Share

Kakak Cantik, Jadi Mamiku!
Kakak Cantik, Jadi Mamiku!
Penulis: Aililea (din din)

Pertemuan dengan Gadis Kecil

“Kondisi Mommy sudah seperti ini. Dia selalu sakit saat memikirkanmu, apa kamu masih tetap kekeh tinggal di luar negeri? Apa kamu tidak kasihan ke Daddy yang harus mengurus perusahaan sendirian?”

Aruna Eldar Abimand menarik napas panjang lantas mengembuskan kasar setelah mengingat cecaran kalimat yang dilontarkan sang kakak saat dia baru saja menginjakkan kaki lagi di negara itu.

Wanita berumur 26 tahun itu memiliki rambut panjang sebahu dengan tubuh semampai hingga membuatnya terlihat anggun dan memesona. Sorot matanya yang teduh, dengan binar penuh kasih sayang yang membalut kecemasan dalam tiap tatapan, membuat siapa pun akan jatuh hati ke wanita itu.

Aruna baru saja kembali dari luar negeri setelah mendapat kabar jika penyakit ibunya kambuh sampai masuk rumah sakit karena memikirkannya hingga membuatnya merasa bersalah.

“Kamu di mana, Runa?” Suara sang kakak terdengar dari seberang panggilan saat Aruna menjawab panggilan.

“Aku ke mall sebentar, Kak. Aku ingin membelikan sesuatu untuk Mommy,” jawab Aruna sambil mengayunkan langkah, bola matanya menelisik setiap barang yang terpajang di toko. Dia mencari sesuatu yang pantas untuk diberikan ke keluarganya.

“Baiklah, jangan lama-lama. Mommy takut kamu kabur lagi.”

Aruna tersenyum masam mendengar ucapan sang kakak. Dia pun berkata akan segera pulang sebelum mengakhiri panggilan itu. Aruna berdiri di salah satu toko tas ternama, memandang deretan tas yang terpajang di sana, tapi belum berniat masuk untuk melihat langsung dari dekat.

“Masa dibelikan tas.” Aruna bingung harus membelikan apa untuk keluarganya terutama sang mommy.

Dia pulang dengan terburu-buru begitu mendapat kabar sang mommy dirawat inap, sampai tak menyiapkan oleh-oleh apa pun untuk keluarganya.

Saat Aruna sedang termangu, tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak kakinya. Dia pun terkejut hingga langsung menoleh.

“Aduh, sakit!” pekik seorang gadis kecil berumur lima tahun sambil memegangi pantat.

Gadis kecil berwajah mungil itu meringis kesakitan karena tampaknya dia membentur lantai cukup keras setelah menabrak kaki Aruna.

“Kamu tidak apa-apa? Kamu baik-baik saja?” tanya Aruna langsung berjongkok untuk membantu gadis kecil itu.

“Kepalaku sakit, pantatku sakit,” jawab gadis kecil itu sambil memegang keningnya yang tadi membentur kaki Aruna.

“Kakak kenapa berdiri di sini, aku tidak lihat,” celoteh gadis kecil itu malah menyalahkan Aruna padahal dia yang berlari kencang sampai tak memperhatikan jalan.

Aruna hanya tersenyum meski disalahkan. Dia merasa kasihan karena gadis kecil itu menabrak dirinya sampai jatuh. Dia membantu gadis kecil manis dan menggemaskan itu berdiri, lantas merapikan pakaian gadis kecil itu.

“Ini yang sakit, ya.” Aruna mengusap kening gadis kecil itu dengan lembut.

“Iya,” ucap gadis kecil itu sambil memperhatikan Aruna.

Aruna bahkan meniup kening gadis kecil itu agar merasa lebih baik.

“Bagaimana sekarang? Sudah lebih baik?” tanya Aruna sambil memulas senyum.

Gadis kecil itu melebarkan senyum, lantas menganggukkan kepala dengan cepat.

Aruna masih memperhatikan wajah gadis kecil yang memiliki bulu mata lentik, bola matanya besar, hidungnya mungil, bibirnya pun kecil berwarna kemerahan.

“Di mana mamamu?” tanya Aruna sambil menengok ke kanan dan kiri.

“Di sana,” jawab gadis kecil itu sambil menunjuk ke atas.

“Oh, di lantai empat,” ucap Aruna karena lantai di atas mereka lantai empat mall itu.

“Tapi Papi di sana.” Gadis kecil itu menunjuk ke arah ayahnya berada.

“Tadi di sana, tapi sepertinya sudah tidak ada. Aku bingung mencarinya, tapi belum ketemu,” ucap gadis kecil itu lagi yang terlihat bingung.

Aruna berdiri lantas memandang ke arah gadis kecil itu menunjuk. Di sana dia tidak melihat ada orang yang sedang mencari, membuat Aruna kasihan karena merasa jika gadis kecil itu sedang tersesat.

“Siapa namamu?” tanya Aruna sambil sedikit membungkukkan badan.

“Emily,” jawab gadis kecil itu lagi.

“Oke, Emily. Mau kakak bantu mencari Papi dan Mami?” tanya Aruna sambil mengulurkan tangan ke Emily.

Aruna melihat gadis kecil itu tersenyum, lantas menggenggam telapak tangannya. Dia pun mengajak Emily pergi mencari orang tuanya. Pertama-tama dia pergi ke arah Emily terakhir kali bersama orang tuanya.

“Kamu jalan-jalan sama Papi dan Mami?” tanya Aruna sambil mengedarkan pandangan, barangkali melihat orang tua sedang mencari anaknya.

“Hanya sama Papi, tadi dia jemput sekolah, tapi ternyata malah diajak ke sini karena Papi ada kerjaan,” jawab Emily sambil mengayunkan kaki kecilnya dengan riang.

Emily menoleh ke kanan dan kiri ikut mencari ayahnya. Dia tadi bosan sendirian saat sang papi bicara dengan klien, membuat Emily nekat pergi sendiri yang membuatnya malah tersesat.

Aruna membentuk huruf O dengan bibir mendengar jawaban Emily. Hingga dahinya berkerut karena bingung ketika mengingat tadi Emily bilang ibunya ada di lantai 4, tapi sekarang berkata jika hanya bersama ayahnya.

Aruna hendak mengajak Emily ke lantai 4 untuk mencari ibu gadis kecil itu, tapi ternyata Emily sudah lebih dulu berteriak.

“Itu Papi!” teriak Emily sambil menunjuk ke arah ayahnya berada.

Aruna pun memandang ke arah Emily menunjuk, hingga tiba-tiba tangannya lepas dari genggaman gadis kecil itu.

“Itu papiku. Papi!” teriak Emily memanggil ayahnya yang ternyata sedang kebingungan mencari dirinya bersama beberapa orang lainnya.

“Itu papimu?” tanya Aruna terlihat syok saat melihat siapa yang ditunjuk Emily. Dia mendadak merasa pandangannya sangat buram hingga seakan salah melihat.

Emily mengangguk-anggukan kepala menjawab pertanyaan Aruna.

Tubuh Aruna mendadak membeku. Dia lantas menoleh Emily yang terlihat senang bisa menemukan orang tua.

“Emily, kakak ada perlu. Emily sudah melihat Papi, kan? Kakak tinggal, ya.”

Aruna buru-buru meninggalkan Emily sendirian lagi. Dia tidak bisa berlama-lama di sana.

Emily terkejut karena Aruna pergi begitu saja. Dia hendak memanggil Aruna, tapi tidak tahu nama wanita yang menemaninya itu.

“Kakak kok pergi duluan, sih.” Emily memandang ke Aruna yang berjalan cepat pergi meninggalkannya.

“Emi!” Seorang pria berteriak memanggil gadis kecil itu.

Komen (15)
goodnovel comment avatar
priyanto skm
hayooo...mengapa Aruna buru2 meninggalkan Emily
goodnovel comment avatar
Puji WidyAstuti
siapa kira2 papi nya emily
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
hayo siapa yang di lihat Aruna sampai dia memilih untuk kabur
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status