Home / Romansa / KUBUAT MADUKU GENDUT / GENTONG DAN BIOLA

Share

GENTONG DAN BIOLA

Author: Hanin Humayro
last update Last Updated: 2022-10-03 16:17:34

"Ini kartu nama saya. Kalau perlu bantuan, silakan hubungi. Sekarang, saya antar ibu pulang dulu, mari!" tawarnya lagi.

Aku mengambil kartu kecil berwarna coklat yang disodorkan Zayyin. Memerhatikan sebentar dan membaca tulisan yang tertera di sana.

Ternyata orang ini pengacara. Di sana tertera alamat kantornya dan nomor ponselnya. Kumasukkan dalam tas. Lalu, menyelipkan sembarang di dalamnya. Mungkin suatu saat akan berguna.

Sepanjang jalan, aku lebih tenang. Tak lagi menjerit-jerit dan memukul jok. Aku lebih memilih diam dan memandang keluar jendela mobil. Bukan menikmati pemandangan, tapi hanya melamun tak jelas.

Pria itu tak bicara sepatah katapun hingga tiba di halaman rumah. Ia hanya fokus menyetir dan larut dengan pikirannya sendiri. Kami akhirnya terjebak dalam kebisuan cukup panjang.

"Terima kasih!"

Aku tak mau bicara banyak setelah sampai rumah. Inginnya langsung masuk karena kacaunya perasaan.

Zayyin pun sama. Tak bicara. Ia hanya menjawab sama-sama, lalu pamit dan langsung masuk ke dalam mobil.

*

Aku menatap bayangan wanita dengan berat 103 kilogram dalam pantulan cermin. Bentuknya seperti botol minyak bim*li. Kepala kecil, badan besar dan lurus. Bagian dada melebar ke pinggir, pinggang rata dengan pinggulnya. Sungguh tak sedap dipandang mata

Tinggi hanya 150 sentimeter, dengan berat segitu wajarlah disebut gentong oleh suamiku sendiri. Katanya tinggal didorong juga menggelinding. Parah memang kata-katanya, tapi aku tak memasukkannya dalam hati. Takut tekanan batin.

Berulang kali mas Ragil menyuruhku diet. Katanya takut obesitas dan nanti gampang sakit. Itu di mulut, di hati pasti karena memang tak suka dengan penampilan istrinya.

Kupikir kondisi badanku yang terus melebar efeknya hanya celaan suami. Nyatanya tidak. Fisik yang tak lagi sedap dipandang mata berbuah petaka. Mas Ragil menikah lagi dengan gadis muda, cantik dan seksi. Kalau dibaratkan perempuan itu kayak biola Spanyol

"Jahat, kamu jahat, Mas! Kenapa menghukumku sekejam ini! Aku memang salah, tapi apa harus seperti ini caranya?"

Aku lemparkan botol parfum ke cermin yang terus mengejek dengan menampilkan bayangan gentong bernyawa. Tak puas, sekuat tenaga kulempar lagi, dan lagi dengan apapun yang dapat dijangkau tangan.

"Hai, cermin rasakan sekarang kau tak bisa lagi memperlihatkan bayangan gentong!"

Aku tertawa menggelegar, tak lama berhenti lagi. Badanku luruh ke lantai. Lalu, menangis sekeras-kerasnya di sana.

Malam ini, dia pasti sedang menikmati madu malam pengantin sama biolanya. Membayangkannya saja emosiku kembali melampaui gelombang tsunami.

"Aaang, Aaang! Kamu jahat, Mas, jahat!"

Aku memukul-mukul lantai hingga kepalan tangan sakit semua. Karena tak kuat memukul lagi, aku hanya bisa menangis sambil menghentak-hentakkan kaki.

*

Hari ini hatiku lebih tenang. Selesai makan, sebelum meninggalkan meja, aku mulai memikirkan solusi atas masalah ini.

Sebenarnya aku sudah tak tahan, inginnya cerai saja agar tak harus menanggung amarah setinggi Himalaya. Tiap kali membayangkan mereka sedang memadu asmara, dada ini seperti mau meledak.

Namun, benar kata Zayyin, aku akan rugi berkali lipat jika cerai begitu saja. Paling banter hanya dapat uang sekian puluh juta, selebihnya si Susi Similikiti itu yang menikmati kekayaan ini.

"Enak saja!"

Aku menggebrak meja hingga perabotan makan saling berloncatan. Sayur asem buatan bi Eti pun sedikit tumpah.

Tapi, tetap hidup dimadu juga akan terus tersiksa. Belum lagi kecenderungan mas Ragil pasti lebih tinggi pada pelakor gila itu.

"Arggh, sialan!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    END

    Meski ini pernikahan kedua, bahagianya tak lebih rendah dari yang pertama. Bahkan, ada lebihnya.. Pria yang menyandingku kali ini tidak lain di mulut, lain di hati. Ia tulus mencintai saat orang lain meremehkan. Mas Zayyin senantiasa mengenalkanku pada kerabat dan relasinya. Begitu juga denganku yang mengenalkan ia pada keluarga. "Kamu itu pandai cari istri, Zay! Sudah cantik, baik pula. Semoga rukun selalu sampai kakek nenek, ya!" ucap salah satu tante mas Zay.Aku menanggapi pujian itu dengan senyuman, ucapan terima kasih atau balas memuji. Aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Dulu saat masih bersama mas Ragil pun sering menemaninya bertemu relasi. Jika tak sedang melayani tamu, aku dan mas Zay melanjutkan obrolan. Tentu saja lebih banyak bercanda daripada seriusnya. *Di sini, di kamar hotel ini hanya ada kami berdua. Suasana di dadaku jangan ditanya. Ramai oleh debaran-debaran kencang. Makin lama makin ribut saja mereka.Kadang kuelus dada agar bisa meredakan gemuruh di

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    SAH

    Keluarga besarku pun turut hadir. Kakek, nenek, om, tante, kakak, adik. sepupu, dan keponakan ada. Keluarga mas Zay pun telah duduk di dua shaf ini. Jumlahnya cukup banyak dan aku belum hapal semua. Dari penampilan, aku sudah menduga mereka berlatar golongan kaya. Meski bukan pengusaha semua, tak sembarangan pekerjaan yang mereka sandang. Ada dokter, dosen,wartawan, pengacara bahkan anggota dewan kata mas Zay. . Dari arah barisan pria, terdengar host akad nikah tengah membuka acara. Dia mengucapkan terima kasih pada hadirin dan menyampaikan informasi bahwa akad akan segera dimulai.Hatiku bergetar hebat kala akad suci diikrarkan mas Zayyin. Sekian detik berikutnya aku resmi menyandang gelar nyonya Zayyin Satrio.Airmata ini tumpah dalam dekapan mama. Lalu, kurasakan mama mertua mendekapkan tangannya juga pada sisi tubuhku yang lain."Selamat, ya. Semoga pernikahan keduamu langgeng hingga melebihi batas usia," ucap mama di sela isakan. Aku pun tak sanggup berkata-kata. Hanya mampu me

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG TERINDAH

    "Kupikir lama tak jumpa, kamu makin tua, nyatanya..."Aku deg-degan menunggu lanjutannya. Ampun, eh ini jantung bisa-bisanya tak bisa dikendalikan. Coba tolonglah sampai kapan akan begini."Ternyata memang makin tua!""Haaa, asem!"Zay tertawa puas melihat reaksiku. Pria itu seperti senang sekali mendapatkan aku dongkol. Eh, tapi candaan itu sukses membuat grogi hilang. Efeknya kami jadi bisa ngobrol seperti dulu."Gimana butiknya?"Aku jadi antusias bercerita soal perkembangan usaha butik. Aku ceritakan bahwa sekarang semakin besar dan terkenal. Bahkan beberapa selebritis pun sudah jadi langganan tetap di butik itu.Orderan gaun pengantin juga sudah mulai berdatangan. Kadang bangga sebab disejajarkan dengan butik-butik yang telah lama meniti karirnya."Kerjaan Mas di sana gimana?""Biasalah, bikin waktu makin sempit buat godain cewek!"Ini laki belum tahu rasanya disumpel sama gagang sapu. Seenaknya aja bilang tentang godain cewek di depan calon istri. Apa di pikir aku tidak akan mar

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    YANG MAMPU

    Aku jadi tertawa mendengar perkataan asalnya. Emang hobi humor jadi renyah banget ngemas kata-kata."Aku gak bulan depan karena mau besok datang ke rumah calon mertua. Sekarang, kamu siap-siap pulang sana. Tunggu aku di rumah papa mamamu!""Haaa!""Ho'oh, sejutarius. Sekarang lagi packing, nih coz malem terbangnya!""Mas Zay, apa-apaan, sih! Ngapain dadakan gini. Aku belum ngapa-ngapain, tahu!""Ngapa-ngapainnya nanti kalau udah halal. Sekarang siap-siap pulang sana! Dengar, ya aku ini bukan pemaksa, hanya tak memberimu pilihan saja!" Mas Zay beneran serius mau datang besok. Itu bikin aku kelimpungan sendiri. Setelah telpon ditutup langsung manggil bi Eti dan bilang apa yang terjadi."Masya Allah, Bu. Luar biasa, ya kejutan dari Gusti Allah. Saya jadi nangis, nih!""Nangisnya nanti aja, Bi. Sekarang tolong packing baju saya. Bibi juga ikut, ya takutnya di sana butuh bantuan!""Siap, Komandan!"Aku harus cepat sampai di rumah orang tua untuk bicara tentang Zay. Masalahnya aku belum pe

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    KANGEN TIDAK

    Aku harus memikirkan ini baik-baik. Trauma kegagalan pernikahan membuatku tsk boleh sembarangan memutuskan masalah serius ini. Aku tak ingin terulang untuk kedua kalinya.Dulu, mas Ragil juga mengatakan akan setia. Tidak akan mendua apapun yang terjadi. Nyatanya semua itu dusta.Bisa jadi Zay juga melakukan hal sama. Saat ada maunya bergaya bak pemuja cita. Setelah bosan menjadi semacam pecandu rokok, lepas bersepah dibuanglah bendanya.Aku belum bisa percaya pada lelaki. Tetaplah di benak ini mereka semua tukang tipu. Di depan bilang cinta, di belakang main mata.Mas Ragil dan Susi pamit sebab akan langsung ke pesantren dan rumah orang tua keduanya.. Katanya juga tak bisa lama di sini sebab Surabaya banyak hal yang harus diurusi."Nanti Mba sama Mas Zay ke Surabaya, ya. Jangan lupa, loh!" bisik. Susi saat kami berpelukan. Karena gemas digoda terus, aku cubit saja tangannya."Pamit, ya, Ra. Pikirkan sekali lagi tentang Zay. Kami siap hadir di acara pernikahan kalian, ok!"Mas Ragil ju

  • KUBUAT MADUKU GENDUT    14

    TIARA"Mba Tiaraaa!"Ternyata mas Ragil datang bersama Susi. Kukira sendiri, sudah tegang saja tadi. Tubuh Susi sudah langsing seperti semula. Tampaknya ia sungguh-sungguh melaksanakan dietnya.Aku berpelukan dengan Susi, lalu mempersilakan keduanya masuk. Selepas menyediakan jamuan barulah kami ngobrol."Wah, wah kejutan banget dikunjungi tuan dan nyonya besar. Ada apa, nih sampai menyempatkan diri mampir?""Ish, Mba! Emang gak boleh gitu kita datang ke sini?"Aku dan Susi tertawa bersama, mas Ragil cuma senyum gitu. Tak enak, sih dipandangin terus. Tatapan matanya itu belum berubah ternyata. Masih ngarep, kali, ya?"Ayo diminum dulu. Makannya beli aja, ya. Gak masak soalnya. Abis ngedadaklah kalian datangnya! Bentar aku telpon dulu restorannya!""Gak usah, Mba kami udah makan, kok!""Iya, gak usah, Ra. Udah kenyang juga kami!"Aku mengurungkan niat menelpon. Daripada juga banyak tersisa sebab mereka tak mau makan nantinya."Dari sini kami akan ke pesantren anak-anak!"Syukurlah, ana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status