Home / Romansa / Kakak Cantik, Jadi Mamiku! / Pertemuan dengan Gadis Kecil

Share

Kakak Cantik, Jadi Mamiku!
Kakak Cantik, Jadi Mamiku!
Author: Aililea (din din)

Pertemuan dengan Gadis Kecil

last update Last Updated: 2024-03-14 15:49:32

“Kondisi Mommy sudah seperti ini. Dia selalu sakit saat memikirkanmu, apa kamu masih tetap kekeh tinggal di luar negeri? Apa kamu tidak kasihan ke Daddy yang harus mengurus perusahaan sendirian?”

Aruna Eldar Abimand menarik napas panjang lantas mengembuskan kasar setelah mengingat cecaran kalimat yang dilontarkan sang kakak saat dia baru saja menginjakkan kaki lagi di negara itu.

Wanita berumur 26 tahun itu memiliki rambut panjang sebahu dengan tubuh semampai hingga membuatnya terlihat anggun dan memesona. Sorot matanya yang teduh, dengan binar penuh kasih sayang yang membalut kecemasan dalam tiap tatapan, membuat siapa pun akan jatuh hati ke wanita itu.

Aruna baru saja kembali dari luar negeri setelah mendapat kabar jika penyakit ibunya kambuh sampai masuk rumah sakit karena memikirkannya hingga membuatnya merasa bersalah.

“Kamu di mana, Runa?” Suara sang kakak terdengar dari seberang panggilan saat Aruna menjawab panggilan.

“Aku ke mall sebentar, Kak. Aku ingin membelikan sesuatu untuk Mommy,” jawab Aruna sambil mengayunkan langkah, bola matanya menelisik setiap barang yang terpajang di toko. Dia mencari sesuatu yang pantas untuk diberikan ke keluarganya.

“Baiklah, jangan lama-lama. Mommy takut kamu kabur lagi.”

Aruna tersenyum masam mendengar ucapan sang kakak. Dia pun berkata akan segera pulang sebelum mengakhiri panggilan itu. Aruna berdiri di salah satu toko tas ternama, memandang deretan tas yang terpajang di sana, tapi belum berniat masuk untuk melihat langsung dari dekat.

“Masa dibelikan tas.” Aruna bingung harus membelikan apa untuk keluarganya terutama sang mommy.

Dia pulang dengan terburu-buru begitu mendapat kabar sang mommy dirawat inap, sampai tak menyiapkan oleh-oleh apa pun untuk keluarganya.

Saat Aruna sedang termangu, tiba-tiba ada sesuatu yang menabrak kakinya. Dia pun terkejut hingga langsung menoleh.

“Aduh, sakit!” pekik seorang gadis kecil berumur lima tahun sambil memegangi pantat.

Gadis kecil berwajah mungil itu meringis kesakitan karena tampaknya dia membentur lantai cukup keras setelah menabrak kaki Aruna.

“Kamu tidak apa-apa? Kamu baik-baik saja?” tanya Aruna langsung berjongkok untuk membantu gadis kecil itu.

“Kepalaku sakit, pantatku sakit,” jawab gadis kecil itu sambil memegang keningnya yang tadi membentur kaki Aruna.

“Kakak kenapa berdiri di sini, aku tidak lihat,” celoteh gadis kecil itu malah menyalahkan Aruna padahal dia yang berlari kencang sampai tak memperhatikan jalan.

Aruna hanya tersenyum meski disalahkan. Dia merasa kasihan karena gadis kecil itu menabrak dirinya sampai jatuh. Dia membantu gadis kecil manis dan menggemaskan itu berdiri, lantas merapikan pakaian gadis kecil itu.

“Ini yang sakit, ya.” Aruna mengusap kening gadis kecil itu dengan lembut.

“Iya,” ucap gadis kecil itu sambil memperhatikan Aruna.

Aruna bahkan meniup kening gadis kecil itu agar merasa lebih baik.

“Bagaimana sekarang? Sudah lebih baik?” tanya Aruna sambil memulas senyum.

Gadis kecil itu melebarkan senyum, lantas menganggukkan kepala dengan cepat.

Aruna masih memperhatikan wajah gadis kecil yang memiliki bulu mata lentik, bola matanya besar, hidungnya mungil, bibirnya pun kecil berwarna kemerahan.

“Di mana mamamu?” tanya Aruna sambil menengok ke kanan dan kiri.

“Di sana,” jawab gadis kecil itu sambil menunjuk ke atas.

“Oh, di lantai empat,” ucap Aruna karena lantai di atas mereka lantai empat mall itu.

“Tapi Papi di sana.” Gadis kecil itu menunjuk ke arah ayahnya berada.

“Tadi di sana, tapi sepertinya sudah tidak ada. Aku bingung mencarinya, tapi belum ketemu,” ucap gadis kecil itu lagi yang terlihat bingung.

Aruna berdiri lantas memandang ke arah gadis kecil itu menunjuk. Di sana dia tidak melihat ada orang yang sedang mencari, membuat Aruna kasihan karena merasa jika gadis kecil itu sedang tersesat.

“Siapa namamu?” tanya Aruna sambil sedikit membungkukkan badan.

“Emily,” jawab gadis kecil itu lagi.

“Oke, Emily. Mau kakak bantu mencari Papi dan Mami?” tanya Aruna sambil mengulurkan tangan ke Emily.

Aruna melihat gadis kecil itu tersenyum, lantas menggenggam telapak tangannya. Dia pun mengajak Emily pergi mencari orang tuanya. Pertama-tama dia pergi ke arah Emily terakhir kali bersama orang tuanya.

“Kamu jalan-jalan sama Papi dan Mami?” tanya Aruna sambil mengedarkan pandangan, barangkali melihat orang tua sedang mencari anaknya.

“Hanya sama Papi, tadi dia jemput sekolah, tapi ternyata malah diajak ke sini karena Papi ada kerjaan,” jawab Emily sambil mengayunkan kaki kecilnya dengan riang.

Emily menoleh ke kanan dan kiri ikut mencari ayahnya. Dia tadi bosan sendirian saat sang papi bicara dengan klien, membuat Emily nekat pergi sendiri yang membuatnya malah tersesat.

Aruna membentuk huruf O dengan bibir mendengar jawaban Emily. Hingga dahinya berkerut karena bingung ketika mengingat tadi Emily bilang ibunya ada di lantai 4, tapi sekarang berkata jika hanya bersama ayahnya.

Aruna hendak mengajak Emily ke lantai 4 untuk mencari ibu gadis kecil itu, tapi ternyata Emily sudah lebih dulu berteriak.

“Itu Papi!” teriak Emily sambil menunjuk ke arah ayahnya berada.

Aruna pun memandang ke arah Emily menunjuk, hingga tiba-tiba tangannya lepas dari genggaman gadis kecil itu.

“Itu papiku. Papi!” teriak Emily memanggil ayahnya yang ternyata sedang kebingungan mencari dirinya bersama beberapa orang lainnya.

“Itu papimu?” tanya Aruna terlihat syok saat melihat siapa yang ditunjuk Emily. Dia mendadak merasa pandangannya sangat buram hingga seakan salah melihat.

Emily mengangguk-anggukan kepala menjawab pertanyaan Aruna.

Tubuh Aruna mendadak membeku. Dia lantas menoleh Emily yang terlihat senang bisa menemukan orang tua.

“Emily, kakak ada perlu. Emily sudah melihat Papi, kan? Kakak tinggal, ya.”

Aruna buru-buru meninggalkan Emily sendirian lagi. Dia tidak bisa berlama-lama di sana.

Emily terkejut karena Aruna pergi begitu saja. Dia hendak memanggil Aruna, tapi tidak tahu nama wanita yang menemaninya itu.

“Kakak kok pergi duluan, sih.” Emily memandang ke Aruna yang berjalan cepat pergi meninggalkannya.

“Emi!” Seorang pria berteriak memanggil gadis kecil itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (15)
goodnovel comment avatar
priyanto skm
hayooo...mengapa Aruna buru2 meninggalkan Emily
goodnovel comment avatar
Puji WidyAstuti
siapa kira2 papi nya emily
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
hayo siapa yang di lihat Aruna sampai dia memilih untuk kabur
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Akhir

    Aruna dan yang lain buru-buru pergi ke rumah sakit setelah mendapat kabar jika Winnie mau melahirkan, tapi siapa sangka saat masuk ruangan malah melihat Hanzel juga, membuat semua orang bingung.“Hanz, kenapa kamu di sini?” tanya Aruna bingung.“Milea melahirkan,” jawab Hanzel.“Lah, bukannya ini kamar Winnie?” tanya Aruna bingung.“Ya, mereka berdua di sini. tuh!” Hanzel menunjuk ke dalam.Ternyata Bumi dan Hanzel setuju jika istri mereka satu kamar agar bisa saling bantu menjaga.Aruna, Ansel, dan kedua orang tuanya terkejut mendengar ucapan Hanzel. Mereka buru-buru masuk untuk melihat apakah yang dikatakan Hanzel benar.“Kalian benar-benar janjian. Hamil dan melahirkan bisa barengan,” cerocos Aruna sangat tak menyangka.“Kebetulan saja, aku masuk duluan baru Winnie,” balas Milea.Semua orang yang ada di sana terlihat sangat bahagia, belum lagi setelah itu datang keluarga Hanzel dan Milea karena ingin menyambut cucu mereka.“Anak kalian seperti kembar.” Aruna dan yang lain memandang

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Milea & Winnie

    “Mama, tadi Emily bantu gambar ini, lho.” Kai memperlihatkan gambar yang dibawanya.“Mana coba lihat.” Milea mengambil buku gambar dari tangan Kai.Milea sudah ambil cuti melahirkan karena usia kandungannya memasuki sembilan bulan. Dia fokus dengan kesehatan kehamilan dan Kai yang sekarang sudah duduk di bangku sekolah dasar.“Yang mewarnai siapa?” tanya Milea sambil memperhatikan gambar itu.“Kai dong. Kai pintar ‘kan?” Kai menjawab dengan bangga.“Iya, pintar,” balas Milea.Kai sangat bangga dapat pujian dari sang mama, hingga melihat Milea yang meringis.“Mama kenapa?” tanya Kai sambil menggenggam telapak tangan Milea.“Tidak kenapa-napa,” ucap Milea sambil tersenyum meski perutnya mendadak kencang.“Mama yakin?” tanya Kai yang cemas.Belum juga Milea menjawab, dia merasa kalau perutnya semakin sakit seperti mengalami kontraksi, tentu saja hal itu membuat Kai cemas.“Bibi! Mama sakit!” teriak Kai karena di rumah itu hanya ada dirinya, kedua orang tuanya, dan pembantu.Milea dan Han

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Aku Terima

    “Pernyataanmu tadi, apa bisa aku anggap benar?”Jean tertegun hingga menoleh Raja yang duduk di belakang stir. Dia mengulum bibir menunjukkan kalau sedang dalam kondisi panik dan bingung.“Aku tidak tahu harus menyebutmu apa? Adik tidak mungkin, teman terlalu aneh.”Jean mencoba sedikit mengelak dari pengakuannya ke Milea.“Berarti memang bagus pacar. Jadi, apa bisa jadi pengakuan untuk seterusnya?” tanya Raja lantas menoleh Jean.Jean benar-benar salah tingkah mendengar pertanyaan Raja. Dia memberanikan diri menoleh ke pemuda itu.“Jangan berharap banyak kepadaku. Aku memiliki banyak kekurangan termasuk mungkin takkan bisa memberikan cinta yang sempurna untukmu,” ucap Jean takut Raja kecewa.“Kamu tahu, tidak ada yang namanya cinta sempurna. Yang ada, saling melengkapi kekurangan masing-masing. Asal kamu mengizinkan, aku akan menerima semua kekurangan itu.”Raja menatap Jean penuh harap. Dia menyadari jika Jean seperti tidak tertarik dengan sebuah hubungan percintaan, tapi dia pun ta

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Berkumpul Bersama

    “Apa kamu tidak merasa aneh jalan denganku?”Jean mengamati sekitar, banyak remaja memperhatikannya yang sedang jalan dengan Raja.“Kenapa aku harus merasa aneh?” tanya Raja balik dengan santai.“Karena kamu jalan dengan wanita yang layak jadi kakak, tante, mungkin mama.”Jean menjawab sambil menoleh Raja.Raja tertawa mendengar ucapan Jean, lantas membalas, “Untuk apa memikirkan pandangan orang yang tidak ada habisnya. Yang menjalani aku, kenapa mereka yang repot?”“Lagi pula sekarang kita hanya jalan, kalau kamu menerima perasaanku, aku malah akan menggandeng tanganmu lantas memberitahu mereka kalau kamu kekasihku, bukan kakakku, tanteku, atau mamaku,” ujar Raja lagi memberi clue ke Jean untuk merepon perasaan yang diungkapkan sebelumnya.Jean langsung berdeham mendengar ucapan Raja, bahkan mengulum bibir sambil memalingkan muka.Raja menoleh Jean yang memalingkan muka darinya, dia pun lantas kembali berkata, “Apa kamu yakin belum mau memutuskan? Tapi kalau belum juga tidak apa, aku

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Restu Tanpa Minta

    “Jean,” panggil Ive saat melihat putrinya sedang menuruni anak tangga.Jean yang sedang ingin ke dapur mengambil minum, akhirnya berbelok ke ruang keluarga untuk menghampiri sang mama dan papa.“Ada apa, Ma?” tanya Jean.“Duduklah sini,” pinta Ive sambil menepuk sofa di sampingnya.Jean menuruti ucapan sang mama, lantas menatap kedua orang tuanya bergantian.“Apa ada masalah, Ma?” tanya Jean agak cemas karena tak biasanya kedua orang tuanya memanggil sambil memperlihatkan ekspresi serius seperti itu.“Apa kamu sebelumnya menolak kencan buta karena sudah punya pacar dan pacarmu itu yang tadi pagi jemput?” tanya Ive memastikan sebelum bicara ke pembahasan lebih lanjut.Jean sangat terkejut mendengar pertanyaan Ive, membuatnya gelagapan karena bingung harus menjawab apa.Ive dan Alex saling tatap, mereka pun semakin yakin kalau memang benar pria yang menjemput Jean adalah pacar putrinya.“Sebenarnya, asal kamu suka, tidak masalah kamu mau pacaran sama siapa, mau nikah sama siapa. Mama da

  • Kakak Cantik, Jadi Mamiku!   S2 : Jean Untukku

    “Lain kali jangan mendatanginya dengan alasan kamu merasa bersalah! Bukankah kamu seharusnya merasa bersalah karena mendekati kekasih adikmu sendiri.”Raja baru saja sampai rumah saat sang kakak juga sampai di rumah. Dia memperingatkan kakaknya itu agar tak mendekati Jean lagi.Saat Arthur hendak membalas ucapan Raja, Amanda sudah lebih menegur mereka berdua.“Kenapa kalian bersitegang lagi?” tanya Amanda sambil menatap kedua putranya itu.Raja dan Arthur menoleh bersamaan ke Amanda. Raja terlihat tak senang karena menyadari jika sang mama pasti akan membela kakaknya.Amanda menatap Arthur yang hanya diam, hingga tatapannya tertuju ke Raja.“Raja, mama mau bicara denganmu sebentar, bisa?” tanya Amanda dengan suara halus agar putranya tak salah paham kepadanya.Raja menatap sang mama, lantas mengangguk karena tak bisa menolak permintaan wanita itu.Raja pun mengikuti sang mama yang berjalan lebih dulu di depannya. Dia mengikuti hingga sang mama masuk ke ruang kerja ayahnya.“Mama mau b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status