Share

Kaisar Puncak Naga
Kaisar Puncak Naga
Penulis: Serpihan Salju

PENGHANCURAN

Pada suatu malam di sebuah kediaman besar dan megah, terlihat banyak sekali orang-orang berseragam penjaga dan pelayan berlarian berusaha untuk menyelamatkan diri dari amukan kobaran si jago merah. Bau anyir darah mengucur deras dari luka-luka di tubuh mereka, berhasil merusak hawa malam yang dingin dan murni.

"Tolooong! Tolooooong!"

"Tolong kamiiii!" Terdengar suara ramai minta tolong dari arah kejadian pembakaran bangunan.

Beberapa orang lelaki penjaga berlarian sambil memegangi luka tikam di bagian perut kanannya. Pria lain juga terlihat berjalan terseok-seok dalam keadaan menyedihkan dengan luka robek pada punggungnya. Mereka semua berlumuran darah, bermandikan keringat dan air mata. Tak ada satu pun yang tinggal di kediaman besar itu mengira, akan adanya tragedi mengerikan terjadi pada malam ini.

"Apiiiii! Cepat padamkan apiiiii!" Suara hiruk pikuk lainnya mengacaukan suasana.

"Tolooong, to-long a-aku!" Pria yang terkena luka tikam seketika ambruk di atas lantai pelataran. Beberapa lelaki penjaga segera berlarian untuk menolongnya.

"Mati!" Penjaga pria yang menolongnya berseru, saat dia memeriksa keadaan temannya.

"Dia telah mati?"

"Lukanya terlalu parah, sepertinya dia kehabisan darah!" jawab penjaga berkumis tipis.

Seorang penjaga lainnya datang dengan langkah tergesa-gesa dan bertanya, "Apa yang terjadi?"

"Dia telah membakar kediaman kita ini!" Seorang lelaki tua dengan napas terengah-engah melaporkan kepada sang kepala penjaga kediaman Keluarga Jing.

"Dia?" Pria lain bertanya dengan nada tidak sabar, akibat rasa penasaran yang menjejali hatinya. "Siapa pelakunya?"

"Si Raja Arak!" jawab lelaki tua pelapor dengan ketakutan yang membayang jelas di wajahnya.

"Apaaaa? Raja Arak, Jiu Wang?" Pria berkumis terlihat sangat terkejut, saat mendengar sebuah nama julukan bagi seseorang yang sangat mereka kenal dengan sangat baik. "Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa dia yang melakukannya?"

Yang ditanya segera menjawab, "Kami juga tidak tahu! Dia tiba-tiba saja datang dari luar kediaman dan menyerang semua orang yang ditemuinya. Ini sungguh aneh dan sangat tidak masuk akal!"

"Tak ada jalan lain lagi, selain melarikan diri dari tempat ini!" sahut pria berkumis dengan wajah panik.

"Baiklah! Ajak semua wanita dan anak-anak untuk segera menyingkir dari sini!" Ketua penjaga berusaha untuk melakukan penyelamatan sebisanya.

"Tapi, bagaimana dengan Kepala Keluarga?"

"Benar! Bagaimana dengan keadaannya dan Nona Yue juga bayinya?" Penjaga lain bertanya dengan perasaan khawatir.

"Baiklah, kali ini kita harus membagi tugas. Kau dan sebagian pasukan penjaga, menyelamatkan siapa pun yang masih bisa bertahan. Kalian harus secepatnya meninggalkan tempat ini!" Sang ketua penjaga memberi perintah kepada para anak buahnya.

"Lalu, Ketua sendiri?" bertanya pria berkumis dengan nada cemas.

Ketua penjaga menjawab, "Aku akan melihat keadaan kepala keluarga dan Nona Yue. Aku sangat khawatir dengan mereka!"

"Baiklah, kami mengerti! Berhati-hatilah, Ketua!" seru para penjaga yang juga segera berlarian untuk melakukan penyelamatan terhadap para penghuni kediaman lainnya.

Ketua penjaga dan beberapa penjaga pun segera berlari menuju bangunan kediaman utama yang menjadi tempat tinggal majikannya. Mereka dibuat ternganga oleh pemandangan yang mereka saksikan. Tempat itu juga sudah porak poranda dan hancur pada sebagian bangunannya. Sungguh, suasana yang tidak pernah mereka duga sebelumnya.

Hiruk pikuk terus berlangsung dari sebuah kediaman besar dan megah yang merupakan tempat termegah di daerah selatan Gunung Naga. Kediaman tersebut adalah milik Keluarga Jing yang kaya raya dan cukup disegani di rimba jianghu. Namun malam ini, kedamaian dalam kediaman itu telah berubah menjadi sebuah pertumpahan darah. Siapakah pelakunya?

Di tempat lain ....

Seorang pria tua terlempar keluar dari sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk tempat bermeditasi dalam keadaan terluka parah. Tubuh lelaki tua berusia enam puluh tujuh tahun, melayang menimpa pintu utama hingga hancur berantakan. Muntahan darah segar menyembur dari mulutnya. Pria tua tersebut terkapar dan masih berusaha untuk bangkit. Namun keadaan tubuhnya yang telah terluka dalam, memaksanya kembali terjatuh bergulingan.

"Kau! Kaau!" Pria tua itu menunjuk dengan tangan gemetar ke arah seorang lelaki bersenjatakan sebilah tombak panjang yang terus berjalan mendatanginya. Pria tua itu terteriak, "Dasar menantu biadab! Pengkhianaaaaat!"

"Kaulah yang bodoh, Jing Zhao! Kau sama sekali tak menyadari siapa aku! Akulah si Pembunuh Tak Berperasaan yang dikirim oleh musuhmu untuk menghancurkan keluargamu!" Pria bertombak terus berjalan mendekat ke arah pria yang telah tak berdaya. "Jing Zhao, dengarlah! Aku memang sengaja mengikuti sayembara itu hanya agar aku bisa masuk dan dengan mudah menghancurkan Keluarga Jing ini."

"Untuk hal ini, aku memang bersalah atas tragedi yang terjadi malam ini. Dan sebelum membunuhmu, aku akan terlebih dahulu meminta maaf padamu. Ayah, sejujurnya aku sangat mencintai Ah Yue dan anakku. Namun, aku pun tak bisa mengabaikan sumpahku." Jiu Wang berkata dengan suara datar dan dingin. "Aku sangat menyukainya, hingga aku melupakan tugas awal yang diberikan oleh keluargaku dan Keluarga Wen."

Jiu Wang mengelus bilah senjatanya yang sudah bermandikan darah. Pria bergelar Raja Arak itu memutar tombaknya hingga beberapa kali seraya berjalan mendekati sang ayah mertua yang sudah tidak berdaya. "Aku telah menetapkan sumpah untuk membunuhmu dan Keluarga Jing ini."

Jing Zhao menatap mata tombak yang berkilatan itu dengan tatap kemarahan. Tak ada sedikit pun rasa gentar dalam sorot mata pria tua sang Kepala Keluarga Jing ini. Dia sungguh merasa sangat menyesal, karena telah menjadikan iblis berwajah tampan ini sebagai menantunya.

"Jiu Waaaang! Terkutuk kau!" Jing Zhao mengumpat dengan gelegak kemarahan dan dendam. "Setelah kematianku, kau tidak akan pernah mendapatkan ketenangan barang sedetik saja! Kau akan terus dilanda oleh penyesalan seumur hidupmuuu!"

Jiu Wang tidak memedulikan ucapan dari ayah dari Jing Yue istrinya. Dia bahkan segera menendang tubuh pria tua yang merupakan mertuanya sendiri itu dengan sebuah tendangan keras. Tak ayal lagi, Jing Zhao terpental cukup jauh hingga sampai pada pelataran yang sudah dipenuhi oleh mayat-mayat para penghuni kediaman besar milik Keluarga Jing. Sang kepala keluarga itu jatuh bergulingan menimpa tubuh mayat yang sangat dia kenali.

"Kaliaaan! Kalian juga telah dibunuh olehnya?" Mata Jing Zhao terbelalak lebar, saat menyaksikan keluarganya banyak yang telah menjadi mayat. Jing Zhao kemudian kembali menatap ke arah sang menantu yang telah mengumandangkan sebuah simfoni kehancuran.

"Kau! Terkutuk kau, Jiu Waaaang!" Jing Zhao mengumpat menantunya.

"Bicaralah sepuas hatimu sebelum kau dan seluruh orang di kediaman ini mati di tangan menantumu ini, Jing Zhao!" Jiu Wang berkata dengan nada datar bagai tanpa perasaan bersalah sedikit pun. "Karena hari ini adalah akhir dari hidupmu dan seluruh Keluarga Jing! Dengan begitu, tugasku akan segera selesai setelah aku berhasil membunuhmu dan semua penghuni kediaman ini!"

"Tugas?" Jing Zhao bertanya sembari menahan sakit yang teramat sangat, akibat dari pukulan dan tendangan yang ia dapatkan dari menantunya ini. "Jadi, selama ini kau adalah seseorang dari pihak musuhku?"

Jiu Wang menjawab dengan nada dingin. "Benar! Sebenarnya aku adalah menantu dari Keluarga Wen."

"Keluarga Wen? Ja-jadi?"

Bersambung

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Waduh betulan mampir ......
goodnovel comment avatar
Iin Romita
ikut sakit nih
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
yupz, sumpah yg menjebaknya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status