Share

NGAJAK DAMAI

Penulis: Hanin Humayro
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-03 16:18:02

Aku jambak rambut bagian depan, terus menggoyang-goyangkan kepala. Mau acak-acakan juga tak apa. Toh, takkan ada yang melihat.

"Bu, maaf, ada bapak sama itu kayaknya!"

Lamunanku bubar saat bi Eti tiba-tiba memberi informasi menyebalkan.

"Berani benar dia bawa jabl*ynya. Mau nyoba tendangan halilintarku rupanya! Kebetulan aku emang lagi butuh pelampiasan emosi!"

Dengan telapak tangan terkepal, aku pergi menemui mas Ragil. Sebelum ke sana, sempat belok dulu sebab teringat harus mengambil sesuatu di kamar anak-anak. Siapa tahu bisa berguna.

Sepanjang jalan menuju ruang depan, kepala ini rasanya mau meledak. Sementara dada panas, sangat panas.

Mas Ragil membawa istri barunya ke rumah ini pasti mau pameran kehebatannya bisa menggaet perawan. Atau ingin puas menghina sebab dendam akibat kedatanganku di hari pernikahannya

Mereka duduk sangat rapat, mesra sekali seolah tak ada manusia berperasaan di rumah ini. Dari sini saja aku sudah melihat mas Ragil takkan berlaku adil. Ia akan mati-matian mencintai yang baru, dan dengan mudah membuang barang lama.

Dadaku bergemuruh hebat, hampir meledak saat sampai di hadapan mereka. Rasanya ingin kusemburkan muntahan amarah dengan teriakan hingga tulilah telinga keduanya.

Tapi, aku tak boleh bertindak bod*h hingga diceraikan. Enak sekali si pelakor langsung menggantikan. Yang berjuang bersama hingga sejaya ini adalah aku. Jika dibuang sekarang sama saja seperti sepah.

"Ada yang ingin merasakan tendangan halilintar sepertinya!"

Pasangan yang sedang bisik-bisik mesra itu terkesiap. Mungkin saking fokus pada kemesraan, mas Ragil dan Susi tak mendengar langkah kakiku. Padahal 'kan cukup kencang.

Sialan memang bikin aku makin naik darah aja.

"Oh, Tiara Sayang, maafkan, mas baru datang!"

Mas Ragil bangkit dan menghampiriku yang sedang menahan angkara menyaksikan kemesraan pasangan menjijikkan. Pria itu bermaksud menyentuh tubuh, tapi kutangkap tangannya. Karena cekalan kuat, dia agak meringis.

"Sabar, Sayang, ayo kita bicara dari hati ke hati!"

Aku memelintir tangan mas Ragil, lalu mendorongnya kuat-kuat. Tak ayal tubuh pria berusia empat puluh tahun itu jatuh menimpa Susi.

"Awwww!"

Aku menikmati pemandangan menggelikan di depan mata tanpa kedipan. Pasti sakit banget tertimpa tubuh segede gaban itu. Susi sampai megap-megap dibuatnya.

"Maafkan, Sayang! Mana yang sakit!"

Mas Ragil mengusap-usap tubuh Susi dengan panik. Dan, hal itu bikin emosiku makin membumbung tinggi.

Kutendang saja meja dengan kaki hingga asbak di atasnya jatuh. Lepas itu aku duduk di sofa.

Aku tahu mas Ragil sudah marah, tapi ia menahan emosi sekuat tenaga. Tampak sekali dari rahang yang mengeras dan dada turun naik.

"Kalau pamer kemesraan itu di I* bukan di rumah ini, ngarti! Untung aku lagi gak mau makan orang. Kalau lagi kumat kamu tinggal usus doang!"

Susi hampir lompat saat telunjukku mengarah pada wajahnya. Ia kemudian mengerut seperti kerupuk disiram air.

"Sudah, ya, Tiara, sudah. Mas ke sini mau ngajak damai. Please, jangan marah lagi. Ayo kita ngobrol baik-baik!"

"Ngobrol baik-baik palalu peang! Mas, kawin diam-diam itu tak termaafkan. Gak ada itu bicara baik-baik!"

"Mas tahu, mas salah. Tapi, sekarang semua sudah terjadi. Susi sudah jadi istri mas saat ini, sama seperti kamu. Mulai sekarang kita adalah keluarga. Tak boleh saling menyakiti. Mas akan bertindak adil pada kalian berdua. Jika di perjalanan ada yang tak suka, boleh langsung minta cerai. Mas akan mempermudahnya!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    END

    Meski ini pernikahan kedua, bahagianya tak lebih rendah dari yang pertama. Bahkan, ada lebihnya.. Pria yang menyandingku kali ini tidak lain di mulut, lain di hati. Ia tulus mencintai saat orang lain meremehkan. Mas Zayyin senantiasa mengenalkanku pada kerabat dan relasinya. Begitu juga denganku yang mengenalkan ia pada keluarga. "Kamu itu pandai cari istri, Zay! Sudah cantik, baik pula. Semoga rukun selalu sampai kakek nenek, ya!" ucap salah satu tante mas Zay.Aku menanggapi pujian itu dengan senyuman, ucapan terima kasih atau balas memuji. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Dulu saat masih bersama mas Ragil pun sering menemaninya bertemu relasi. Jika tak sedang melayani tamu, aku dan mas Zay melanjutkan obrolan. Tentu saja lebih banyak bercanda daripada seriusnya. *Di sini, di kamar hotel ini hanya ada kami berdua. Suasana di dadaku jangan ditanya. Ramai oleh debaran-debaran kencang. Makin lama makin ribut saja mereka.Kadang kuelus dada agar bisa meredakan gemuruh di

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    SAH

    Keluarga besarku pun turut hadir. Kakek, nenek, om, tante, kakak, adik. sepupu, dan keponakan ada. Keluarga mas Zay pun telah duduk di dua shaf ini. Jumlahnya cukup banyak dan aku belum hapal semua. Dari penampilan, aku sudah menduga mereka berlatar golongan kaya. Meski bukan pengusaha semua, tak sembarangan pekerjaan yang mereka sandang. Ada dokter, dosen,wartawan, pengacara bahkan anggota dewan kata mas Zay. . Dari arah barisan pria, terdengar host akad nikah tengah membuka acara. Dia mengucapkan terima kasih pada hadirin dan menyampaikan informasi bahwa akad akan segera dimulai.Hatiku bergetar hebat kala akad suci diikrarkan mas Zayyin. Sekian detik berikutnya aku resmi menyandang gelar nyonya Zayyin Satrio.Airmata ini tumpah dalam dekapan mama. Lalu, kurasakan mama mertua mendekapkan tangannya juga pada sisi tubuhku yang lain."Selamat, ya. Semoga pernikahan keduamu langgeng hingga melebihi batas usia," ucap mama di sela isakan. Aku pun tak sanggup berkata-kata. Hanya mampu me

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG TERINDAH

    "Kupikir lama tak jumpa, kamu makin tua, nyatanya..."Aku deg-degan menunggu lanjutannya. Ampun, eh ini jantung bisa-bisanya tak bisa dikendalikan. Coba tolonglah sampai kapan akan begini."Ternyata memang makin tua!""Haaa, asem!"Zay tertawa puas melihat reaksiku. Pria itu seperti senang sekali mendapatkan aku dongkol. Eh, tapi candaan itu sukses membuat grogi hilang. Efeknya kami jadi bisa ngobrol seperti dulu."Gimana butiknya?"Aku jadi antusias bercerita soal perkembangan usaha butik. Aku ceritakan bahwa sekarang semakin besar dan terkenal. Bahkan beberapa selebritis pun sudah jadi langganan tetap di butik itu.Orderan gaun pengantin juga sudah mulai berdatangan. Kadang bangga sebab disejajarkan dengan butik-butik yang telah lama meniti karirnya."Kerjaan Mas di sana gimana?""Biasalah, bikin waktu makin sempit buat godain cewek!"Ini laki belum tahu rasanya disumpel sama gagang sapu. Seenaknya aja bilang tentang godain cewek di depan calon istri. Apa di pikir aku tidak akan mar

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG MAMPU

    Aku jadi tertawa mendengar perkataan asalnya. Emang hobi humor jadi renyah banget ngemas kata-kata."Aku gak bulan depan karena mau besok datang ke rumah calon mertua. Sekarang, kamu siap-siap pulang sana. Tunggu aku di rumah papa mamamu!""Haaa!""Ho'oh, sejutarius. Sekarang lagi packing, nih coz malem terbangnya!""Mas Zay, apa-apaan, sih! Ngapain dadakan gini. Aku belum ngapa-ngapain, tahu!""Ngapa-ngapainnya nanti kalau udah halal. Sekarang siap-siap pulang sana! Dengar, ya aku ini bukan pemaksa, hanya tak memberimu pilihan saja!" Mas Zay beneran serius mau datang besok. Itu bikin aku kelimpungan sendiri. Setelah telpon ditutup langsung manggil bi Eti dan bilang apa yang terjadi."Masya Allah, Bu. Luar biasa, ya kejutan dari Gusti Allah. Saya jadi nangis, nih!""Nangisnya nanti aja, Bi. Sekarang tolong packing baju saya. Bibi juga ikut, ya takutnya di sana butuh bantuan!""Siap, Komandan!"Aku harus cepat sampai di rumah orang tua untuk bicara tentang Zay. Masalahnya aku belum pe

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    KANGEN TIDAK

    Aku harus memikirkan ini baik-baik. Trauma kegagalan pernikahan membuatku tsk boleh sembarangan memutuskan masalah serius ini. Aku tak ingin terulang untuk kedua kalinya.Dulu, mas Ragil juga mengatakan akan setia. Tidak akan mendua apapun yang terjadi. Nyatanya semua itu dusta.Bisa jadi Zay juga melakukan hal sama. Saat ada maunya bergaya bak pemuja cita. Setelah bosan menjadi semacam pecandu rokok, lepas bersepah dibuanglah bendanya.Aku belum bisa percaya pada lelaki. Tetaplah di benak ini mereka semua tukang tipu. Di depan bilang cinta, di belakang main mata.Mas Ragil dan Susi pamit sebab akan langsung ke pesantren dan rumah orang tua keduanya.. Katanya juga tak bisa lama di sini sebab Surabaya banyak hal yang harus diurusi."Nanti Mba sama Mas Zay ke Surabaya, ya. Jangan lupa, loh!" bisik. Susi saat kami berpelukan. Karena gemas digoda terus, aku cubit saja tangannya."Pamit, ya, Ra. Pikirkan sekali lagi tentang Zay. Kami siap hadir di acara pernikahan kalian, ok!"Mas Ragil ju

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    14

    TIARA"Mba Tiaraaa!"Ternyata mas Ragil datang bersama Susi. Kukira sendiri, sudah tegang saja tadi. Tubuh Susi sudah langsing seperti semula. Tampaknya ia sungguh-sungguh melaksanakan dietnya.Aku berpelukan dengan Susi, lalu mempersilakan keduanya masuk. Selepas menyediakan jamuan barulah kami ngobrol."Wah, wah kejutan banget dikunjungi tuan dan nyonya besar. Ada apa, nih sampai menyempatkan diri mampir?""Ish, Mba! Emang gak boleh gitu kita datang ke sini?"Aku dan Susi tertawa bersama, mas Ragil cuma senyum gitu. Tak enak, sih dipandangin terus. Tatapan matanya itu belum berubah ternyata. Masih ngarep, kali, ya?"Ayo diminum dulu. Makannya beli aja, ya. Gak masak soalnya. Abis ngedadaklah kalian datangnya! Bentar aku telpon dulu restorannya!""Gak usah, Mba kami udah makan, kok!""Iya, gak usah, Ra. Udah kenyang juga kami!"Aku mengurungkan niat menelpon. Daripada juga banyak tersisa sebab mereka tak mau makan nantinya."Dari sini kami akan ke pesantren anak-anak!"Syukurlah, ana

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status