Ketika serangan keempat pengawal bertemu dengan tapak Mo Tian, sebuah bunyi ledakan energi yang tidak terlalu besar terjadi dan membuat pandangan semua mata pengunjung yang berada di Penginapan Salju Beku itu menoleh ke satu titik.
Keempat pengawal dari Nona Muda Kota Luanli bernama Kiu Jue yang memiliki kultivasi Ranah Dewa Bumi Tahap Akhir terdorong mundur beberapa langkah sehingga membuat mereka terkejut. Ekspresi wajah keempatnya menjadi begitu serius ketika merasakan betapa kuatnya iblis muda rupawan di depan mereka ini, padahal dari kultivasi yang mereka rasakan pemuda itu hanyalah berada di Ranah Dewa Bumi Tahap Awal saja. "Apa yang kalian mau, hah? Aku datang ke kota ini hanya ingin beristirahat setelah perjalanan panjangku tanpa membuat hal salah sedikitpun. Apa kalian benar-benar akan membuat masalah ini menjadi besar hanya karena sebuah lelucon tidak berguna dari iblis wanita buruk rupa itu?" Mo Tian berkata dengan dingin serta sedikit merembeskan Niat Membunuh yang dimilikinya. Nona Muda Kiu Jue semakin dibuat marah oleh ucapan yang terlontar dari mulut iblis muda yang rupawan itu. Selama ini dia selalu mendapatkan perlakuan khusus dan perhatian baik dari semua iblis yang datang di kota ini tanpa ada satupun di antara mereka yang berani melawannya terlebih mengucapkan kata-kata buruk terhadap dirinya. Hal itu terjadi karena ayahnya adalah Walikota Kota Luanli ini yang memiliki kultivasi di atas Ranah Dewa Langit. Keangkuhannya yang selama ini tidak dapat dibendung oleh siapapun kali ini benar-benar dipatahkan oleh seorang iblis muda yang tidak diketahui asal-usulnya. Tentu saja sebagai seseorang yang terbiasa diselimuti oleh kebanggaan dan kesewenangan Nona Muda Kiu Jue tidak akan terima. "Bajingan! Kau berani menghina Nona Muda ini! Kau hanya akan mati dengan sengsara, bocah! Pengawal, bunuh dia untukku!" Teriak Nona Muda Kiu Jue dengan lantang. "Baik, Nona Muda!" Angguk keempat pengawalnya dengan patuh lalu masing-masing diantara mereka mulai mengerahkan kekuatan penuh untuk menghadapi iblis muda tampan di depan mereka. "Sungguh tidak masuk akal!" Geram Mo Tian sembari mengeluarkan sebilah pedang pusaka tingkat hitam yang dia beri nama Pedang Langit Malam. Mo Tian juga mengerahkan kekuatan penuhnya di ranah Dewa Bumi Tahap Awal dan berniat untuk membunuh mereka semua. itu karena dirinya begitu kesal dengan sikap para iblis idiot ini yang tidak memberikannya kesempatan untuk beristirahat setelah menempuh perjalanan panjang dari kediaman terpencil Kakek Mo Lee. Namun sebelum pertarungan itu benar-benar terjadi, seorang pria paruh baya dengan ranah kultivasi Dewa Langit Tahap Akhir tiba-tiba muncul menghentikan mereka. "Tuan-tuan sekalian! Jika kalian ingin bertarung maka bertarunglah di luar! Aku tidak ingin penginapan ini hancur karena terdampak oleh pertarungan kalian!" Kata pria paruh baya itu yang nyatanya adalah pemilik dari Penginapan Salju Beku. Mo Tian mengerutkan keningnya ketika pemilik penginapan nyatanya tidak sepenuhnya menghentikan dirinya untuk bertarung. Sebagai seseorang yang saat ini menjadi pelanggannya, harusnya pria paruh baya tersebut membelanya dan mengusir iblis iblis tidak berguna ini. Ya, mungkin hal itu disebabkan oleh sosok Nona Muda Kiu Jue yang berada di antara mereka dan terlibat dalam permasalahan yang ada. Sang pemilik penginapan tentu saja tidak akan secara terang-terangan berani menghentikan tindakan wanita iblis berupa itu mengingat identitasnya sebagai putri satu-satunya dari sang walikota. Wajah Nona Muda Kiu Jue menjadi semakin buruk saja ketika tiba-tiba pria paruh baya itu muncul diantara para pengawal dan juga iblis muda rupawan yang memiliki kata-kata menyakitkan hatinya tersebut. Dia ingin protes dan memakinya namun mengingat pemilik penginapan ini juga berteman baik dengan ayahnya dan termasuk dalam salah satu jajaran pilar Kota Luanli, dia pun hanya diam dan pergi meninggalkan penginapan. Mo Tian yang sebenarnya tidak ingin masalah tersebut dibesar-besarkan, dia ingin menghentikan pertarungannya. Namun melihat tatapan pria tua pemilik Penginapan Salju Beku yang menyiratkan bahwa jika dirinya tidak menyelesaikan masalah yang sudah terlanjur timbul dengan Nona Muda Kiu Jue maka hidupnya tidak akan dapat tenang di Kota Luanli ini. Hingga pada akhirnya, Mo Tian pun ikut keluar untuk melanjutkan pertarungannya yang terjeda. Mo Tian berniat akan menyelesaikan pertarungan ini dalam waktu secepat-cepatnya serta membunuh Nona Muda Kiu Jue yang buruk rupa itu lalu pergi meninggalkan Kota Luanli untuk menghindari pengejaran yang merepotkan. Orang-orang yang sebelumnya berada di dalam Penginapan Salju Beku juga ikut keluar karena ingin menyaksikan pertarungan yang akan melibatkan Nona Muda Kiu Jue yang memang sejak awal sudah terkenal akan sikapnya yang berlebihan di Kota Luanli. Mo Tian menatap ke arah empat pengawal Kiu Jue dengan tajam lalu tanpa sedikitpun aba-aba dirinya melesat dengan cepat bagaikan kilat menebaskan pedangnya. Tidak lupa juga dia menggunakan kemampuan berpedangnya yang telah mencapai pemahaman tertinggi dalam serangan tersebut. Bisa dikatakan bahkan jika itu adalah Ranah Dewa Langit Tahap Akhir sekalipun akan dapat terbunuh kapan saja jika mendapatkan serangan ledakan yang begitu kuat seperti ini. Apalagi yang dihadapi oleh Mo Tian saat ini hanyalah para Ranah Dewa Bumi Tahap Akhir dan untuk Nona Muda Kiu Jue sendiri hanyalah berada di Ranah Dewa Biasa Tahap Awal, dia seperti semut saat ini di mata Mo Tian. Sraiing! Swoooosshh... Jresssss... Energi pedang yang tercipta akibat tebasan pedang Mo Tian tanpa dapat dihalangi langsung memotong tubuh kelima orang tersebut yang membuat mata mereka melotot sempurna karena tidak percaya nasib mereka akan habis di detik ini juga. Mereka semua awalnya hendak melakukan pergerakan menahan serangan, namun karena kecepatan dari musuh yang terlalu melampaui batas kekuatan mereka, hingga pada akhirnya kematian lah yang lebih mendahului. Nona Muda Kiu Jue tentu saja adalah orang yang paling tidak percaya dengan kejadian yang menimpanya ini. Perasaannya menjadi sedikit berkecamuk dan dipenuhi penyesalan karena telah memprovokasi iblis muda yang rupawan namun tidak memiliki rasa takut sedikitpun dengan identitas yang dimilikinya. Mo Tian yang melihat bahwa serangannya telah sukses membunuh semua musuh segera menghilang dari tempat tersebut meninggalkan puluhan bahkan sampai ratusan pasang mata yang menyaksikannya dalam suasana yang begitu hening. Setelah hampir 3 menit berlalu barulah salah satu di antara para iblis yang menonton pertarungan singkat Mo Tian dan Nona Muda Kiu Jue serta para pengawalnya tersadar seraya berseru lantang penuh provokatif, "Oh tidak! Dia benar-benar membunuh Nona Muda Kiu Jue dan empat pengawalnya dengan tanpa ampun. Ini adalah berita besar! Dengan ini Walikota Luanli pasti akan marah besar dan menyiapkan bounty yang sangat luar biasa untuk kepala pemuda itu! Semuanya, ayo kejar dan tangkap iblis muda rupawan itu!"Tuan Muda Yui Cheng hanya bisa menggelengkan kepala serta menghela nafas panjangnya ketika melihat ekspresi wajah dari iblis muda yang mengenakan topeng separuh wajah di hadapannya.Dia mungkin bisa menganggap bahwa pemuda itu benar-benar telah gila karena ingin menuju suatu tempat di mana tempat tersebut justru hanya akan menjadi kuburannya. Setor mati saja, jika dalam pembahasaan gampangnya. Tuan Muda Yui Cheng tidak lagi membicarakan hal-hal yang berkenaan dengan Makam Sejuta Pedang ataupun membujuk iblis muda di depannya agar tidak mendatanginya. Dia merasa akan sangat sia-sia saja. Namun dalam hatinya ada sedikit harapan yang timbul agar pemuda gila ini akan selamat seperti halnya sang jenius sejati di seluruh Alam Neraka alias Yang Mulia Kaisar Iblis, Mogui Tufui.Selesai dengan hidangan yang disajikan, Mo Tian kemudian pamit undur diri kepada Yui Cheng dengan alasan ingin beristirahat, karena merasakan sedikit kelelahan akibat melakukan latihan bersama dengan Patriark Yui Qui
Di Klan Yui.Mo Tian yang tidak tahu dengan rencana Patriark Klan Wen serta putranya Wen Danye yang akan melakukan hal sama dengan apa yang dilakukan oleh Patriark Yui Qui ketika dirinya berkunjung ke Klan Wen suatu hari nanti saat ini sedang menikmati jamuan mewah yang disuguhkan oleh Tuan Muda Yui Cheng.Mo Tian sama sekali tidak sungkan dan memakan semua jamuan itu dengan sangat lahap. Baginya, makan-makan merupakan hal penting sekaligus menyenangkan, meski sebenarnya bagi tingkatan kultivator yang telah mencapai Ranah Dewa Raja Tahap Akhir sepertinya dapat tidak makan sampai waktu tak terbatas lagi masih ada energi Qi di tempat yang dia pijaki."Senior Mo Tian, jika saya boleh tahu, ke manakah senior akan pergi setelah dari klan kami?" Tuan Muda Yui Cheng mencoba bertanya dan mengakrabkan diri dengan iblis muda yang begitu kuat di depannya itu."Emm.. Sebenarnya aku sedang dalam perjalanan menuju ke Kekaisaran Iblis atau lebih tepatnya Makam Sejuta Pedang. Jadi, aku hanya ingin me
Patriark Yui Qui sadar betul dengan kekuatan yang dimiliki oleh iblis muda bertopeng separuh wajah di sampingnya ini. Bahkan, setelah dia mengerahkan seluruh kekuatannya yang telah mencapai kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Menengah, pemuda ini masih saja sanggup mengimbanginya serta teknik pedang yang dimilikinya benar-benar terlalu mengerikan. Patriark Yui Qui masih ingat dengan jelas ketika pemuda ini hendak menebaskan pedangnya ke arah lehernya dibatalkannya sehingga pria paruh baya yang menjadi salah satu entitas terkuat di Kota Yunluo terselamatkan. Lalu bagaimana mungkin para tertuanya yang hanya berada di tingkatan di bawah kultivasinya dapat mengalahkan sosok semengerikan ini? Itu benar-benar sangat mustahil di dalam penilaian Patriark Yui Qui. Yang ada, mereka semua pasti akan dibantai habis oleh Mo Tian jika dirinya merasa tersinggung. Beruntungnya ayah Yui Cheng atau Patriark Yui Qui tidak bertindak impulsif sejak awal kepada pemuda ini sehingga menghindarkan dari sesuat
Wush!Bammmm!Bammmm!Mo Tian dan Patriark Yui Qui sama-sama terpental mundur akibat ledakan pertemuan antara dua jurus terkuat. Keduanya terlihat imbang dalam segala aspek dan hal ini tentu saja mengejutkan salah satu orang paling kuat di Kota Yunluo itu."Cukup, temanku!" Patriark Yui Qui dengan cepat berbicara seraya mengangkat tangannya menghentikan Mo Tian yang telah bersiap untuk melakukan serangan selanjutnya menggunakan jurus terkuat lainnya."Oh..? Apakah disini anda menyerah, Patriark Yui?" Mo Tian bertanya dengan seringai tipis terpancar dari sudut bibirnya."Ha-ha-ha.. Tentu saja tidak, teman Mo Tian! Aku tidak mungkin kalah darimu yang hanya memiliki kekuatan Ranah Dewa Raja Tahap Akhir!" Patriark Yui Qui menjawab sembari tertawa terbahak-bahak. Namun dalam hatinya dia mengakui bahwa kekuatan pemuda bertopeng di hadapannya ini benar-benar sangat luar biasa menakutkan karena dapat mengimbangi dua tahapan tingkatan kultivasi. Hanya mereka yang dianggap sebagai monster atau
Tempat latih tanding antara Mo Tian dan Patriark Yui Qui memang telah dilindungi oleh susunan formasi array yang sangat kuat. Namun, hal itu masih saja tidak dapat menyamarkan dari suara dentuman yang sangat keras disertai sebuah getaran yang melingkupi dihampir keseluruhan wilayah mansion Klan Yui.Kepanikan tentu saja terjadi dan semua orang mengira bahwa terjadi sebuah penyerangan di kediaman keluarga Yui. Bahkan Yui Cheng yang sebelumnya mengantarkan Mo Tian untuk menghadap kepada sang ayah ayahnya melakukan suatu hal yang sependapat dengan Yui Gong hingga terpantik lah sebuah perseteruan yang berujung pada pertarungan.'Apa ayah lebih memilih mengambil pendapat iblis tidak masuk akal itu daripada putranya sendiri?' Yui Cheng bergumam dalam hatinya dan merasakan kekecewaan kepada sang ayah karena setelah menyerang dermawannya.Di tempat salah satu Tetua Klan Yui, Yui Zo dan Yui Gong yang sedang berbicara beberapa hal di kejutkan dengan suara dentuman keras dan getaran hebat. Kedua
"Salam, ayah!" Yui Cheng memberikan salam sembari menangkupkan kedua tangan dan membungkukkan badan kepada sosok pria paruh baya yang sedang duduk di gazebo taman belakang kediaman Patriark."Salam, Patriark Yui!" Mo Tian juga melakukan hal sama namun sama sekali tidak membungkukkan badannya."Hmm.. Yui Cheng, kau boleh pergi! Ayah ingin berbicara empat mata dengan dermawan mu ini. Tuan Muda Mo Tian, silakan duduk bersamaku! Aku telah menyiapkan teh galaxy untuk kita nikmati bersama!" Patriark Yui Qui berkata dengan sangat ramah."Baik, ayah!" Yui Cheng menurut dan pergi."Terima kasih, Patriark Yui!" Sedangkan Mo Tian dengan tanpa sungkan langsung duduk di tempat yang dipersilahkan oleh sang Patriark Yui.Mo Tian dengan santai menyeruput teh galaxy itu hingga sudut bibir Patriark Yui Qui terangkat sedikit. Dia cukup kagum dengan pemuda bertopeng separuh wajah ini karena masih begitu tenang meskipun sebenarnya sejak awal dia telah mengumbarkan aura kultivasi Ranah Dewa Kaisar Tahap Me