Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)
*****
💙 Mas Rezky
Selesai sholat magrib seorang diri, senyumku belum juga mau luntur sejak tadi.
Masih teringat dengan sangat jelas di otakku saat bangun tadi, bagaimana aku sudah disambut dengan raut wajah kentara sekali sedang khawatir dari Rina dan juga Elysia. Melihat hal itu, benar-benar membuat hatiku jadi langsung merasa sangat disayangi oleh mereka berdua.
Astaga.
Aku benar-benar ingin segera menjadikan Rina dan Elysia sebagai istri dan juga putri tersayangku di dunia.
Lamunan manisku tentang Rina dan Elysia harus terputus karena ponselku yang tadi kusimpan di atas nakas samping tempat tidurku berdering.
Kuambil, ternyata Ibu yang sedang ingin meneleponku saat ini.
"Assalamu'alaikum Bu."
💙 Mas Rezky Sudah seminggu berlalu. Dan Rina masih saja belum menjawab satu pun telepon dariku. Bahkan, pesan yang kukirimkan padanya juga sama mengenaskannya seperti diriku. Karena Rina tak mau memberikan satu pun balasan pesan untukku. Aku menghela napas cukup keras. "Kenapa lagi?" Aku mengangkat wajahku. Dan sudah bisa melihat siapa orang yang saat ini sedang bertanya seperti itu padaku. "Mboten nopo-nopo, Bu." (Tidak apa-apa, Bu) "Mikirin Rina sampai kusut begitu? Katamu, dia wanita baik. Tapi kok kamu sampai pusing begitu hanya karena mikirin dia?"
❤ Rina Siang ini, aku kembali bertemu dengan Bu Yanti untuk membahas baju seragam keluarga yang beliau pesan. Alhamdulillah, semua sudah selesai dijahit, dan hari ini siap untuk Bu Yanti bawa pulang. "Wah, bajunya bagus, Mba Rina. Ukurannya juga pas. Nggak kebesaran, juga nggak kekecilan. Enak untuk dibawa gerak," kata Bu Yanti yang saat ini masih berdiri di depan kaca besar yang ada di ruanganku. Bu Yanti sedang mencoba baju seragam yang telah beliau pesan di butikku. Aku yang sedang berdiri di belakang Bu Yanti jadi tersenyum puas karena mendengar ucapan senang yang tadi beliau ungkapkan, "Alhamdulillah kalau cocok, Bu. Kalau ada yang mau dirubah atau ditambah, bisa langsung disampaikan nggih Bu. Supaya nanti bisa segera kami perbaiki."
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** ✨ Bu Widya "Memangnya kenapa, Jeng? Lagi ada masalah dengan anak?" Bu Yanti langsung menghela napasnya, "Iya Jeng. Sedikit. Perbedaan pendapat. Saya bilang saya nggak setuju, tapi anak saya kekeuh dengan pilihannya. Dia bilang kalau saya hanya terlalu berprasangka buruk dan takut dengan pendapat orang lain." Aku mengusap pelan lengan Bu Yanti, "Coba dengarkan dulu pendapat dari anak, Jeng. Coba dengarkan dan lihat dulu bagaimana pilihannya. Jangan terlalu menekan ego dengan menganggap kalau orangtua harus selalu dituruti kemauan dan perintahnya. Karena walau bagaim
💙 Mas Rezky Aku baru saja pulang setelah seharian bekerja di luar. Aku mendudukan diriku di sofa sambil menghembuskan napas dengan lelah. "Capek, Dek?" tanya Mas Rangga yang tadi memang membukakan pintu untukku. Aku mengangguk masih dengan mata yang terpejam dan menyandarkan diriku di punggung sofa, "Iya Mas. Tadi ada yang booking untuk acara resepsi di Sari Laut, jadi lumayan bikin badan pegel-pegel." "Alhamdulillah. Rezeki ngalir lancar terus ya Dek." Aku menegakan tubuhku, "Iya Mas. Alhamdulillah. Ibu udah tidur?" Mas Rangga mengangguk, "Udah. Tadi habis sholat
❤ Rina "Assalamu'alaikum." "Wa'alaikumsalam." "Ini Bu Yanti, Mba Rina." Aku langsung terkejut karena ternyata yang mengetuk pintu ruang kerjaku saat ini adalah Bu Yanti. Segera berdiri dari dudukku, aku berjalan cepat untuk membukakan pintu. "Maaf ya Mba Rina, Ibu jadi ganggu waktu kerjanya," ucap Bu Yanti setelah aku selesai mencium punggung tangan kanan beliau. "Nggak kok, Bu. Kebetulan, saya sedang longgar sekarang." "Eyang Yanti." Tiba-tiba Elysia berseru, dan kini s
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :) ***** ❤ Rina Aku mengusap-usap punggung Elysia yang sudah tertidur di pangkuanku. Tadi, Elysia menangis keras sampai akhirnya dia lelah dan tertidur tanpa sadar seperti saat ini. "Maaf, Bu Yanti. Karena saya jadi membuat Ibu menunggu dan terkejut dengan kejadian seperti ini." Bu Yanti yang sejak tadi setia menungguku di sofa, mengangguk dan tersenyum padaku yang masih memangku Elysia. "Nggak papa, Mba Rina. Nggak papa." Aku balas tersenyum pada Bu Yanti.
❤ Rina Aku memasuki kamarku dan langsung menidurkan Elysia di tempat tidur. Kupandangi wajah putri kecilku yang masih terlelap dalam tidurnya. Kuusap pelan pipinya, dan seketika ingatanku kembali pada waktu siang tadi saat Elysia menangis keras karena ingin bertemu dengan Mas Rezky Pramurindra. "Maafin Mama ya El." Aku merasa bersalah pada putriku. Sungguh. Aku menyesal karena telah membuat Elysia jadi menangis sampai seperti itu. Tapi ini semua di luar kuasaku. Aku juga merindukan Mas Rezky, sungguh.
Chapter ini masih lanjutan di hari yang sama seperti kemarin ya :)*****🌸 ShintaAku mendudukan diriku di sebelah Ibu."Mba Rina kenapa, Bu? Tadi, kayaknya, pas pulang, mukanya Mba Rina sembab."Ibu hanya tersenyum tanpa mau untuk menjawab pertanyaanku."Mba Rina habis nangis ya?" tanyaku lagi. Tapi Ibu tetap saja diam seperti tadi.Aku menghela napas cukup panjang.Karena sepertinya, hari ini, aku memang harus mengungkapkan semua hal yang sudah aku pikiran dan aku rasakan selama hampir