di perban itu. Cassandra termangu melihat Andrian kesakitan sambil memegangi dadanya. "Kenapa berhenti? Lakukanlah, Amore!" pinta Andrian pasrah. Tatapannya nanar pada Cassandra. Tidak ada kemarahan sedikit pun di sana. Bella segera mendekati Cassandra. Mencegah wanita itu berbuat yang lebih brutal. Bella maklum, kondisi Cassandra benar-benar jatuh sehingga bisa saja bertindak di luar kendali. Angelica sigap memanggil perawat. Tidak lama kemudian, seorang perawat memasuki ruang perawatan Andrian. "Kenapa luka Anda bisa mengeluarkan darah?" tanya perawat sembari melepas perban di dada Andrian. Andrian menggeleng pelan. "Maaf, saya tidak sengaja menyenggol perbannya!" jawabnya berbohong. Mata Andrian terpejam sambil menggigit bibir menahan sakit. Sedangkan Cassandra tampak ketakutan di dekat Bella. Wajahnya pucat penuh sesal. Darah mere

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 63 Kembali Terluka

    "Lepaskan saya, Bunda! Saya harus ikut mereka!" Cassandra kembali memberontak. Di antara isak tangis, Cassandra meringis menahan kram di perutnya. Wanita itu memegangi perut yang terasa tidak nyaman. Bella dan Bunda Stefania segera memanggil sopir untuk membawa Cassandra ke rumah sakit. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan USG, Cassandra dibawa ke ruang perawatan. Dia masih menangis. Tidak menyangka, hari bahagianya berubah kelam. Cassandra juga belum tahu nasib Andrian dan Antonio di ruang operasi. Bella yang mendorong kursi roda, tiba-tiba menghentikan langkah. Terdengar suara seseorang sedang berbicara di telepon. Setelah menyadari sesuatu, Cassandra mendongak menatap Bella. Air mata kembali menetes membasahi pipi Cassandra, mendengar suara yang dikenalnya itu. Bella hendak kembali mendorong kursi roda, tetapi Cassandra mencegahnya. "Tunggu sebentar, Bella! Tolong antar aku ke tempat pengawal itu!" Bella tampak ragu, tetapi Cassandra terus memaksa. Tidak ada pilihan lai

  • KONTRAK PANAS DENGAN CEO DINGIN    Part 62 Takut Kehilangan

    Mendengar jawaban Cassandra, Antonio hanya bisa mengangguk. Meskipun dia tahu, wanita itu tidak melihatnya. Cassandra kembali meneruskan langkah. Di ruang bawah tampak sepi, mungkin anak-anak sedang dimandikan oleh Nanny. Cassandra juga tidak melihat keberadaan Andrian dan mobil laki-laki itu. Tiba-tiba ada perasaan aneh menghinggapi Cassandra. Dia memaki diri sendiri yang terlalu munafik karena kepergian Andrian membuatnya merasa kehilangan. "Aku pulang dulu. Kamu juga segera kembali ke atas. Hati-hati naik turun tangga!" ucap Antonio begitu mereka sampai di lantai bawah. Cassandra mendongak menatap manik Antonio lalu mengangguk samar. Antonio tersenyum, kemudian mencium bibir Cassandra sekilas, sebelum memutuskan berlalu dari hadapan kekasihnya itu. "Ciao Amore. Hati-hati di jalan!'' ucap Cassandra mengikuti langkah Antonio sampai di depan pintu. Antonio tersenyum, sebelum memasuki mobil. Segera, Alfa Romeo Quadrifoglio itu pun meninggalkan car port rumah megah Andrian. Sesampai

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status