/ Fantasi / KSATRIA API PHOENIX / Bab 2: Kelahiran Kembali

공유

Bab 2: Kelahiran Kembali

작가: Kawanlama
last update 최신 업데이트: 2023-03-17 16:06:43

Pagi itu di desa kecil yang terletak di lereng gunung Moonlight, kabut lembut menyelimuti pepohonan. Udara segar membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru disiram embun. Di sebuah gubuk sederhana dengan atap jerami, terdengar tangisan bayi yang baru lahir—suara penuh harapan dan awal dari kehidupan yang baru.

Nama Ezio Osborn diberikan kepada bayi itu, oleh kedua orang tuanya yang sederhana tapi penuh cinta. Namun, yang membedakan Ezio dari bayi biasa adalah kedua matanya yang berkilau aneh—tidak seperti warna cokelat gelap penduduk desa, tapi menyinari seperti bara api kecil yang menari mengikuti irama nafasnya.

Penduduk desa yang berkunjung ke rumah Ezio tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mata bayi itu. Beberapa bisik-bisik tanpa suara menyebar, menyatakan anehnya bayi itu, pertanda sesuatu yang besar akan terjadi. Namun, bagi orang tua Ezio, mereka hanya melihat anak mereka sebagai anugerah terindah, tanpa tahu bahwa kekuatan besar telah mendarah daging dalam jiwa mungilnya.

Phoenix, dalam diamnya, mengamati dari langit jauh, api abadi yang tak pernah padam. Ia tahu waktu telah tiba untuk babak baru dimulai.

Sehari demi hari, Ezio tumbuh dalam suasana tenang dan damai, meski aura misterius menyelimutinya seperti pelindung yang tak terlihat. Terkadang, tanpa disadari oleh orang dewasa di sekitarnya, tangan kecil Ezio mengeluarkan sinar merah tipis yang mampu menghangatkan bunga beku atau menyembuhkan luka kecil yang ia temui di jalan desa.

Namun, kekuatan itu masih samar dan terkadang membuat Ezio bingung dan takut.

Suatu sore, di tepi sungai dekat desa, Ezio duduk termenung, mencoba memahami apa yang berbeda dari dirinya. Ia menyentuh air dingin perlahan, dan tanpa sengaja, sebentuk cahaya merah kecil keluar dari ujung jarinya, membentuk lingkaran api kecil yang berputar-putar mengelilinginya.

"Apakah aku ini... penyihir?" pikirnya dengan campuran ketakutan dan kekaguman.

Tetapi sebelum ia bisa melanjutkan pikiran itu, suara lembut terdengar di dalam hatinya, membimbing tanpa kata, hanya perasaan. Suara hangat yang mengingatkannya bahwa ia adalah anak dari api yang tidak pernah mati.

_______________

Kabar tentang bayi Ezio dan kemampuannya yang aneh menyebar sampai ke telinga seorang lelaki tua bernama Master Kalen, seorang guru spiritual yang tinggal jauh di pegunungan Moonlight. Ia dikenal bijak dan memiliki pengetahuan mendalam tentang energi alam, roh, dan kecilnya tanda kekuatan dalam dunia manusia.

Suatu pagi berkabut, Master Kalen tiba di desa dengan langkah tenang namun pasti. Penduduk desa menyambutnya dengan hormat, dan tak lama kemudian, ia berdiri di hadapan Ezio dan keluarganya.

"Kau anak yang membawa api yang tak padam, kecil," ujar Master Kalen, matanya yang tajam namun hangat menatap Ezio.

Ezio menatap balik dengan mata penuh penasaran sekaligus waswas.

"Aku akan membantumu mengerti kekuatanmu," lanjut sang guru. "Tapi ini bukan hanya sekadar memanipulasi api. Ini adalah kekuatan dari Phoenix, entitas agung yang memberi kehidupan dan kebangkitan. Kau akan memiliki perjalanan panjang untuk belajar mengendalikan dan memahami diri sendiri."

Hari-hari berikutnya, Master Kalen mulai mengajar Ezio konsentrasi dan meditasi untuk mengontrol energi spiritual di dalam tubuhnya. Ezio belajar memanggil api kecil, menyembuhkan diri sendiri, dan mendengar bisikan alam.

Pelan-pelan, ketakutan Ezio mulai berubah menjadi semangat dan rasa ingin tahu yang besar. Ia merasa seolah-olah dirinya dituntun dalam jalan yang sudah dipilih untuknya sejak lama.

Namun, tidak semua hal tentang kekuatan itu mudah diterima. Ezio juga merasakan tekanan batin yang besar, seperti suara-suara masa lalu yang samar dan rasa dendam yang membara tapi tak bisa ia jelaskan.

_______________

Malam tiba dengan keheningan yang mendalam di desa kecil itu. Ezio terlelap, namun tidurannya tidak pernah benar-benar tenang. Dalam mimpi, ia melihat bayangan sosok tegap mengenakan baju perang, dengan mata yang penuh kemarahan dan kesedihan.

"Itu Agra..." suara yang hanya bisa ia dengar dalam mimpi berbisik.

Dalam mimpi itu, Agra Diaz muncul sebagai sosok yang kuat dan penuh luka. Ia berjuang untuk menentang kaisar yang kejam, namun terjebak dalam jebakan dan pengkhianatan yang menghancurkan segalanya.

Ezio merasakan gejolak emosi yang kuat—rasa sakit, kebingungan, dan kemarahan yang dalam. Sesekali Phoenix muncul dalam wujud api yang menyala terang, menguatkan tekadnya.

Mimpi-mimpi itu berulang semakin sering, membuka tabir kegelapan masa lalu yang masih tersembunyi dalam diri Ezio. Kadang ia bangun dengan napas tersengal, keringat dingin membasahi tubuhnya.

Suatu hari saat berlatih bersama Master Kalen, Ezio mengaku tentang mimpi-mimpi itu.

"Itu bukan hanya mimpi biasa, Ezio. Itu jejak jiwa Agra Diaz yang hidup di dalam dirimu. Kekuatan dan kesalahan masa lalu harus kau tuntaskan," kata sang guru dengan nada serius.

Ezio mengangguk, dan hatinya mulai siap menerima tugas yang lebih besar daripada sekadar hidup sederhana di desa terpencil.

__________

Seiring waktu berjalan, kekuatan Ezio mulai tumbuh dan semakin terkontrol. Ia mulai menyadari bahwa ia bukan hanya anak desa biasa, melainkan pewaris jiwa seorang panglima perang legendaris yang memiliki misi besar.

Namun, desa terpencil itu bukan lagi tempat yang aman untuknya. Bayangan kaisar dan loyalisnya mulai mengintai, takut akan kebangkitan kekuatan lama yang bisa mengguncang kekuasaan mereka.

Ezio pun harus bersiap meninggalkan kenyamanan rumah dan memulai perjalanan ke dunia yang lebih luas, penuh bahaya, intrik, dan pertempuran.

Dengan bekal ilmu dari Master Kalen dan kekuatan spiritual dari Phoenix, Ezio membuka lembaran baru dalam hidupnya—lembaran yang akan menentukan nasib tanah Moonlight.

Langkahnya memasuki hutan lebat, membawa harapan dan kebencian, membawa api yang tak pernah padam.

Kawanlama

Terima kasih sudah membaca novel ini. Mohon dukungannya agar Ezio masih tetap bisa berjuang.

| 좋아요
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • KSATRIA API PHOENIX   Bab 8: Bayangan Masa Lalu — Pertarungan Emosi dan Pengkhianatan Tersembunyi

    Di balik bayang-bayang lorong istana yang gelap, kilatan pedang dan semburat api menyala-nyala membelah kesunyian. Angin dingin malam menyelinap melewati celah-celah batu, membawa aroma pengkhianatan yang sudah lama tersembunyi. Dalam sorot api merah membara, sosok yang selama ini menjadi bayangan dalam ingatan Ezio akhirnya muncul nyata. Perlahan, ia melepas tudung yang menutupi kepalanya—wajah itu terpampang jelas, mematahkan ketenangan malam dan membakar kenangan lama yang bersembunyi dalam dada Ezio.“Aku… tidak pernah pergi, Ezio,” suara itu pecah dengan deru yang sarat luka dan kerinduan, bergema seperti alunan api yang belum padam.Detak jantung Ezio tercekat, dadanya memburu bukan hanya karena bahaya yang belum selesai, tapi juga karena perasaan yang bertolak belakang mengaduk-aduk batinnya. Wajah itu bukan hanya sekadar musuh atau sekutu; ia adalah masa lalu yang pernah ia cintai sekaligus derita yang belum terobati. Senyum yang pernah terpancar kini sirna, digantikan bayang-

  • KSATRIA API PHOENIX   Bab 7: Pertempuran Bayangan — Ujian Keberanian dan Kepercayaan

    Gelapnya malam Bastion terasa semakin pekat saat Ezio, Ryu, dan Mira melangkah pelan menyusuri lorong-lorong rahasia di bawah kota. Udara lembap merayap masuk ke dalam pakaian mereka, bedebar rasanya di dada ketika mendengar setiap gemerisik kecil, desiran angin yang menembus celah-celah batu, dan detak jantung yang berdentum di telinga.Ezio mengatur napas. Setiap langkah dirayapinya dengan hati-hati, meyakinkan seluruh indra tetap waspada. Di salah satu sudut gelap, ia mengambil waktu sejenak untuk menenangkan pikiran. Bayangan Phoenix bersinar samar dalam pikirannya — makhluk api yang menjadi pelindung rohnya. “Api ini bukan hanya kekuatan atau balas dendam,” bisik Phoenix dalam batinnya, “tapi cahaya yang harus menerangi yang gelap dan beku.”Ryu mendekat, matanya menyaring setiap sudut lorong yang mereka lalui, terus waspada pada kemungkinan pengintai atau jebakan. “Setiap langkah kita harus senyap. Musuh paling berbahaya di dalam istana bukan cuma pedang tajam, tapi juga dengki

  • KSATRIA API PHOENIX   Bab 6: Mengungkap Kebenaran — Bayangan Istana dan Sengketa Dalam Diri

    Kabut pagi yang menutupi Kota Bastion semakin menebal ketika Ezio, Ryu, dan Mira melangkah pelan menyusuri lorong-lorong sempit distrik pedagang. Bau rempah, asap tembakau, dan aroma makanan campur jadi satu membaur menjadi latar belakang yang memekakkan indera. Namun bagi Ezio, setiap aroma, suara, dan gerak-gerik orang-orang di sekitar adalah petunjuk rahasia—jejak langkah yang mengarah ke jaringan informasi bawah tanah. Mira berjalan di depan, matanya tetap waspada, membaca wajah dan gerak-gerik warga yang berlalu-lalang. Ia menghindari kontak mata yang berlebihan, tahu betul bahwa di tempat seperti ini setiap orang bisa menjadi mata atau telinga bagi kaisar atau pemberontak. "Kalau kita tidak berhati-hati, satu kata salah bisa berujung pada kematian," ujar Mira pelan, suaranya nyaris hanya angin yang bergesekan dengan reruntuhan tembok tua. Dalam keheningan itu, mereka tiba di sebuah gerbang besi karatan yang tersembunyi di ujung pasar gelap. Kito, pria yang mereka temui sebelum

  • KSATRIA API PHOENIX   Bab 5: Jejak ke Kota Bastion — Awal Persaudaraan

    Kabut pagi menyelimuti lembah dengan lembut, membalut pepohonan dan bebatuan dalam selimut putih yang pekat. Langkah Ezio dan Ryu terhenti sesaat di puncak bukit kecil, mengamati hamparan lembah yang terbentang di bawah mereka. Dari kejauhan, puncak-puncak Gunung Bastion menjulang tinggi, membatasi cakrawala dengan bayangan megah yang menantang. Udara dingin menusuk kulit, menyibak jubah dan kerudung yang menutupi tubuh mereka. Namun, di dalam dada Ezio, api kecil dari Phoenix berdenyut kian kuat, memberikan kehangatan yang tak tergantikan oleh apapun. Ia menghela nafas panjang, merasakan ketegangan bercampur dengan harapan mulai mengisi hati mudanya. Ryu menepuk pundak Ezio, mengalihkan lamunannya. “Lembah ini adalah benteng terakhir sebelum kita menyentuh tembok bastion, Ezio. Di sanalah pertempuran sesungguhnya dimulai — bukan hanya melawan musuh luar, tapi juga melawan keraguan dan ketakutan dalam diri kita sendiri.” Ezio mengangguk pelan, menatap jauh ke depan. Ia sadar, melewa

  • KSATRIA API PHOENIX   Bab 4: Awal Balas Dendam — Menginjak Dunia Baru

    Pagi itu, embun masih menyelimuti dedaunan dan rumput liar di sepanjang jalan setapak. Cahaya matahari perlahan menembus celah-celah pepohonan, menciptakan pola bercahaya di tanah yang berhiaskan jejak kaki Ezio. Setiap langkahnya terasa berat sekaligus penuh harapan. Di balik tatapan matanya yang bertabur kilauan api, tersembunyi pergulatan batin antara kerinduan akan masa lalu dan tekad menatap masa depan yang penuh tantangan. Desa kecil tempatnya dilahirkan kini tinggal kenangan hangat yang membekas dalam hati, tapi dunia yang lebih luas menganga lebar, penuh misteri dan bahaya tak terduga. Sendirian di tengah hutan luas yang belum pernah ia jelajahi tanpa pendamping, Ezio belajar mengandalkan indera tajam dan perasaan yang mulai terbuka terhadap kekuatan spiritual di dalam dirinya. Setiap hembusan angin membawa bisikan yang tak kasat mata, memanggilnya untuk waspada, untuk melangkah dengan hati-hati. Burung-burung yang bernyanyi di atas kepakan sayapnya seolah memberikan semangat

  • KSATRIA API PHOENIX   Bab 3: Masa Kecil Ezio — Menumbuhkan Api Dalam Diri

    Ezio mulai merasakan kekuatan dalam dirinya semakin kuat selama beberapa bulan setelah kelahirannya. Di siang yang cerah, saat ia bermain di ladang bersama anak-anak desa, tanpa sengaja ia membuat sebuah cahaya merah kecil terbang dari ujung jarinya. Anak-anak lain menatapnya dengan heran dan sedikit takut. Ezio sendiri merasa campuran antara kagum dan takut akan apa yang baru saja terjadi. Ia belum sepenuhnya mengerti dari mana kekuatan itu datang. Ketika ia mencoba untuk mengulanginya, percikan api itu muncul kembali, namun kali ini lebih kecil dan cepat padam. Orang tuanya mulai memperhatikan hal-hal aneh pada diri Ezio. Ia mampu menyembuhkan luka kecil pada tubuhnya dan binatang-binatang yang terluka di sekitar desa. Beberapa penduduk desa mulai memperbincangkan tentang keberadaan "anak api" ini—yang membawa tanda keberuntungan sekaligus bahaya. Ezio pun mulai mendapatkan pelajaran dari Master Kalen mengenai tanggung jawab kekuatan. Ia memahami bahwa memiliki kekuatan bukan hany

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status