Share

UDAH, BU

Hari ini, aku mendatangi undangan pernikahan anak pak Slamet. Dengan fashion pilihan mami Della, aku tampil lebih percaya diri. Tak kalah dari pakaian selebritis. Kalau aku langsing pasti lebih keren lagi. Sayangnya masih gendut.

Pesta yang digelar di gedung Yasmin ini tergolong mewah. Maklumlah pak Slamet 'kan pengusaha matrial yang cukup sukses. Gengsilah pesta anaknya kalau gak besar-besaran.

Setelah mengucap selamat pada mempelai dan keluarga, aku langsung menuju prasmanan. Di sinilah godaan makan bertarung dengan keinginan langsing.

Tapi, laper!

Makan ajalah sedikit, gak apa-apa asal gak berlebihan.

Aku mulai menyuap makanan yang diambil barusan. Kali ini porsinya dikurangi sepertiga dari biasanya. Semoga perut tak berontak sebab jatahnya lebih sedikit.

Ketenanganku menikmati makanan ternyata tak bisa lama. Kedatangan mas Ragil dan istri mudanya telah menghancurkan kedamaian hatiku secara tiba-tiba.

Jadi, dia sudah tahu ada undangan pak Slamet? Dan, sengaja tak menghubungiku karena akan datang bersama pelakor sok baik itu.

Selera makanku langsung terbang entah ke mana. Kini berganti hawa panas yang merupakan reaksi dari amarah tiada tara.

Jadi, begini kelakuannya. Pameran istri baru ke mana-mana. Tidakkah dia peduli pada perasaanku, pada harga diriku?

Sungguh, aku benar-benar sudah tak dianggap. Hanya mesin tua dan jelek yang tinggal menunggu waktu untuk dibuang.

Aku gelap mata, tak peduli lagi apa yang akan dikatakan orang-orang nanti. Aku mendatangi panggung dan mengambil mic yang ada di hadapan MC.

"Selamat datang kepada bapak Ragil Suryono dan istri barunya. Susi pemain organ tunggal yang tidak tahu malu telah merebut suami orang. Saya tahu mengapa wanita itu mau jadi istri siri sebab sawerannya pasti besar. Dan, dengan murahnya menawarkan tubuh seksi demi jadi orang kaya dadakan. Karena kalau lakinya kere juga gak akan mau jadi bini muda. Hati-hati, ya pada pengantin perempuan. Jaga suami kamu. Banyak pelakor jalang di luar sana!"

"Bu, maaf, bu!"

MC merayuku agar mengembalikan mic-nya. Aku belum puas jadi tetap saja nyerocos. Puas banget kalau sudah bisa mempermalukan mereka.

"Nah, sodara-sodara, Itu pelakor yang bernama Susi. Dia merebut suami saya. Hati-hati, ya buibu jaga suaminya dari iblis kayak gitu!"

"Cukuuup! Cukuuup Gentong! Kamu udah keterlaluan ngata-ngatain aku. Asal kamu tahu aja ya. Suami kamu yang gatel ngejar aku. Dan, wajar, sih sebab kamu emang tua, jelek bulat lagi!"

Darahku mendidih saat Susi nekat naik panggung. Dia menunjuk-nunjuk ke arah muka ini.

"Kurang ajar kamu jablay!"

Aku menarik tangan wanita itu dengan sekali hentakkan. Kupelintir hingga terdengar teriakan membahana.

"Sakit, hah!"

"Aaaawwwww!"

"Sudah, sudaaaaah!" teriak mas Ragil.

Aku mengempaskan tubuh Susi hingga menimpa mas Ragil. Saking kencang, tubuh kedunya terjengkang dan jatuh dari panggung.

Belum puas, aku turun dari panggung. Kutarik tangan Susi lagi, tapi tertahan oleh mas Ragil. Aku makin kalap kala melihat lelaki itu memeluk istri mudanya.

"Kurang ajar kalian!"

"Bu, bu sudah, ayo!" ucap seseorang yang suaranya kukenal. Menyebalkan dia pakai mencekal tanganku lagi.

"Zay, tolong bawa Tiara!" pinta mas Ragil pada temannya itu.

"Oke, Bro!"

"Lepasin, aku pengen jambak si Susi itu!"

"Udah ngamuknya, Bu. Mending kita ngobrol sulosi nyata!"

Pria yang dipanggil Zay itu menarik tanganku dengan sekali hentakan. Meski berontak, tenaganya tak bisa dilawan. Akhirnya aku mengikuti ke mana si duda ini pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status