Share

Kakakku Yang Berengsek
Kakakku Yang Berengsek
Penulis: Fitriani Nastar

Alasan Papa Di Apartemen

Apartemen, 06:12 AM -

Rexi melangkahkan kakinya berjalan menuruni anak tangga apartemen dua lantai itu.

Pandangan kedua bola mata sang ayah mengarah kepada anak perempuan yang sekaligus anak pertamanya, Rexi Alexa. Atau kerap kali disapa dengan panggilan Rexi.

"Rexi ..." sapa sang ayah sambil tersenyum.

"Ayo sarapan dulu," tawarnya dengan lembut.

Rexi menghentikan langkah kakinya, lalu menatap sang ayah dengan tatapan sinisnya.

"Tumben sekali Papa ada di apart. Biasanya pagi begini, Papa udah berangkat ke kantor," kata Rexi menyindir.

"Rexi!" pekik Barack, sang ayah, memperingati.

"Ah ... Rexi tahu, kenapa Papa bisa ada di apart!" seru Rexi, dia tidak peduli peringatan papanya.

"Papa enggak berangkat ke kantor karena mau ketemu sama Tante Bellina, kan?" lanjutnya dengan nada suara meremehkan.

"Rexi!" Barack kembali memperingati Rexi.

"Hati-hati aja, Pa. Kalian berdua belum nikah, masih ada seminggu. Kalian enggak boleh satu atap," kata Rexi sinis.

Rexi langsung berjalan pergi usai mengatakan kalimat itu kepada sang ayah, sedangkan Barack menatap kepergian anaknya dengan nanar.

"Loh ... Rexi di mana?" tanya seorang wanita yang berumur sekitar tiga puluh tahunan lebih kepada Barack.

"Ha?! It-"

"Ah ... Aku tahu, kok," potong Bellina sambil tersenyum kecil, dia paham dengan maksud ketidakhadiran Rexi di ruang makan itu.

Barack berdiri dari duduknya dengan cepat, kemudian memeluk tubuh Bellina.

"Kamu sabar sedikit saja, Sayang," kata Barack lembut.

"Iya," jawab Bellina.

Bellina tersenyum kecil lalu membalas pelukan Barack.

░░️░░️░

Sekolah -

Rexi berjalan di koridor sekolahnya, wajahnya terlihat kesal dan emosi.

"Papa apa-apaan, sih?! Mama baru sebulan meninggal. Tapi, papa udah dapat penggantinya!" kesal Rexi di dalam hati.

"Ish! Kesal! Kesal!" Rexi menghentakkan kakinya.

"Masih pagi, tapi udah bad mood aja!" kesalnya lagi di dalam hati.

Rexi menghentakkan kakinya dengan kesal sambil mengerucutkan bibirnya.

Tak butuh waktu lama, Rexi sudah sampai di depan kelas dan langsung  memasukinya.

"Eh! Ini kenapa, nih?! Masih pagi mukanya udah kelihatan jelek banget," kata sahabat Rexi, Kiara Wilona.

Rexi tidak menggubris ucapan Kiara dan lebih memilih duduk di kursinya kemudian menenggelamkan seluruh wajahnya di atas meja.

"Loh! Si Rexi kenapa, Ra?!" tanya salah satu sahabat Rexi yang baru saja datang, Nina Arlena.

Kiara mengangkat kedua pundaknya sebagai jawaban.

"Gak tahu. Baru datang udah gitu aja," kata Kiara.

"Diam lo semua! Masih pagi udah cerewet!" kata Rexi.

"Gue ngantuk," lanjutnya.

"Sensi banget, sih, Rex? Masih pagi juga," kata sahabat Rexi yang memiliki rambut pirang, Renata Ajlesia.

Rexi membuka matanya dengan cepat lalu menatap Renata dengan tajam.

Renata hanya mengangkat pundaknya secara bersamaan sebagai jawaban, lalu duduk di samping Nina.

░░️░░️░

12:12 -

"Kantin yuk!" ajak Kiara.

"Tapi, gimana sama anak itu?" tanya Nina sambil menunjuk Rexi dengan dagunya.

"Masih ngebo. Gimana dong?" tanya Nina.

"Tinggalin aja, sih. Kenapa susah banget? Nanti dia nyusul juga kok," sahut Renata ketus.

"Ya udah, ayo!" ajak Nina.

Renata menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar kelas yang pastinya diikuti Nina dari belakang.

Kiara menatap kepergian Renata dengan tatapan penasaran.

"Apa cuma perasaan gue aja, Renata terlalu ketus sama Rexi?" batin Kiara.

░░️░░️░

"Ngghh ..."

Rexi merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku. Pandangannya mengarah untuk mencari teman-temannya.

"Loh! Mereka semua ke mana?!" tanya Rexi.

Rexi menetralkan penglihatannya dan kembali mencari teman-temannya.

"Loh?! Emang enggak ada!" kesalnya.

Rexi berusaha berpikir, tempat mana yang menjadi tujuan ketiga temannya itu.

"Kantin?" gimana Rexi.

Rexi berdiri dari duduknya lalu berjalan menuju kantin sekolahnya.

Bugh!

Hantaman sebuah bola basket mengenai kaki Rexi.

"Anjir!" pekik Rexi kaget.

Sang pelaku hanya menatap Rexi lalu mengambil bola basketnya dan berniat untuk pergi, tapi Rexi malah mencaci makinya.

"Heh! Kalau enggak bisa main, enggak usah main! Bukannya kelihatan keren di mata orang, lo malah celakain orang!" kesal Rexi.

"Ck ... Ini masih siang, Sialan! Udah bikin gue bad mood dua kali lipat aja!" lanjutnya emosi.

Nafas Rexi naik turun seiring rasa amarah dan kesalnya itu.

Tak mau memperpanjang masalah setelah mencaci maki pria itu, Rexi lebih memilih untuk pergi saja dari sana daripada masih berada di hadapan pria itu.

Pria itu menatap kepergian Rexi dengan datar, lalu tersenyum menyeringai.

░░️░░️░

Brak!

Rexi memukul salah satu meja yang ada di kantin dengan cukup keras sehingga membuat siswi yang duduk di sana kaget bukan main.

"Rexi!" pekik Kiara kesal.

"Apa?!" Rexi menatap Kiara tajam.

"Lo bertiga, kenapa ninggalin gue di kelas sendirian?!" tanya Rexi kesal lalu duduk di samping Nina.

"Lo ngebo-nya lama banget. Ya udah, kita tinggalin aja," jawab Renata santai lalu menikmati makanannya.

Rexi menggertakkan giginya karena kesal dengan Renata yang berani menjawab ucapannya.

"Lo mau makan, Rex?" tawar Nina.

"Gak. Gue enggak mood," jawab Rexi datar.

"Terus lo ke kantin buat apaan?" tanya Renata.

"Enggak tahu mau ngapain, kaki gue aja yang mau aja jalan ke sini," jawab Rexi asal.

"Ogeb beneran lo!" kata Kiara.

Rexi menatap Kiara dengan tajam, sedangkan Kiara yang ditatap langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat. Dia takut kalau Rexi marah kepada dirinya.

Kiara, Renata, dan Nina menikmati makan siang mereka, sedangkan Rexi lebih memilih untuk memainkan ponselnya saja.

"Anjir! Kita telat tiga menit!" kata Nina usai melihat jam tangannya.

"Gue enggak mau terlambat, yah! Yang masuk itu guru killer!" kata Nina panik lalu berlari pergi usai meletakkan uang dua puluh ribuan di bawah mangkuk baksonya.

Kiara dan Renata melakukan hal yang sama.

Rexi berdiri dari duduknya dan berniat untuk mengikuti jejak ketiga temannya, tapi dia langsung menghentikan langkahnya dengan cepat.

"Eh, wait! Kenapa rasanya gue laper banget?" gumam Rexi.

Rexi membalikkan badannya dan berjalan menuju salah satu penjual gorengan.

Sekitar beberapa menit memesan, akhirnya Rexi mendapatkan nasi goreng kesukaannya.

Rexi kembali duduk di kursinya semula, lalu tersenyum lebar saat melihat sepiring nasi goreng yang ada di hadapannya.

"Selamat makan," ucapnya kepada diri sendiri dengan lembut.

Sekitar beberapa menit Rexi menikmati makanannya dan berakhir dia mengelus perutnya yang kekenyangan.

"Akh ... Akhirnya udah kenyang gue. Waktunya balik ke kelas!" katanya dengan gembira dan berlari secepat kilat untuk keluar dari kantin.

"Anjir! Itu orang atau makhluk jadi-jadian?! Cepat banget!" kata seorang pria ber-name tag 'Deian Elbar' saat melihat Rexi berlari secepat kilat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status