Share

Bab 4

Author: Bintu Hasan
last update Last Updated: 2022-08-02 08:57:20

Kami duduk berhadapan dengan jarak yang tidak terlampau jauh. Syahdu berwajah ceria, mungkin dia belum bisa menebak kenapa aku mengajaknya bertemu secara tiba-tiba.

Beruntung saat ke sini tadi, Bu Arin sudah tidak berdiri di depan rumah. Mungkin dia kesal karena tidak menemukan topik baru.

"Syahdu, aku dengar-dengar kamu mencintai Mas Hanan?"

Perempuan di depanku terperanjat. Dia pasti tidak menduga aku akan bertanya demikian. Akan tetapi, jika terus mendiamkan juga bisa menjadi fitnah.

"Kenapa Mbak Yumna ngomong kayak gitu? Aku ndak berani suka sama Gus Hanan."

"Syahdu, kamu memang berkata demikian, tetapi matamu menyiratkan cinta yang besar."

Syahdu membuang pandangan. Suaranya yang lembut tentu saja bisa membuat lelaki mana pun jatuh cinta. Matanya yang teduh mungkin memang benar pernah dipandang Mas Hanan.

Kalau saja aku bukan istrinya, pasti suamiku akan langsung melamar Syahdu. Perempuan cantik yang sangat menjaga kehormatan.

"Aku mau minta tolong sama kamu, Syahdu." Aku meraih tangannya yang gemetar.

Syahdu kembali menatap mataku. "Mi-minta tolong apa, Mbak?"

"Menikahlah dengan Mas Hanan!" pintaku memelas seraya menahan air mata.

Jika aku menangis sekarang, sudah tentu Syahdu akan menolak. Dia bukan tipe perebut suami orang yang akan tertawa bahagia mendengar permintaanku.

Nyatanya perempuan anggun itu menunduk, kemudian menggelengkan kepala. Dia menolak tanpa suara, dengan itu aku bisa mengartikan kalau memang ada cinta yang meletup-letup dalam hatinya.

Aku mengangkat wajah Syahdu dengan memegang dagunya. Ternyata dia menangis dalam diam. Binar cinta semakin terpancar indah di kedua bola matanya.

"Kamu mencintai Mas Hanan, berarti kamu bisa memberinya kebahagiaan. Bantu aku, Syahdu. Bantu aku membahagiakan Mas Hanan."

"Mbak, aku tidak bisa. Gus Hanan begitu mencintaimu, hampir setiap hari dia bercerita tentang istri salihah dan menjadikanmu sebagai contoh.

"Apa?" Aku terkejut mendengar pengakuan Syahdu.

Syahdu memberitahu padaku bahwa setiap jam sembilan pagi diadakan kelas ekstra di mana para santri dianjurkan menghadapkan kitab. Ada dua kelompok, satunya membaca kitab daqaiqul akbar, sementara yang lain adalah uqudullujain.

Ternyata yang membaca uqudullujain adalah kelompok yang sudah memiliki calon dan Syahdu selalu ikut menyimak menganggap itu bekal sebelum menikah.

Di akhir penjelasan, Mas Hanan selalu meminta para santri dan santriwati untuk menjadi pasangan yang baik. Dia tidak pernah alpa menyebut namaku sebagai contoh yang baik.

Aku menghela napas panjang. "Tetapi kamu tahu sendiri kalau sampai sekarang kami belum dikaruniai seorang anak, Syahdu."

"Tunggu saja, Mbak. Aku yakin suatu hari Allah akan mengirimkan bayi mungil untuk hamba-Nya yang senantiasa bersabar."

"Syahdu, berpikirlah dan beri aku jawaban malam nanti apakah kamu bersedia atau tidak, tetapi aku berharap jawabannya adalah ya. Aku pamit!"

Kutinggalkan Syahdu yang terus menunduk setelah menggelengkan kepala beberapa kali. Semoga saja hatinya terketuk untuk menerima tawaran itu.

Sesampainya di rumah, Mas Hanan belum juga kembali. Entah suamiku itu ke mana. Daripada merenung dan semakin membuat kepala pusing, aku melanjutkan pekerjaan rumah sendirian.

***

Hanya beberapa jam lagi matahari sudah benar-benar tenggelam sehingga siang berganti malam. Di dunia ini makhluk Tuhan ditakdirkan berpasang-pasangan, tetapi tidak jarang juga ada satu suami dengan tiga atau empat perempuan di sisinya.

Ada yang bahagia, ada juga yang tersiksa batinnya. Semua tergantung suami dan istri kedua karena biasanya istri pertama kerap kali ikhlas jika madunya bersikap baik.

Terutama jika itu Syahdu. Ya, Syahdu lagi yang menari-nari dalam pikiran.

"Dek, tadi mas lihat kamu menemui Syahdu di pelataran masjid."

Mas Hanan yang baru pulang salat jum'at langsung membahas itu. Memang tadi dia kembali ke rumah tepat pukul sepuluh, tetapi langsung masuk kamar mandi.

"Mas dengar apa yang kami bicarakan?"

"Sedikit. Mas tidak mendengar semuanya."

Berarti sejak tadi Mas Hanan ada di masjid? Aku salah telah mengajak Syahdu bertemu di sana.

Aku menelan saliva begitu Mas Hanan menggandeng tanganku masuk kamar. Kami saling memandang dengan posisi yang sangat dekat. Tangannya menggamit tanganku erat seolah tidak ingin lepas.

"Jangan memaksa Syahdu untuk menjadi adik madu kamu!" pinta Mas Hanan dengan suara yang sangat lembut.

"Kenapa, Mas? Kenapa aku tidak bisa menjadikan Syahdu sebagai adik maduku?"

"Karena mas tidak pernah jatuh cinta setelah terpikat denganmu."

"Bagaimana kalau ini jadi permintaan terakhir aku, Mas? Siapa tahu besok atau lusa aku meninggal?"

Mas Hanan menggeleng pelan. Dia mengaku tetap tidak mau menikahi Syahdu. Jika aku meninggal, dia tetap memilih hidup sendiri atau kembali mengabdi di pesantren menemani Gus Qabil.

Gus Qabil saja masih betah hidup tanpa istri padahal sudah tujuh tahun berlalu. Aku salut pada kesetiaan laki-laki itu pada mendiang istrinya.

"Bagaimana kalau Syahdu mau menikah denganmu, Mas?" desakku beriring rasa cemburu.

"Apa benar ini keinginan kamu?"

Aku mengangguk pasti. Mas Hanan harus merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Biar saja aku berkorban karena cinta tidak harus selalu indah.

"Mas tunggu jawaban Syahdu baru bisa memberi keputusan."

Mendengar itu aku tersenyum manis, lalu memeluk Mas Hanan sekilas sebelum akhirnya makan siang bersama. Luka di hati memang menganga, tetapi aku bahagia jika suami bahagia.

***

Jam sudah menunjuk angka delapan lewat, seharusnya Syahdu sudah mengirim jawaban. Akunnya sedang online, tetapi satu pesan pun belum ada yang dia kirim.

[Syahdu, aku menunggu jawaban.]

Dia langsung membaca pesan itu. Beberapa detik kemudian tiga titik abu bergelombang indah di bawah pesan yang aku kirim tadi.

Hati resah dan gelisah menanti jawaban. Aku melipat bibir begitu lama sampai akhirnya balasan dari Syahdu telah ada.

[Mbak, aku tidak pernah berniat menjadi perusak rumah tangga siapa pun apalagi itu Mbak Yumna. Aku akui telah salah karena menaruh hati pada Gus Hanan, tetapi Demi Allah sama sekali tidak ada niat menjadi orang ketiga.]

[Lalu?] Aku masih belum tahu apa jawaban Syahdu.

[Kalau Mbak mendengar gosip tetangga tentang aku ada Gus Hanan, itu semua tidak benar. Gus Hanan itu sangat menjaga pandangan, bahkan ketika mengajar dia hanya melirik sekilas pada perempuan.]

[Syahdu, aku menginginkan jawaban. Tolong tidak usah membahas itu. Aku tahu kamu tidak pernah mau merusak rumah tangga orang, tetapi dengan menikahi suamiku sama saja memberi kebahagiaan pada kami. Aku yakin kamu bisa melahirkan anak untuknya.] Kedua ibu jariku mengetik dengan gemetar.

[Jika ini sudah menjadi takdir, aku bersedia, Mbak.]  Syahdu menyertakan tiga emotikon menangis.

[Alhamdulillah, aku bahagia sekarang!] balasku.

Namun, hati tidak benar-benar bahagia. Aku menggigit bibir, meremas gamis juga menutup mata karena diri bagai diserang tombak dari segala arah. Hancur.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUIKHLASKAN SUAMI MENIKAH LAGI   Bab 120

    EXTRA PART!!!____Cinta mengubah kekasaran menjadi kelembutan, mengubah orang tak berpendirian menjadi teguh berpendirian, mengubah pengecut menjadi pemberani, mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan, dan cinta membawa perubahan-perubahan bagi siang dan malam.Ketahuilah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah yang terbaik untukmu! Dan karena itulah, qalbu seorang pecinta-Nya lebih besar daripada Singgasana-Nya.Air berkata kepada yang kotor, "Kemarilah." Maka yang kotor akan berkata, "Aku sungguh malu." Air berkata, "Bagaimana malumu akan dapat dibersihkan tanpa aku?Singa terlihat paling tampan ketika sedang mencari mangsa. Jualah kepandaianmu dan belilah kebingunganmu. Jika Anda jengkel terhadap setiap gesekan, bagaimana cermin Anda akan dipoles.Anda dilahirkan memiliki sayap, mengapa lebih memilih hidup merangkak. Cinta dan kelembutan adalah sifat manusia, amarah dan gairah nafsu adalah sifat binatang. Kau harus hidup di dalam cinta, sebab manusia yang mati tidak dapat melak

  • KUIKHLASKAN SUAMI MENIKAH LAGI   Bab 119

    Bu Wenda terus berjoget ria sambil berteriak kalau dia adalah fans Yumna. Tidak ada yang mau menghentikan Bu Wenda yang semakin kehilangan kendali itu bahkan anaknya saja sudah menjauh ketika Nurul memberi isyarat."Kalian tahu? Aku sudah memfitnah Yumna mengatakan dia hamil, makanya Ilham memutus lamaran itu. Aku bilang dia mandul sampai stres dan keguguran. Kira-kira Yumna mau maafin aku nggak, ya? Ada yang tahu jawabannya?"Lagi, dia tertawa keras."Di sini ada yang bernama Yumna? Ah, aku rindu setengah mati kepada Yumna. Sebenarnya aku mengakui semua kesalahan itu dan mau meminta maaf, tetapi sudah keburu gengsi duluan. Andai tidak ada yang berdiri di sisi Yumna, aku pasti bisa meminta maaf sama dia. Aku malu karena ada Nurul, Amel dan suaminya.Kalian tahu kalau suami Yumna itu putra Kyai Sholeh? Makanya aku tidak suka kalau Yumna bahagia. Sekarang saja aku mau mencekik lehernya biar dia mati atau kita bawa bermain-main di taman. Aduh, Syahdu kasihan sekali karena dia harus menin

  • KUIKHLASKAN SUAMI MENIKAH LAGI   Bab 118

    Hari selasa yang cerah ketika Gus Hanan baru pulang mengajar di masjid, Yumna langsung menariknya masuk kamar dengan wajah berseri-seri."Mas, hari ini ingat hari apa?""Hari selasa?"Yumna menggeleng. Gus Hanan mencoba menebak bahkan hampir sepuluh kali tebakan, tetapi belum juga berhasil. Dengan sedikit kesal, Yumna memberi tahu kalau hari ini Gus Hanan genap berusia 27 tahun."Ah iya, mas udah 27 tahun hari ini. Aduh, kok sampai lupa ya?""Daaaan ... aku punya hadiah ulang tahun buat Mas Hanan.""Hadiah? Qur'an? Kitab? Atau kecupan lagi kayak tahun kemarin?"Sekali lagi Yumna menggeleng. Gus Hanan menyerah tidak mampu menebak. Dia akhirnya memeluk sang istri, berusaha membujuk untuk langsung menunjukkan hadiah itu saja.Yumna mengurai pelukan suaminya, dia merogoh saku gamis dan menunjukkan sebuah benda berwarna putih dan biru. "Aku hamil, Mas. Selamat, kamu akan menjadi ayah!""Alhamdulillah, kamu serius, Dek?"Yumna mengangguk, sesuatu yang sejuk mengalir membasahi pipinya. "Dan

  • KUIKHLASKAN SUAMI MENIKAH LAGI   Bab 117

    Mereka sudah tiba, tetapi Amel tidak bisa singgah karena Ozil sudah mencarinya sejak tadi. Begitu mobil hitam itu sudah melaju pergi, seseorang kemudian menghampiri mereka berempat."Aku turut bahagia karena melihat Nurul kembali. Ternyata dia yang menyebar berita itu, tetapi aku yang harus diusir." Bu Wenda datang bersama anak gadisnya.Nurul melihat ponsel gadis itu menyalah, dia pun tersenyum tipis dan memberitahu Yumna lewat isyarat sementara Mas Dika dan Gus Hanan diminta masuk saja karena bisa menangani mereka berdua.Begitu tinggal mereka berempat saja di pinggir jalan, Nurul langsung mendekat ke gadis itu agar suaranya lebih jelas dalam rekaman. "Ya, aku yang menyebarkan berita itu. Gimana rasanya harus disalahkan padahal bukan kita yang melakukannya?""Kurang ajar!""Tidak, aku tidak kurang ajar Bu Wenda. Semua orang sudah tahu kalau dalang di balik semua masalah yang ada adalah Bu Wenda sendiri karena sangat iri pada Yumna. Kesalahan Bu Wenda kan bukan hanya gosip, tetapi su

  • KUIKHLASKAN SUAMI MENIKAH LAGI   Bab 116

    Pada hari pernikahan Mas Ilham tepat hari sabtu, mereka semua berkumpul di rumah Yumna dengan baju seragam meskipun Amel dan Kevin beda motif asalkan warnanya sama. Mereka telat pesan atau mungkin sebut saja Nurul terlalu cepat memesan karena tidak mau ayahnya ingkar janji.Untuk ketiga perempuan itu semuanya membawa kado, sementara laki-laki mengantongi amplop saja. Mereka semua memakai baju yang hampir sama. Hari ini Nurul terlihat sangat cantik.Sebelum berangkat, dia meminum segelas air dulu untuk menenangkan diri. Luka dalam hatinya dibalut sedemikian rupa. Mereka berpasang-pasangan kecuali Mas Dika yang harus kembali memerankan perannya.Jika dulu dia pura-pura berpasangan dengan Yumna, sekarang bersama Nurul. Mas Dika tersenyum pada adiknya yang selama ini dia benci, tetapi kini mulai membuka hati untuk menerimanya."Nanti sama Mas Dika aja biar mereka mengira kamu juga punya pasangan. Pokoknya nanti jangan pernah masang muka sedih, harus mengalihkan pikiranmu dari Mas Ilham. J

  • KUIKHLASKAN SUAMI MENIKAH LAGI   Bab 115

    Sesampainya di rumah, mereka berdua terkejut oleh kedatangan Amel. Sepertinya hari akan semakin panjang karena kedatangan Amel yang membawa banyak makanan. Sekalipun mereka sudah dewasa, tetapi yang namanya perempuan kadang bertingkah seperti anak-anak."Ozil mana, Mel?""Sama neneknya, dia gak mau ikut tadi karena keasyikan main sama sepupunya."Yumna mengangguk, dia senang sekali melihat banyak gorengan termasuk ayam geprek di depannya. Mereka kumpul di ruang tengah karena tidak mau diganggu oleh tamu. Hari yang menyenangkan setelah bertemu Mas Ilham.Masalah itu Yumna ceritakan pada Amel bukan untuk memancing amarahnya, tetapi seorang perempuan sangat sulit untuk menyimpan masalahnya sendiri apalagi jika sudah lama dan terbiasa saling berbagi cerita dengan sahabat."Mas Ilham kok bego banget, ya? Masa dia mau jatuh ke jurang yang sama?""Gak tahu tuh. Udah aku bilangin juga karena aku sebagai orang ketiga di masa lalu itu serius, nyeselnya sampe sekarang, nyeseknya sampe ke hati. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status