Jiu Wang menjawab dengan nada dingin. "Benar! Sebenarnya aku adalah menantu dari Keluarga Wen."
"Keluarga Wen? Ja-jadi?" Jing Zhao sungguh tidak pernah mengira, jika pria pemenang sayembara ini adalah menantu dari Keluarga Wen musuhnya. Pria tua itu berusaha duduk sembari memegangi dadanya. "Jadi selama ini, kau telah mempermainkan kami? Mempermainkan Ah Yue!""Ah Yue?" Jiu Wang berteriak dalam hati saat teringat istrinya. "Ah Yue, maafkan aku! Aku akan mempertanggungjawabkan semua perbuatanku ini!"Jing Zhao terbatuk hingga beberapa kali, segumpal darah kembali terlempar dari mulutnya. Wajahnya telah menjadi sangat pucat pasi. Lelaki tua itu berkata dalam hati sembari menatap langit malam yang jernih tanpa awan. "Sepertinya, hari ini memang hari terakhir aku hidup di dunia ini. Aku bahkan tidak sempat melihat wajah anak dan cucuku untuk yang terakhir kalinya.""Ah Yue, maafkan ayah! Maafkan ayah yang telah membuatmu bertemu dengan pria biadab tak bermoral ini!" Jing Zhao berucap lirih dengan air mata berderaian. Dia sungguh merasa sangat menyesal telah mendatangkan pria tak berhati ini melalui sebuah sayembara.Di pelataran bangunan yang lain. Seorang wanita cantik berlari-lari dengan membawa seorang bayi lelaki mungil yang terus menangis tanpa henti. "Ada apa ini? Mengapa semua menjadi kacau balau begini?""Nonaaaa!" Ketua penjaga yang sedang mencarinya berteriak sambil berlari-lari bagaikan dikejar oleh sepasukan hantu. Pria itu dengan napas terengah-engah menghampiri wanita cantik yang masih terihat sangat kebingungan."Nona, syukurlah Nona Yue baik-baik saja!""Kakak Jing Li, ada apa ini?" Jing Yue bertanya sambil menebarkan pandangan matanya ke segala arah. Dia hanya mendapati kobaran api dan mayat para penjaga serta para pelayan bergelimangan berserakan bagaikan sampah."Su-suamimu, suami Nona! Di-dia, dialah yang melakukan semua kekacauan ini!" jawab Jing Li dengan suara terputus-putus."Suamiku?" Jing Yue merasa sangat tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Tidak mungkin diaaa! Jing Li, jangan bicara yang tidak-tidak tentang ayah dari anakku!""Tapi itu benar, Nona. Aku tidak berbohong!"Jing Yue kemudian bertanya, "Lalu, sekarang di mana dia""Jangan mencarinya, Nona! Sebaiknya Nona dan tuan muda kecil segera pergi dari tempat ini! Dia sudah bukan suami Nona yang dulu!" Jing Li berusaha mencegah sang nona yang masih dalam tahap pemulihan diri akibat melahirkan. "Dia sudah bukan Tuan Muda Wang yang lembut dan baik hati! Dia adalah iblis!""Diam kau!" hardik Jing Yue dengan mata tajam. Wanita itu sangat tidak rela, saat seseorang menghina pria yang sangat dia cintai. "Jangan menuduh suamiku dengan kata-kata kotormu itu!""Tapi, No ....""Cukup!" Jing Yue membentak sekali lagi. "Kalau kau ingin pergi, maka pergilah bersama yang lainnya. Aku akan mencari ayah dan suamiku!""Nonaaa! Nona, kembalilaaaah!" Jing Li berlari dan berusaha menggapai tangan Jing Yue, akan tetapi wanita cantik itu segera menepisnya dengan sangat kasar. Pria muda itu hanya bisa menatap nanar dan sedih ke arah Jing Yue yang berlarian menuju ke bangunan rumah besar tempat ayahnya tinggal. "Nona! Pada akhirnya aku tetap gagal!"Jing Li yang dipercaya menjadi kepala penjaga itu pun hanya bisa meremas-remasa rambutnya sendiri. "Aku harus menyelamatkan yang lainnya. Untuk urusan Nona Yue dan Kepala Keluarga, aku serahkan sepenuhnya kepada penjagaan para Dewa!"Pria itu pun berlari ke arah lain untuk melakukan hal yang seharusnya dia lakukan, yaitu menyelamatkan apa saja yang bisa dia selamatkan. Setidaknya, dia sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga yang telah membesarkan dan menghidupinya ini.Jing Yue berjalan di antara puing-puing bangungan sambil berteriak dengan nada sedih. "Ayaaaaah!""Kakak Waaaang!" Jing Yue berteriak memanggil ayah dan suaminya. Rupanya, suara keras itu membuat sang bayi merasa sangat gelisah hingga tangisnya kian nyaring terdengar."Tenanglah, Sayaang!" Jing Yue berusaha menenangkan bayi lelakinya yang masih menangis. "Tenanglah, Anakku. Kita akan mencari ayah dan kakekmu, yaa?"Jing Yue berjalan tergesa-gesa memasuki pintu gerbang kediaman sang ayah yang besar dan megah. Telinganya menangkap suara keributan dan teriakan-teriakan dari suatu arah. Dia pun bergegas menuju ke tempat di mana suara-suara kegaduhan itu berasal.Sementara itu, Jiu Wang dan Jing Zhao masih berada di tempat semula. Jiu Wang tak segan-segan menghabisi siapa saja yang berani menghalanginya. Tak terhitung sudah berapa jumlah mayat yang telah menjadi sasaran atas sumpah janji di hadapan para tetua klan di mana tempat dirinya berasal."Jiu Waaang! Aku sungguh tidak mengira sama sekali, kalau aku telah memelihara harimau yang akan mengkhianati kami. Aku memberimu makan setiap hari. Bahkan, aku mengijinkan putriku untuk kau nikahi. Tapi ternyata, kau benar-benar sudah disusupi oleh iblis hati yang sangat keji dan biadab!" Jing Zhao berucap dengan sorot mata yang tidak bisa diartikan. "Kau pengkhianaaat, Jiu Waaang! Kau seorang pengkhianat!""Sudahlah, Ayah Mertua! Aku tidak akan bicara panjang lebar lagi. Aku hanyalah sebuah alat pembunuh dari pihak musuhmu." Jiu Wang kemudian mengangkat tinggi-tinggi senjata kebanggaannya dan langsung menghujam perut Jing Zhao dengan Tombak Naga Emas yang merupakan sebuah senjata Dewa."Jiu Waaaaang!" Sebuah jeritan panjang lepas dari mulut Jing Zhao disertai darah yang menyembur keluar dari lukanya. Tubuh pria tua itu pun seketika mengejang hingga beberapa saat, kemudian diam untuk selamanya dengan mata terbuka lebar.Pria bergelar Raja Arak segera menarik bilah senjata yang menikam lambung Jing Zhao hingga darah segar kembali bermuncratan ke segala arah. Serangkai usus dari dalam perut pria tua itu pun ikut terburai keluar, akibat terkait pada mata tombak milik Raja Arak.Malam ini, lelaki tua kepala Keluarga Jing tewas di tangan menantunya sendiri. Selama ini dirinya tidak pernah mengetahui, jika suami Jing Yue atau Persik Gunung Naga adalah seorang utusan dari Keluarga Wen untuk menghancurkan klan mereka.Jiu Wang menatap rangkaian organ dalam milik sang ayah mertua yang masih menggantung di ujung Tombak Naga Emas. Tiba-tiba saja tubuhnya terasa sangat lemas, saat menatap mayat Jing Zhao telah terbujur kaku tepat di ujung kaki bersepatu hitam miliknya."Maaf, Ayah Mertua! Aku akan menebus dan memohon ampun padamu di kehidupan berikutnya!"Jiu Wang jatuh terduduk di samping mayat Jing Zhao dengan air mata bercucuran. Tombak Naga Emas pun terlepas dari genggaman tangan yang telah berlumuran darah dari orang-orang keluarga istrinya sendiri. Lelaki itu menutup wajah dengan kedua telapak tangan kotornya seraya meraung menyesal."Maafkan aku, Ayah! Maafkan aku, Ah Yue! Ah Ling! Maafkan ayahmu iniii!" Jiu Wang membuncah bersama penyesalan yang tiada tara. "Mengapa mereka melakukan ini padaku? Mengapaaaaaa!""Mengapaaaaaa!"Jiu Wang jatuh terduduk di samping mayat Jing Zhao dengan air mata bercucuran. Tombak Naga Emas pun terlepas dari genggaman tangan yang telah berlumuran darah dari orang-orang keluarga istrinya sendiri. Lelaki itu menutup wajah dengan kedua telapak tangan kotornya seraya meraung menyesal."Maafkan aku, Ayah! Maafkan aku, Ah Yue! Ah Ling, Maafkan ayahmu iniii!" Jiu Wang membuncah bersama penyesalan yang tiada tara. "Mengapa mereka melakukan ini padaku? Mengapaaaaaa?""Mengapaaaaaa?"Tak bisa dipungkiri, jika dia pun merasa sangat menyesali perbuatannya. Ia dihadapkan oleh persoalan pelik yang hanya bisa dipilih salah satu dan tidak ada pilihan lain. Kesetiaan pada sumpah yang telah dia ucapkan, harus dibayar mahal dengan mengorbankan perasaan dan cinta. Namun, semua hanya tinggal segunung sesal yang akan menjadi awal penderitaan panjang pria ini.Jerit tangis bayi membuat pria itu menoleh ke arah sumber suara dan matanya langsung mendapati sesosok bayangan tubuh di antara asap dari koba
Jiu Wang kembali dengan membawa syarat sayembara dan penuh suka cita pria itu menikahi Jing Yue, Persik Gunung Naga yang memiliki kecantikan bak bidadari pada masa mudanya. Dia bahkan tak pernah membiarkan lelaki menatap dan menikmati keindahan wanitanya. Jiu Wang tak akan pernah segan-segan untuk menarik dan membenamkan ujung tombaknya ke dalam tubuh lelaki lain yang berani mencuri pandang terhadap Jing Yue.Pernikahan mereka berjalan dengan lancar dan berhasil membuahkan seorang bayi lelaki. Sebagai rasa bahagianya atas kehadiran sang putra, Jiu Wang telah menempa sepasang tombak kembar bermata dari batu bintang hitam merah.Pada bilah kedua tombak tersebut, masing-masing berhiaskan ukiran nama Jing Yue dan nama sang bayi pemberian dari Jiu Wang. Sebatang tombak lainnya sengaja dia simpan secara rahasia dan tidak ada satu pun orang yang mengetahuinya. Sepertinya, pria itu sengaja menyimpannya untuk orang lain.Namun rupanya, kebahagiaan pasangan itu tidak bisa berlangsung lama. Kelua
Di dinding wisma dan pagar keliling juga terdapat banyak sekali pohon anggrek tumbuh menempel erat pada tembok bangunan tersebut. Mereka menjuntaikan sulur-sulur batang penuh bunga yang tengah bermekaran, seperti dengan sengaja memamerkan kecantikan kelopak-kelopak mahkotanya.Sesuatu yang aneh adalah, hanya wisma itu saja yang masih utuh tanpa ada kerusakan sedikit pun atau kobaran api seperti di tempat yang lain. Hal itu membuat perasaan pemuda berambut hitam lurus menjadi sedikit lega. Dia sungguh berharap, jika orang yang dicarinya dalam keadaan selamat."Ah Yue!" Tuan muda itu menjadi sangat panik karena keadaan wisma tersebut sangat sepi. "Ah Yueeeeee!""Ah Yue, buka pintunyaaaaa!""Ah Yue! Ah Yueee, apa kau baik-baik sajaaa?" Pemuda itu berkali-kali mengetuk pintu rumah Jing Yue. Tak ada sahutan ataupun pintu yang dibuka dari dalam. Hal itu membuat pemuda itu semakin cemas dan merasa sangat penasaran. "Ah Yue! Maafkan aku, kalau aku sedikit mengganggumu. Aku hanya ingin memasti
"Jangan sentuh kami dengan tangan kotormu itu! Kau telah membasuhnya dengan darah ayah dan juga saudara-saudaraku! Kau pikirkan saja sekarang! Masih pantaskah kau menyentuh kami berdua?" Jing Yue berteriak sembari menghindar. Dirinya sudah merasa teramat jijik dengan pria yang masih bergelar suaminya."Ah Yue, maafkan aku! Aku sangat terpaksa melakukannyaaa! Keluargaku yang lain juga dalam ancaman. Aku-aku ... aaaarrhhh! Haruskah aku meninggalkan merekaaa?" Jiu Wang berteriak setinggi gunung pencakar langit."Mengapa tidak ada pilihan lain?" Jiu Wang meremas-remas rambutnya sendiri dengan penuh penyesalan, kegeraman dan kemarahan yang bercampur menjadi satu. "Mengapaa aku disudutkan pada persoalan seperti ini?""Mengapaaaaaa?""Mengapa kau bertanya padaku? Jika kau pergi malam ini juga. Maka, sejak kau melangkah keluar dari tanah kediaman ini. Aku Jing Yue, sudah bukan istrimu lagi! Dan jangan pernah berharap kau bisa melihat anak ini tumbuh dengan menggunakan nama margamu! Bahkan, aku
"Pergilah jika itu pilihanmu! Tapi ingatlah, setelah kau menginjakkan kakimu di luar tanah Keluarga Jing. Sejak itulah, kau bukan lagi suamiku!" Jing Yue berucap tanpa menoleh sedikit pun."Kalau begitu, aku tidak akan pergi dari sisimu!" teriak Jiu Wang merasa sangat berat hati meninggalkan anak dan istrinya ini. "Aku tidak akan meninggalkanmu dan anak kita, Ah Yueee!""Tuan Muda, tuan muda kecil dan seluruh klan sudah menunggumu!" Salah seorang pengawal Keluarga Han mengingatkan sekali lagi."Aaaaaaaarrgghh!" Sebuah jeritan panjang bernada tinggi dengan lambaran ilmu tenaga dalam terlepas dari mulut Jiu Wang. Para pengawal dari Keluarga Han pun harus berusaha keras menahan akibatnya. Darah segar seketika mengalir dari telinga dan hidung mereka.Para pria pengawal dari Keluarga Han saling memberi isyarat satu sama lain. Salah satu seorang dari mereka bergerak bangkit dan maju mendekati sang tuan muda. Pria itu memukul tengkuk Jiu Wang hingga tak sadarkan diri. "Maaf, Tuan Muda! Tak a
17 tahun kemudian.Pada suatu hari yang cerah di Gunung Naga.Sinar mentari sudah tidak lagi menyengat, tetapi masih terasa cukup hangat di permukaan kulit. Cahayanya menembus hutan pinus di perbatasan perbukitan, menambah keelokan pemandangan di sana.Di padang rumput yang tak seberapa luas, seorang anak muda berlarian menerobos semak belukar dan kelebatan rumput ilalang. Dia bahkan tidak memedulikan kulit halus kaki-kaki kokohnya yang sesekali tergores oleh duri-duri dari tanaman liar hingga berdarah. Tampaknya, pemuda itu sedang memburu sesuatu.Anak muda itu berhenti di depan semak perdu yang cukup rimbun. Mata indah dengan iris birunya mengawasi suatu pergerakan kecil pada tumbuhan berumpun berdaun kecil, panjang dan memiliki warna hijau kekuningan.Mulut pemuda itu lirih bergumam, "Di mana dia? Bukankah tadi dia lari ke sini?"Suara gemerisik nan samar disertai desisan lembut telah menjatuhkan sepasang mata cantik itu mengalihkan perhatian pada sisi semak yang lain. Seutas benda
"Mengapa dia selalu saja tidak sabaran sekali?" Hua Fei hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia berjalan menyusul saudara mudanya sembari menggendong keranjang milik Jing Ling.Di sepanjang perjalanan, mulut bocah itu terus bergumam seperti sedang menghafalkan sesuatu."Daun mongoose, minyak kelapa, minyak lavender, lalu ... apa lagi?" Hua Fei berjalan sembari membuka buku tentang pengobatan. "Mungkinkah batu giok hitam juga bisa untuk menyerap racun pada luka bekas gigitan ular.""Mengisap racun dari bekas luka justru tidak diperbolehkan, karena racun bisa tertelan dan mengakibatkan hal yang sangat berbahaya bagi si pengisap." Hua Fei masih sibuk dengan buku metode penanganan pertama pada korban gigitan ular.Baru beberapa ratus langkah Hua Fei berjalan, dia dikejutkan oleh suara ramai anak-anak lain tertawa. Anak itu berlari-lari ke arah suara keributan dan mendapati pemandangan yang membuatnya bukan hanya terkejut, tetapi juga merasa sangat marah. Hua Fei bergegas meng
"Apa kau bilang? Apakah aku sudah salah dengar?" Hua Fei yang menjadi tertawa kali ini. Dia merasa sangat geli mendengar perkataan Jing Yanxi yang sedang mengunggulkan dirinya sendiri dan tidak pernah mau bersikap rendah hati kepada siapa pun. "Dan kurasa, seekor keledai bahkan masih lebih pintar darimu. Seekor katak pun kurasa tidak lebih rendah dari dirimu yang congkak itu!""Beraninya kau mentertawakan tuan muda kami, Hua Feeei!" Salah seorang anak buah Jing Yanxi berteriak. Dia sungguh sangat tidak terima sang tuan muda mereka dihina dan dikatai oleh seseorang yang bagi mereka, Hua Fei hanyalah anak tidak memiliki kemampuan apa pun selain daripada seorang kutu buku."Minggir!" Hua Fei membentak sambil berlari menghampiri Jing Ling setelah menabrak tubuh Jing Yanxi dan mendorong salah seorang anak buah tuan muda Keluarga Jing hingga terjatuh. Bocah itu berulang kali mengusap-usap pakaian saudaranya guna membersihkan debu dan kotoran lain yang menempel di tubuh sang adik kecil. Boca