LOGIN"Arjuna, Ariana, kalian udah pulang, kok tumben telat? "
Seorang wanita paruh baya dengan wajah agak pucat dan mengenakan celemek berjalan ke luar dari dapur, menyambut Arjuna dan Ariana dengan senyuman. Dia adalah Ranti, Ibu kandung Ariana dan Yaya, Arjuna memanggilnya Bibi Ranti. Ranti adalah teman SMA ibu kandung Arjuna, ada berbagai kisah di antara keduanya, namun tidak perlu diutarakan. "Ibu, kami ke supermarket bentar tadi, " jawab Ariana sambil menunjukkan dua plastik berisi berbagai macam kebutuhan dapur. "Banyak sekali, ada daging, sayur, buah... Kalian dapat uang dari mana? " Ranti melihat plastik yang berisi banyak kebutuhan dapur, lalu melihat karung beras yang dipegang Arjuna, dia bertanya sambil menatap putrinya dan Arjuna dengan tatapan terkejut. "Bukankah Ibu tahu Kak Arjuna menang sepak bola bulan kemarin? Dia dapat bonus 1 juta dari itu, " jawab Ariana tersenyum, ada sedikit kebanggaan di kedua matanya. "Benarkah? Tapi Arjuna, kamu tidak perlu repot-repot, harusnya uangmu itu kamu tabung buat kuliahmu, pamanmu masih sanggup kok memenuhi kebutuhan kalian makan," kata Ranti tersenyum masam. "Tidak apa-apa, bibi. Kamu dan paman sudah baik dan merawatku selama enam tahun, ini balasan kecil dariku, sekali-kali meringankan beban paman, " hibur Arjuna sedikit tersentuh. Lalu dia melanjutkan, "Untuk kuliah, bibi tidak perlu khawatir. Aku sudah punya beasiswa." Ranti yang mendengar ini sangat tersentuh. Pada saat yang sama dia sangat sedih dengan pengalaman hidup Arjuna, anak temannya ini. Berikutnya, Arjuna dan Ariana pergi ke dapur meletakkan barang belanjaan. Yaya juga datang, dan Arjuna memberikannya sneak kesukaannya. "Kak Juna, minjem ponselmu dong..., " dengan mata penuh harap, Yaya memohon. "Nih..., " dengan ekspresi tak berdaya, Arjuna mengeluarkan ponselnya yang hasil dari tabung kerja selama 1 tahun, dan menyerahkannya ke Yaya. Karena masalah umur, Yaya tidak diperbolehkan memiliki ponsel pribadi. Tentu saja, alasan lain yang lebih utama, karena Ranti dan suaminya belum punya uang. Ariana punya ponsel pribadi juga hasil nabung uang saku sekolah, dan tambahan dari Arjuna. "Yey! Terima kasih, kak Juna. Ada kuotanya kan?" "Ada banyak, pake lah sepuasnya." "Hehe, Yaya mau nyoba main game HOL, teman kelas rame banget main ini. " "Yaya, jangan main di rank, awas aja kalau main di mode itu. "Yaya ngerti, kakak, la la la..., " sambil bernyanyi, gadis SMP itu berjalan ke kamarnya dengan sneak makanan di pelukan dan ponsel di tangan. Wajahnya terlihat sangat gembira. "Kamu terlalu memanjakannya, " bisik Ariana dengan bibir mengerucut. "Apakah salah memanjakannya?" tanya balik Arjuna heran. Gadis ini, cemburu? "Hmph!" Ariana mendengus mendengar balasan Arjuna, sambil menghentakkan kaki, gadis itu pergi ke kamarnya dengan kesal. Arjuna yang melihat ini menggaruk kepalanya seperti laki-laki naif, lalu dia mengangkat bahu, dan berjalan ke dispenser untuk mengambil minum. "Arjuna, beasiswa yang kamu sebutkan itu, apa berasal dari wanita kaya yang sering mengunjungimu? " Ranti tidak bisa tidak bertanya dengan penasaran. "Eh, ya, begitulah bibi, " setelah minum, Arjuna membalas dengan senyum canggung. Jelas, dia tidak ingin membahas topik ini. Setelah insiden perampokan bank, Arjuna yang sempat terluka dan hampir mati karena demam selama 10 hari terus didekati oleh Lisa. Dia juga sedikit aneh, mengapa wanita kaya yang punya kekayaannya puluhan miliar jatuh cinta padanya hanya karena dirinya bertindak sebagai pahlawan. Hati wanita benar-benar rumit. Setelah mengobrol dengan bibinya, Arjuna kembali ke kamarnya yang berada di sebelah kamar Ariana. Sebelumnya, kamar Arjuna adalah gudang sederhana, tapi Taryo, ayah Ariana, mengubahnya menjadi kamar untuknya. Meski tidak besar atau luas, tapi cukup bagi Arjuna untuk tidur, olahraga lantai, dan belajar. "Buka panel properti, " kata Arjuna dalam hati. "Ting! " sambil berbaring di kasurnya yang kusut dan sudah mengeras, Arjuna mendengar bunyi leting di benaknya, dan segera, layar biru yang menampilkan datanya muncul di matanya. (Sistem Dewa Opsi) {Host: Arjuna} {Kekuatan: 13 {10 Rata-rata pria dewasa normal}} {Kesehatan: 11{10 Rata-rata manusia biasa}} {Skill Bertarung: Tinju Kaisar Naga(tingkat pertama) } {Penyimpanan Sistem: uang tunai 100.000, pill pencuci sum-sum tulang, pill pembuka vena darah} "Hm? Sepertinya aku harus menghancurkan geng Zekro Harimau nanti malam agar bisa mendapatkan hadiah opsi kedua sebelumnya," gumam Arjuna dengan tajam, napasnya terasa berat. Seolah sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Opsi kedua sistem sebelumnya memerintahkan dia untuk menghabisi seluruh preman dan menghancurkan geng mereka pada malam hari. Baru saja dia menuntaskan bagian pertama, dan sistem kini menyampaikan bahwa perasaan Ariana menjadi lebih baik padanya. "Ngomong-ngomong, Sistem," tanya Arjuna penasaran, "bukankah ada cara untuk melihat tingkat perasaan wanita?" Suasana hatinya seketika menjadi harap-harap cemas. "Ting! Host belum memiliki wanita dengan perasaan penuh. Setelah tuan berhasil mendapatkan hati seorang wanita, panel cinta akan terbuka dan tuan kemudian dapat melihat tingkat perasaan wanita itu," sahut suara mekanik di dalam pikiran Arjuna, begitu lugas dan dingin, menyisakan kegundahan di hati Arjuna. Arjuna sedikit terdiam mendengar jawaban sistem. Dia berharap sabtu akan segera datang. "Sistem, keluarkan pill pencuci sum-sum tulang," ucap Arjuna. "Ting! " Segera, tepat di depan hidung Arjuna, pill bewarna putih yang memancarkan cahaya emas dan aroma harum yang kuat muncul. Arjuna meraihnya, dan kemudian duduk sambil menyandarkan punggungnya ke dinding. "Pasti sakit, " gumam Arjuna, lalu melemparkankan pill pencuci sum-sum tulang itu ke mulutnya. Setelah menelannya, mata Arjuna kemudian melebar. Crack! Terdengar suara retakan di tubuh Arjuna! "Ting! Sistem menyarankan tuan untuk segera menggunakan metode kekuatan batin untuk meminimalisir rasa sakit. " Arjuna yang tulangnya seakan-akan sedang dihancurkan oleh palu godam tidak mendengar saran dari sistem. Dia langsung terjatuh ke kasurnya, dan pingsan. Di kamarnya, Ariana terperanjat tak menyadari bahwa Arjuna pingsan di luar sana. Mengenakan kaos polos putih dan celana pendek, gadis itu duduk bersila di tempat tidur, bak peri dalam dongeng. Paha mulusnya terbuka indah di pandangan, rambutnya terurai tanpa ikatan, sementara bibir mengerucut menciptakan aura halus dan lembut. "Adik junior, sepertinya kamu sudah jatuh hati pada kakak angkatmu itu, ya?" Suara menggoda itu membuat Ariana terbangun dari lamunannya tentang Arjuna. Wajahnya langsung memerah, bagai mentari pagi yang bersinar. "Sudah pasti, terlihat jelas tadi saat adik junior cemburu dengan wanita sebelumnya, bahkan adik perempuannya sendiri." "Hehe, sepertinya musim cinta sudah tiba di hati adik junior." Dua suara menggoda kembali terdengar, membuat Ariana semakin bingung dan malu. Matanya sembunyi dalam kilatan yang penuh harap, seakan berbicara tentang rasa yang terpendam dan misterius, mengungkapkan keinginan yang begitu kuat dalam hati yang tak mampu dibendung lagi. Dia membalas dalam hati dengan malu, " Dua kakak senior, berhentilah menggodaku. "Ya ya, kakak senior Valiza ni memang suka menggombal, banyak laki-laki di sekte yang galau karenanya. Adik junior, kamu harus hati-hati dengannya." "Bunga, sepertinya kamu ingin bertarung denganku, ayo gelut sekarang! " "Hei! Kita sama-sama dalam bentuk jiwa, dan sama-sama tidak memahami teknik pertarungan jiwa, apa yang mau digelutkan?" "Kamu berisik! Sinilah! " Mendengar dua wanita di alam kesadarannya mulai ribut, Ariana buru-buru melerai, " Dua kakak senior, berhentilah bertengkar, aku ingin bertanya tentang kakak laki-lakiku, Arjuna. Aku dengar tadi kakakku meneriaki tinju Kaisar naga, apakah teknik itu, dua kakak senior mengetahuinya?" Dua jiwa di kesadaran Ariana adalah rahasianya. Valiza dan Bunga. Dua wanita yang tewas dan hampir terbunuh sepenuhnya kala perang antar sekte 100 tahun lalu.Setengah jam kemudian. "Belajar yang rajin ya, adikku yang cantik!" Arjuna melambaikan tangan kepada Yaya yang berjalan menuju sekolah. Senyum lebarnya terpatri di wajah. Melihat lambaian Arjuna, wajah Yaya memerah, pipinya panas, dan langkahnya semakin cepat. Pikirannya dipenuhi rasa malu dan gugup mengenai percakapan yang terjadi di dapur tadi pagi. 'Aku, akan jadi istri kak Arjuna?' Yaya merasa malu. Dia terkejut mengetahui bahwa ayahnya mendapat modal usaha dari kakak angkatnya itu, dan sebagai gantinya, di masa depan, dia harus menjadi istrinya. Saat ini, perasaannya bercampur baur. Dia sangat menyukai Arjuna, namun mustahil baginya untuk membenci kakak angkatnya itu. Meskipun Arjuna sering menjahilinya, Yaya tidak benar-benar membencinya. Ketika ada yang mengganggunya di sekolah, Arjuna selalu menjadi orang pertama yang datang untuk melindunginya. Sebagai se
Pukul 14:00. "Dari mana aja? " Baru saja pulang dari rumah Lisa, Arjuna langsung dihadang oleh Ariana yang sudah menunggunya di kamar. Gadis itu mengenakan seragam olahraga, pelipisnya berkeringat. Dia memeluk dadanya sambil menatap Arjuna dengan tatapan tajam. Suaranya datar namun sarat dengan aura interogasi. Tadi malam, kakak angkatnya itu tidak ada di kamarnya, dan Ibunya menyebut bahwa dia akan menginap di rumah temannya. Namun, Ariana tidak pernah percaya alasan yang diberikan Arjuna. Dia yakin kakak laki-lakinya itu pasti menghabiskan malam dengan wanita kaya tersebut! "Emm... Nana, kenapa kamu ada di kamarku?" Arjuna bertanya dengan ekspresi keheranan, tanpa rasa panik. "Jangan coba mengalihkan topik, kakak durjana. Dari mana kamu baru saja datang? Apa kamu bersama wanita itu?" Ariana mendekat ke Arjuna sambil mengendus dengan hidung kecilnya. Memang benar, dia mencium a
Lisa baru saja menuruni tangga dari lantai dua ketika ia melihat putri angkatnya, Risa, berlari ke arahnya sambil menangis terisak-isak. Ekspresi Lisa segera berubah, wajahnya dipenuhi kecemasan."Risa, kenapa kamu menangis?" tanyanya dengan suara terkejut, menghampiri Risa dengan langkah cepat. "Ibu angkat!" Risa berlari ke arah Lisa dan memeluknya erat, air matanya mengalir tanpa henti, yang padahal hanyalah drama."Uuu! Brengsek itu menyakitiku!" Sambil memeluk Lisa, Risa menunjuk ke arah Arjuna yang baru saja memasuki Villa dengan langkah santai, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Ekspresi Risa penuh dengan amarah dan rasa malu."Arjuna, apa yang kamu lakukan pada Risa? Kamu membuatnya menangis?" Lisa menatap Arjuna dengan heran dan kecurigaan.Sejak kapan lelaki kecilnya ini terlibat dalam konflik dengan putri angkatnya?"Tante, jangan percaya omong kosongnya. Itu fitnah! Dia yang memulai," jawab Arjuna dengan santai sambil
Malam pukul 19:00.Arjuna, yang memakai kaos hitam berlengan pendek dengan gambar naga megah di punggung dan celana training putih, tegak di depan gerbang villa mewah milik Lisa.Kedatangannya yang penuh tekad itu nyaris terganggu ketika alisnya berkerut tiba-tiba-instingnya memperingatkan tentang bahaya yang mengintai.Swoosh!Sebuah serangan kilat dalam bentuk kaki panjang dan putih berkilat, meluncur deras hendak membelah angin menuju pipi Arjuna.Buk!Dengan gerakan yang lincah dan penuh kejelian, Arjuna berhasil meraih pergelangan kaki sang penyerang. Matanya membulat ketika dia mengenali siapa sosok tersebut saat melirik. "Bukankah kamu Risa? Mengapa kamu menyerangku? " tanya Arjuna, nadanya campuran antara kejutan dan acuh tak acuh.Dengan ekspresi dingin yang membingkai wajahnya, Risa hanya menjawab singkat namun tegas, "Ayo bertarung."Atmosfer menjadi tegang, udara di sekitar mereka seolah me
Satu jam kemudian.Arjuna memegang black card di antara jari-jarinya, dan memutarnya dari waktu ke waktu dengan sudut mulut terangkat.Ini adalah kartu rekening bank. Direktur Halen memberikannya padanya untuk berinvestasi.Isinya ada sekitar 300 juta."Dengan dana ini, aku bisa memulai perusahaan, namun sebelum itu aku butuh seseorang untuk membantuku, "Arjuna membuang black card itu dan seketika kartu itu menghilang, tertelan oleh penyimpanan sistem.Dia tidak punya pengalaman tentang bisnis, tapi dia punya beberapa pengetahuan. Untuk memulai perusahaan, dia harus mendaftarkan ini itu ke pemerintah, dan untuk mempermudahkannya, sebaiknya dia menyuruh atau mencari seseorang.Adapaun orang itu, dia akan mencarinya nanti, tergantung keberuntungan.Sampai di rumah, Arjuna menyapa bibinya Ranti yang sedang menyapu lantai, lalu pergi ke kamarnya.Dia ingin tidur sekarang.Persiapan untuk nanti mal
Halen tertegun sejenak mendengar ucapan Arjuna. Tapi segera, dia tersenyum. "Nah... Kamu memang benar pejuang perunggu level 9, bibi yakin sekarang kamu memang jenius bela diri," ucap Halen penuh pujian. Sebagai Direktur sebuah Divisi, kekuatan Halen tentu bukan main-main. Meskipun telah berada di usia paruh baya, kekuatannya telah mencapai level 9 pejuang emas. Dengan kekuatan yang dimilikinya, dia dengan mudah bisa mengenali tingkatan Arjuna. Elena dan Risa terkejut mendengar ucapan Halen, terutama Risa. Dia menatap Arjuna dengan tatapan tak percaya. Pemuda ini tampaknya tidak jauh lebih tua darinya, namun sudah mencapai level 9 pejuang perunggu?! Padahal, dia yang baru saja masuk universitas hanya baru menembus level 8 pejuang perunggu, dan itu pun sudah dianggap jenius di kalangan teman-temannya! "Arjuna, apa kamu sudah mengetahui bakat bela diri dan kemampuan supernatural yang kamu miliki







