“So, jadi pilih apa, Bro?”Gianira membawa ibuku masuk ke kamar, saat aku ingin mengikutinya, lagi-lagi ibu melarangnya. Sungguh besar pengorbanan yang harus kulakukan untuk mendapatkan seorang sespesial Gianira.“Gue tau lu bohong, kan? Ngaku! Lu cemburu gue deketin Gianira, hah?” cecar Dhanis, saat ibuku dan Gianira sudah masuk ke dalam, menyisakan hanya kami berdua.“Buat apa gue bohong? Lu tau sendiri gue enggak akan melakukan hal yang membuat ibu gue kecewa,” elakku.“Terus apa yang lu lakuin ini, hah? Tol*l!!”“Menurut lu, cowok mana yang enggak akan tergoda kalau mendapat serangan dari cewek, hah?”“Brengs3k!!” lagi-lagi Dhanis menyerangku dengan bogemnya, ah, sakit sekali! “Pukul gue terus, Bro, sampai lu puas, tapi hal itu enggak akan merubah apapun yang sudah terjadi!”“Mas Dhanis! Tolong ibu, Mas!” Astaga, ada apa ini?=====================================================Aku dan Dhanis berlari menuju sumber suara yang berasal dari teriakan Gianira, namun karena tidak hat
Saat itu aku memang hanya tinggal berdua dengan kakek, karena nenekku sudah lebih dahulu pergi menghadap ke Allah setahun yang lalu, karena sakit liver. Hingga akhirnya aku dibawa ke sebuah panti asuhan dan tinggal hingga dewasa di sana.“Nih,” sebuah suara menyadarkan lamunanku, Mas Riza, dia memberikan sebuah sapu tangan ke arahku.“Pakai aja!” katanya lagi,“Terima kasih,” aku mengambil sapu tangan yang Mas Riza julurkan, kemudian menghapus butiran bening yang lolos begitu saja dari mataku. =====================================================Kami hanya duduk saling diam hingga hampir setengah jam lamanya, tidak ada yang mau memulai percakapan, hati dan fikiranku masih terlalu penuh akan kenangan masa lalu dengan kakek dan nenekku ketika aku masih kecil.Hingga dari ufuk timur terlihat semburat kemerahan yang semakin meninggi dan menunjukan kemegahan cahayanya. Suara deburan ombak masih terus terdengar saling berkejaran, menciptakan harmoni menenangkan sebagai pengobat rindu.“Te
“Maaf pak hakim ketua, saya menolak saran mediasi yang ketua sampaikan, keputusan saya sudah bulat, untuk tidak lagi kembali menjalin hubungan pernikahan dengan saudara Jazirah, terima kasih,” ujar Gianira menolak mentah-mentah arahan untuk rujuk.“Baiklah kalau begitu, Bu, bagaimana pak Jazirah? Bapak sudah mendengar sendiri jika bu Gianira ingin melanjutkan proses perceraiannya,”“Maaf hakim ketua, saya menolak dilanjutkannya proses cerai dan menginginkan rujuk kembali dengan istri saya,” pongah Jazirah berujar, membuat Gianira terkejut setengah mati.Benar dugaan kedua pengacara Gianira, jika Jazirah tidak akan melepaskan Gianira begitu saja.=====================================================Gianira terlihat gugup dengan keputusan yang diucapkan Jazirah barusan, jantungnya berdebar begitu kencang, egonya berkata untuk bangkit dan menampar wajah laki-laki yang sudah memberikannya dua anak tersebut, namun akal sehatnya masih bekerja, dirinya bahkan jijik jika kulitnya harus berse
“Sudah bisa pulang berarti kita?”“Sudah, yuk! Maaf ya, mas Dhanis nungguin lama,”“Enggak apa-apa, yang penting kamu sudah lega, ya?”“Hu’um,”Gianira dan Adhanis meninggalkan ruang persidangan menuju ke parkiran di mana mobil mereka di parkir tadi pagi, namun, alangkah terkejutnya mereka berdua saat mendapati ada sebuah kertas hvs yang tercetak foto mereka saat liburan ke pantai kemarin, dengan tulisan ancaman menggunakan spidol merah di bawahnya.“Gue akan bikin hidup kalian semua seperti di neraka!!”=====================================================Geram Dhanis membaca surat ancaman yang diletakkan diatas kaca depan mobilnya, tanpa fikir panjang dia mempotretnya menggunakan fitur kamera yang ada ponselnya, kemudian mengirimkannya kepada Riza melalui pesan whatsapp.Dhanis maupun Gianira yakin jika yang mengirimkan surat ancaman ini sudah pasti adalah Jazira, dia menggunakan cara-cara kotor untuk menekan Gianira agar mau membatalkan proses perceraian mereka.“Hallo, iya, Bu, a
Aku memeluk erat tubuh gempal wanita luar biasa di hadapanku ini, memberikannya kekuatan lewat pelukanku, jika semua akan baik-baik saja. Ku rasakan sesak yang teramat saat membayangkan jika tidak ada lagi sosok penuh wibawanya dalam kehidupanku, bagaimanapun, Bu Rosmalia adalah orang yang sangat baik, dia yang mengulirkan tangannya untuk menolong serta menampungku dan anak-anak..Aku tidak akan menyerah dengan ancaman mas Jazirah, aku harus kuat, demi anak-anakku dan juga Bu Rosmalia, aku akan melawan, berdiri tegak apapun yang dia coba lakukan, aku bukanlah Gianira lemah yang selama ini dia kenal, aku akan menunjukan pada laki-laki brengs3k itu siapa Gianira sebenarnya.“Gi, ada berita bagus!” suara Mas Dhanis membuatku dan Bu Rosmalia saling pandang.=====================================================Aku melepaskan pelukanku dari tubuh Bu Rosmalia, kemudian memandang fokus ke arah Mas Dhanis yang masuk ke rumah dengan wajah sumringah. Dia menjelaskan jika sudah memiliki bukti
Kriingg . . .Terdengar suara dering telpon rumah milik Bu Rosmalia, aku segera mengurai pelukanku dari Tiara dan menuju tempat di mana telpon diletakan. Ku angkat gagang telpon, namun baru saja akan mengucapkan salam, orang di sebrang sana sudah lebih dulu mengatakan hal yang di luar perkiraanku.“Batalkan proses perceraian atau kamu akan menyesal?!” suara ancaman itu aku sangat kenal, suara milik ayah dari kedua orang putraku.=====================================================Aku menutup telpon dengan kasar, membuat mereka semua menatapku dengan pandangan bertanya, namun aku putuskan untuk tutup mulut terlebih dahulu hingga anak-anak tertidur. Ku ajak anak-anak masuk ke dalam kamar tamu, membacakan mereka cerita mengenai kisah sahabat bernama Abu Mi’laq yang ditolong malaikat penghuni langit keempat berkat doanya.Dalam kisah tersebut di ceritakan jika Abu Mi’laq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari kalangan Ansor. Dia dikenal sebagai orang yang taat ber
Saat tiba di sujud terakhirku, tidak lupa aku mengulang-ulang doa yang diucapkan Abu Mi’laq saat dia hendak dibunuh oleh perampok tadi. Kuulang sebanyak tiga kali, persis seperti yang Abu Mi’laq lakukan. Hingga tanpa terasa, air mataku luruh dalam sujud, membuat dadaku sesak karena getaran hebat yang disebabkan tangisku yang pecah.Inilah keadaan terlemahku, saat aku merasa semua masalah bergumul menyerangku, aku menjadi manusia yang seakan lupa, jika Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hambanya, termasuk aku. Allah memilihku untuk menjalani cobaan ini karena Dia menilai aku mampu, aku bisa melewatinya.“Wahai Allah yang Maha Pengasih, Wahai Dzat yang Maha Perkasa, tolong aku, tolonglah aku,” =====================================================POV AuthorSepeninggalnya Gianira masuk ke dalam rumah, Dhanis kembali berbicara serius dengan Harsa, menurut informasi yang mereka dapat, Jazirah ternyata tidak melakukan kejahatan ini seorang diri, melainkan mendapat
Langit dan ibu tersebut sudah tiba di depan mobil yang di dalamnya sudah ada Jazirah di belakang kemudinya. Ibu tersebut membuka pintu mobil dan meminta Langit untuk mengambilkan melihat apa tongkatnya ada di dalam mobil, saat Langit tengah melongok dalam mobil, saat itu juga tubuh kecilnya di dorong oleh si ibu bayaran masuk ke dalam mobil, setelah itu dia segera masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya.=====================================================Mobil kijang berwarna hitam itupun melaju meninggalkan depan pekarangan rumah Rosmalia, tidak ada yang mengira jika di dalamnya ada seorang anak laki-laki yang tengah diculik oleh ayahnya sendiri, padahal, jika saja Jazirah secara baik-baik bicara ingin bertemu anak-anaknya, tentulah Gianira tidak akan melarangnya, namun niat Jazirah bukanlah untuk menjenguk Langit ataupun Bumi, melainkan untuk menjadikan mereka senjata agar bisa menekan Gianirah supaya mau membatalkan gugatan cerai yang dia ajukan.Jazirah bukannya tidak tega,