Share

8. ANAK HARAM

Author: Herofah
last update Last Updated: 2022-08-06 10:05:08

Atama POV

*****

Aku memesan minum, sebotol Wishkey mungkin bisa menghangatkan hatiku yang beku. Atau setidaknya aku bisa melepaskan kepedihanku walaupun sesaat, dan tentu saja aku belum pernah menyentuh minuman beralkohol sebelumnya.

Kutuang minuman berwarna pekat itu ke dalam gelas model Serry copita yang berlekuk, menggoyangkannya sampai isinya teraduk.

Aku meminumnya, tidak peduli minuman ini memiliki rasa yang kuat, pahit, dan aroma tajam yang terasa tabu bagi lidahku. Namun, aku tidak mencari rasa. Aku hanya ingin lupa jika hari ini pernah ada.

Selama Whiskey masih di mulut, minuman ini dapat berganti rasa. Unik memang. Bisa manis, sedikit pahit, sedikit rasa buah, dan sebagainya yang sulit kudefinisikan.

Aku menyulut sebatang rokok. Menikmatinya, tidak peduli aku bagaikan perempuan jalang hari ini. Aku hanya ingin melupakan sejenak saja sakit hati, sejenak saja tanpa air mata.

Jujur aku lelah.

Perkataan Wahyu semakin membuatku berantakan, apakah benar semua yang dia katakan, dan seribu asumsi ini-itu terus berkecamuk di hatiku.

Tuhan...

Takdir apa yang kau siapkan untukku?

Aljabar terasa seperti membunuhku secara perlahan. Aku membencinya dengan seluruh cinta. Aku menangisinya dengan semua air mata yang kumiliki.

"Kamu ngapain di sini? Kamu minum, Ta?"

Laki-laki itu, aku tidak tahu kapan datang, ya Tuhan, semua makhluk sudah seperti jailangkung yang datang tak dijemput pulang tak diantar.

Aku diam. Tidak menjawabnya barang sepatah pun.

Kuraih gelasku lagi, mengisinya hingga penuh lalu menghabiskannya sekali teguk.

"Ada apa, Ta?" Lelaki itu mengambil botol minumanku. Mencoba menghentikanku dan merebut botol sesaat setelah kuraih gelas kedua.

"Nggak usah ikut campur! Aku mau sendiri. Balikin minumanku," ucapku angkuh.

Lexi menatapku, kepala ini terasa pusing dan berdenyut, tapi aku masih bisa melihatnya dengan sangat jelas.

"Kamu kurus banget, Ta. Ada yang salah? Apa dia nggak bisa menghidupi kamu?"

Aku menatapnya sendu. Tersenyum getir.

Lebih dari itu, Lexi. Dia hampir membunuhku dengan cinta ini. Hatiku berbunga lalu aku terpedaya sampai tak berdaya, ucap batinku pedih.

"Bisa lah, beliin Hp ceweknya aja dia mampu, apalagi cuma ngasih makan aku," ucapku sambil tertawa hambar.

"Ata... " ucap Lexi cepat. "Ata, ada apa?" ulangnya.

Mataku menatapnya, lalu berlarian meneliti seluruh ruangan seolah mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang menggantung di benakku. Apakah Al sudah tidak mencintaiku lagi?

"Al selingkuh, Lex." Ucapan spontanku membuatnya mengerjap. Aku tidak tahu kenapa aku hanya bisa menangis dan hanya ingin menangis.

"Aku udah pernah bilang sama kamu, dia nggak pantes buat kamu," kata Lexi sambil mengusap bahuku.

Aku berdiri impulsif. Terhuyung lalu menarik-narik bajunya dan memukul-mukul dadanya dengan tangisan yang semakin menjadi-jadi. Bagaimana mungkin aku sendiri tidak tahu, kenapa Al Mampu menjadikan aku serapuh ini?

"Aku benci sama dia, Lex... aku benci. Benci karena aku nggak bisa ninggalin dia."

"Buat apa kamu masih bertahan? Kamu bisa mengasuh bayi kamu sendiri, membesarkannya sendiri, dan setelah itu kamu bisa menata masa depan kamu."

Nyatanya tak semudah itu, aku tak sanggup menyaksikan bayiku hidup tanpa ayah. Aku juga tak sanggup jika harus kehilangan dia. Bodohnya aku.

"Aku cinta sama dia, Lex. Dia masa depanku."

Tangisan ini tidak pernah bisa kuhentikan, aku tidak tahu kenapa mencintai Al akan semenyakitkan ini?

"Bentar lagi aku bakalan lulus, kamu bisa ngelanjutin hidup bareng aku. Tinggalin dia. Kita mulai semuanya, aku udah pernah bilang sama kamu, aku bakal nerima kamu kapan pun kamu mau, dan aku pasti nerima kamu," ucapnya tulus. Dan ketulusan semacam ini pernah juga kudapatkan dari Aljabar. Laki-laki macam apakah yang masih pantas kupercaya?

"Mempunyai status sebagai janda? Aku belum dua puluh tahun, Lex."

"Ini soal hati, bukan soal umur."

"Plis, balikin minumanku," pintaku.

"Nggak akan!"

"Plis, Lex... kali ini aja!"

Aku merebut botol minuman, meneguknya kembali, membuat perutku mual seperti teraduk. Kepalaku pusing dan berat, tubuhku terasa aneh. Sedikit mengantuk.

Lantai marmer yang kupijak terasa seperti lunak, meja yang kusentuh seperti lembek. Mendadak rasanya ingin tertawa, lalu tiba-tiba aku sedih dan ingin menangis. Sesaat kemudian aku merasa seperti berada di sebuah labirin dan aku terperangkap di dalamnya.

Aku berlari, bernapas terengah-engah, dan Aljabar berada di hadapanku, aku meraih tubuhnya, mencium bibirnya dalam-dalam memeluknya begitu erat.

Aku tidak ingin melepasnya. Dan dia menyambutku dengan hangat, sejenak aku merasa sangat bahagia dan beban ini terlalu ringan di pikiran. Sampai aku merasa tubuhku sulit bergerak.

Tidak tahu apa yang terjadi malam itu, banyak potongan-potongan ingatan yang masih berada di kepala. Namun, sebagian lainnya hilang. Seperti puzzle yang tidak lengkap. Aku tidur di kamar lamaku, kamar yang kurindukan.

Siapa yang membawaku pulang semalam? Kemana Aljabar yang semalam begitu hangat kepadaku? Dan benarkah Aljabar yang membawaku pulang ke rumah ini?

Aljabar, kamu kah itu?

*****

Mencoba mengingat-ingat siapa yang membawaku pulang malam itu, dan hal yang tertinggal di ingatan adalah Aljabar yang menggendong dan menyelimuti tubuhku semalam, tapi kemana dia pergi?

Aku menghambur keluar, masih dengan celana pensil dan kaos gambar kartun karakter Doraemon yang kupakai semalam. Sempat berpapasan dengan Wulan di dekat meja dan hendak berjalan menuju kamarnya.

"Dek, Kak Al, semalem ke sini, kan? Kemana dia sekarang?"

"Aku nggak tau, Mbak. olang aku udah tidul dali jam setengah sembilan," ucapnya dengan suara cadel khasnya.

"Eh... sundalnya Mama udah bangun, gimana tidurnya? Nyenyak?" celetuk Arlan yang sedang mengambil air dari lemari pendingin. Nadanya sangat sinis, membuatku muak, apakah dia orang suci bisa terus memakiku sesuka hatinya?

Aku menunduk, tidak berani menatap mata Arlan yang sudah pasti menatapku penuh kebencian. Dia mendekat padaku setelah meneguk air dari botol di lemari es. Bersedekap dan berdiri angkuh di hadapanku.

"Masuk kamar, Wulan! Kamu harus belajar jadi anak baek-baek, jangan jadi sampah!"

Wulan mengangguk patuh, lalu pergi.

"Al selingkuh? Sukurin!" ucapnya sadis.

Aku hanya diam, berusaha untuk meredam sakit hati.

"Dan ngapain mabok-mabokan? Mau jadi apa? Kimcil? Alasan patah hati kamu yang jadi kambing hitamnya? Emang kamu punya hati, kok masih patah?"

"Kakak nggak berhak ngomong kayak gitu!" Jawabku tidak terima dengan kalimat yang Kak Arlan lontarkan.

PLAK!

Aku memegangi pipiku yang memerah.

Lagi?

Untuk yang kesekian kali Kak Arlan memukulku!

Adilkah ini untukku?

"Apa sih salah Ata sama Ka---?"

PLAK!

Panasnya tamparan kembali menyalami pipiku lagi sebelum aku selesai dengan kalimatku.

"Contoh tuh, Wulan. Anaknya Papa, adik aku tuh. Nggak kayak kamu. Bisanya cuma bikin malu keluarga doang. Anak haram!" Dia menunjuk-nunjuk wajahku dengan tatapan penuh kebencian.

Apa tadi?

Apa aku salah dengar?

Anak haram katanya?

Apa aku sehina itu di matanya hanya karena aku anak dari hasil perselingkuhan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   96. EPILOG

    TIGA TAHUN KEMUDIAN...Abraham POV*****"Kamu... bukan Rassi...” kataku lirih, melemah, terduduk lunglai di lantai. Bersandar pada dinding ruangan gelap itu.Kedua rahangku kembali mengeras. Menahan sesak yang kian menjadi-jadi.Aku menggigit bibir bagian bawah, sekadar berusaha menahan genangan air di kelopak mataku supaya tidak jatuh membanjiri pipi.Jelas, aku tak ingin terlihat cengeng dihadapan wanita ini. Meski aku harus mengakui kekeliruanku selama ini, kalau wanita yang kini berdiri di hadapanku ini, bukan, dia bukan Rassiku.Wanita ini bukan istriku...*****Jakarta, Sepuluh Tahun SilamAku terdiam saat berbicara. Aku terhenti saat berjalan. Seperti ketika aku melewati taman-taman surga. Walau mata ini tertutup, tapi dia tetap terlihat. Bahkan ketika mata ini terbuka, seketika senyumnya menyambut tanpa jeda, membuatku lupa bagaimana cara untuk berkedip. Tingkah manjanya membuatku merasa menjadi satu-satunya pria paling perkasa, karena aku satu-satunya pria yang bisa melindun

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   95. AKHIR SEBUAH KISAH

    Tak ada yang pernah menyangka jika Rassi Pramudita adalah anak dari salah satu pengusaha ternama di New York.Ayahanda Rassi adalah orang Indonesia yang sudah lama menetap di New York dan menjadi warga negara Amerika Serikat, sementara Ibunda Rassi sendiri merupakan wanita keturunan Korea Selatan.Paras cantik Rassi diturunkan dari sang Ibu yang awalnya berprofesi sebagai aktris ternama di Korea, namun dia pensiun sejak memutuskan untuk menikah dengan Ayah Rassi.Tidak mendapat persetujuan keluarga, itulah yang menjadi penyebab Ayah Rassi pergi ke luar negeri dan memulai karirnya sebagai pebisnis dari titik nol di New York.Siapa sangka, keuletan dan ketekunannya membuahkan hasil yang sangat memuaskan.Sementara alasan mengapa Rassi dan Rissa bisa terpisah, itu semua karena ulah seorang lelaki bernama Mo Seo Jin yang merupakan fans garis keras Ibunda Rassi.Mo Seo Jin kecewa karena idolanya pensiun dari dunia perfilman dan memilih untuk menjadi Ibu Rumah tangga biasa sehingga lelaki i

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   94. WANITA BERNAMA RISSA

    Sesampainya Atama dan Aljabar di kediaman mereka, hal tak terduga mengejutkan keduanya saat sosok Chelsea yang tiba-tiba berlari ke arah Aljabar di pintu masuk dengan senyuman yang merekah di wajah imutnya."Papa... Elsi kangen Papa..." ucap Chelsea yang langsung berhambur memeluk Aljabar."Chelsea? Kamu..." ucap Atama bingung saat tiba-tiba Arlan dan Althair diikuti Lyra dan Rama ikutan menghampiri mereka di ambang pintu utama."Chelsea baik-baik aja, Ata! Lagian sih, lo nggak angkat telepon gue!" ucap Arlan saat itu setengah berteriak."Ini, gimana bisa?" Tanya Atama yang masih saja bingung, meski dalam hati dia sangat senang."Chelsea itu udah lama kabur dari Abraham. Dan selama itu juga dia hidup terlunta-lunta sendirian di luar sana. Untungnya ada temen gue yang nemuin Chelsea." ucap Arlan setelahnya."Alhamdulillah, syukur kalau begitu? Aku harus cepet telepon Lexi, dia pasti senang mendengar kabar ini," balas Atama yang lekas mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya."Elsi nggak m

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   93. MEMENDAM KECEWA

    Setelah Atama memberitahu Lexi bahwa dia sendiri pun tidak mengetahui di mana kini Abraham menyekap Chelsea, lalu tak lama, wanita itu mendapati pesan masuk yang dikirim dari nomor tak dikenal, di mana nomor tersebut mengaku bahwa dia adalah Abraham.Lelaki itu mengancam Atama juga Aljabar akan membunuh Chelsea jika mereka tak datang ke lokasi di mana Abraham berada.Tak mau membuang waktu, Atama dan Aljabar pun melaporkan ancaman itu pada pihak kepolisian, selain itu, mereka juga melibatkan Lexi dalam pemecahan masalah kali ini.Hingga akhirnya, setelah mereka semua berembuk, Atama dan Aljabar pun menyanggupi permintaan Abraham.Keesokan malamnya, mereka benar-benar mendatangi lokasi yang alamatnya diberikan Abraham pada mereka.Arlan yang awalnya ingin ikut tak diizinkan oleh Nando karena kondisi kesehatan Arlan yang memang belum sepenuhnya membaik.Menahan kesal, Arlan hanya bisa menatap kepergian iring-iringan kendaraan Aljabar, Lexi dan pihak kepolisian yang meninggalkan pelatara

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   92. SAMPAI TITIK DARAH PENGHABISAN

    Mungkin, semua manusia di dunia ini pernah mengalami sebuah kejadian yang dinamakan kebetulan.Ya, kebetulan.Kebetulan yang pada akhirnya kembali mempertemukan sepasang insan manusia yang saling jatuh cinta.Semua yang terjadi seperti mimpi bagi Aljabar saat tatapannya yang tanpa sengaja tertuju ke arah sebuah motor yang melaju perlahan di sisi kendaraannya.Saat itu, Aljabar sedang berada dalam perjalanan menuju Bandung untuk menemui Ibu Marfuah. Kepergiannya ditemani Nando dan pihak kepolisian.Sesosok wanita bergaun hijau yang duduk diboncengan motor terlihat tidak asing, sehingga Aljabar pun menajamkan penglihatannya.Dan saat itulah, dia pun tersadar bahwa wanita itu adalah Atama, istrinya yang hilang satu minggu ini.Menepuk cepat bahu Nando yang mengendarai mobil, Aljabar berteriak panik."Nan, berhenti Nan! Berhenti! Hadang motor itu, Nan! Itu Atama, Nando! Itu Atama," ucapnya dengan telunjuk yang mengarah ke motor di sisi kendaraannya.Nando pun bergerak cepat mengikuti inst

  • KUUBAH IDENTITAS DEMI DENDAM PADA SUAMIKU   91. MELARIKAN DIRI

    Hari ini, Mami Keke dikejutkan dengan kabar hilangnya Ratu dari rumah sakit.Salah satu anak buahnya tersebut melarikan diri saat pengawasan rumah sakit sedang berkurang, terlebih saat Andra, yang merupakan salah satu bodyguard Mami Keke yang ditugaskan sang gremo menjaga Ratu sedang lengah.Masih dengan seragam rumah sakit yang dia kenakan, Ratu berjalan tertatih saat luka tembak di perutnya belum sepenuhnya pulih.Ratu harus lekas pulang ke kostannya untuk mengambil barang pribadinya sebelum dia pergi jauh dari kota ini.Setelah menjalani perawatan intensif pasca kejadian penembakan itu, Ratu terus berpikir bahwa dia tak ingin lagi kembali pada profesinya sebagai pelacur.Ratu ingin berhenti dari pekerjaan kotor itu dan mulai menata kehidupannya yang baru.Meski sampai detik ini, dia belum tahu kemana dia harus pergi.Dan mengenai alasan mengapa Ratu tiba-tiba berpikir seperti ini, itu semua tak lepas dari perasaan yang dia miliki terhadap Arlan sejauh ini.Ratu sadar sampai kapan p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status