Share

6. Terkuaknya Kisah Satu Tahun Silam

Hana sejenak terdiam, dua netra memandang tak percaya.

"Perkenalkan nama saya Syarlina."

Wanita itu mengulurkan tangannya yang tampak begitu mulus dan indah.

"Saya Hana."

"Em, saya pernah dengar Mas Langit menyebut namamu. Dulu, saat pertama kali kami bertemu. Tepatnya setelah kalian bercerai. Sebenarnya saya sudah ingin bertemu denganmu semenjak dahulu. Tapi ...."

Dia menarik napas.

"Ah, syukurlah bisa juga bertemu denganmu saat ini, di detik-detik pernikahanku dengan Mas Langit akan diadakan."

Hana menarik napas berat. Menatap Lina saat wanita itu menyerahkan sebuah undangan berwarna keemasan.

Hana mencoba melirik cover depan dan bisa membaca dua buah nama yang bersanding dengan tulisan diukir begitu indah.

Syarlina Hermawan dan Langit Gagah Perkasa.

Jadi mereka akan segera menikah?

Hana membatin. Meski semenjak pertama kali mengangkat kaki dari Kota Jakarta ia sudah sangat mempersiapkan diri akan kenyataan ini. Tapi, entah kenapa saat sudah benar-benar dihadapkan pada kenyataan, hatinya tetap saja merasa sakit.

"Jangan cuma dilirik, ambil aja. Ini buat kamu dan sikecil. Semoga bisa hadir di acara pernikahan kami ya."

Hana meraih undangan tersebut lalu mengangguk.

"Jikapun kami tidak bisa hadir, saya tetap akan mendoakan pernikahan ini supaya bisa langgeng sampai tua."

"Aammiin makasih ya doanya. Setelah sempat berpisah karena tak cinta, mudah-mudahan pernikahan kedua saya dengan Mas Langit bisa bertahan seumur hidup. Apalagi kami menikah atas dasar saling mencinta, jadi kekuatannya bisa lebih kuat dari apapun."

Hana hanya bergeming. Merasa tersenggol dengan ucapan Lina.

"Saya nggak tahu apa penyebab perceraian yang terjadi antara kamu dan Mas Langit. Tapi saya cuma berharap bisa membina hubungan baik denganmu dan Syaina. Apa kamu keberatan?"

Sungguh dusta apa yang kamu katakan. Mungkin kamu belum tahu jika aku sudah mendengar semuanya dari Bi Ina. Yasudahlah, toh maling mana pernah mau mengaku maling.

"Iya Mbak. Tentu saja saya tidak keberatan, tapi saya mohon jangan ada dusta diantara."

Lina terkekeh.

"Oya, Syaina kemana?" tanyanya menghetikan tawa.

"Sudah pergi sekolah."

"Saya pikir ada, mau sekalian bertemu dan kenalan."

"Mungkin belum waktunya, semoga ada lain kesempatan."

"Iya. Yasudah saya pamit, ya. Terima kasih untuk waktunya."

Hana memerhati wanita itu menghilang dari pandangan. Sejenak dadanya terasa sesak. Ia kembali terngiang perkataan Lina barusan.

Berpisah karena tak cinta, penyebab yang sama hingga Langit menceraikannya. Miris.

Begitu mudahnya manusia memilih bercerai hanya karena tidak cinta. Jujur, seandainya dahulu Langit tidak bersikeras sampai membawa perceraian mereka ke pengadilan, Hana lebih memilih bertahan. Meskipun sakit setelah tahu bahwa tiga tahun menikah, Langit tak pernah mencintainya.

Bahkan Syaina pun, hadir bukan karena kesengajaan. Tapi buat Hana, pernikahan bukan permainan. Yang ketika ditemukan ketidakcocokan, bisa ditinggalkan begitu saja. Atau berpaling ke lain hati. Pernikahan adalah ikatan suci yang dipersaksikan di hadapan Allah. Dia tidak akan mudah lepas begitu saja hanya karena tidak saling mencintai.

Sebab itulah sebelum menikah, setiap pasangan diberikan ilmu agama tentang berumah tangga. Betapa indah dan bahagia, sebuah pernikahan yang dibangun di atas pondasi keimanan dan kasih sayang. Diliputi semangat saling memahami dan melayani, dan dihiasi keluasan ilmu dan budi pekerti. 

Pernikahan yang demikian adalah idaman dan dambaan setiap dua pasang insan. Bahtera rumah tangga yang dibinanya siap berlayar mengarungi samudera kehidupan yang demikian panjang. Terkadang berjalan mulus dan lancar tapi terkadang penuh badai dan gelombang. Namun, dengan niat dan tekad yang kuat. Mereka berhasil melewatinya dan sukses merengguk keindahan intan dan permatanya.

Itulah hakikah cinta dalam rumah tangga. Bukan seperti yang dibicarakan oleh Lina.

Bagi Hana menikah bukan soal cinta saja, tapi tanggung jawab. Ijab Qabul yang dilafalkan atas nama Allah, suatu saat akan diminta pertanggung jawabannya kembali. Perceraian memang tidak berdosa, tapi Allah membenci.

Menikah untuk saling mengenal dan mencintai. Tak mengapa tak cinta, tapi jika ada tanggung jawab dan ketakutan pada Allah, In Syaa Allah rumah tangga secara perlahan akan menemukan bahagianya sendiri. Allah pemilik cinta, Dialah yang akan menanamkan cinta pada setiap suami istri dalam membina rumah tangga mereka.

Yang memberi alasan bercerai karena tak cinta, itu adalah syaitan. Syaitan yang amat sangat senang jika melihat sepasang suami istri bercerai. Semoga Allah mengampuni dosa sekalian hambanya yang masih saja melakukan segala sesuatu sesuai keinginan hati, tanpa melihat seperti apa syariat itu mengatur.

Andai kamu dan Mas Langit bisa memahami hal itu. Tentu rumah tangga kita semua masih utuh sampai detik ini.

Lirih Hana seorang diri. Ia mendudukkan diri di atas kursi. Entah apa yang berbisik, sejenak angannya melambung ke masa satu tahun silam.

*

Masih kental diingatan, apa yang terjadi padanya saat Langit tahu ia pergi dari rumah. Tak ada niat dalam diri lelaki itu untuk memintanya kembali. Padahal jarak ke rumahnya hanya membutuhkan waktu kurang dari dua jam.

Dan masih tak terhapus jua diingatan, bagaimana setelah satu minggu ia pergi dari rumah, Hana mendapat banyak masukan dari saudara-saudara dekatnya agar kembali ke rumah itu untuk menjalani masa Iddah dengan harapan bisa rujuk. Tapi apa yang didapati, rumah Langit kosong.

Meski terasa berat, Hana tak menyerah sampai di situ. Karena tahu bahwa tak seharusnya ia pergi dari rumah dalam masa Iddah. Ia sampai menelpon Langit, siapa tahu pikiran lelaki itu kini sudah berubah. Tapi telponnya tak pernah diangkat. Padahal aktif. 

Demikian keinginannya untuk bertahan, Hana sampai memilih menemui Bi Ina padahal jarak tempuh ke rumah wanita itu lebih dari enam jam. Tapi kenyataan yang ia dapat sungguh menyakitkan.

Ternyata Langit sudah memberhentikan wanita itu tiga hari setelah Hana pergi. Pada Bi Inalah dia bertanya tentang semua yang terjadi selama beliau masih bekerja di sana.

"Pagi itu Pak Langit bangun dengan wajah tak karuan, Bu. Pak Langit mencari Ibu."

"Mencari saya?"

"Iya Bu. Saya memerhatikan tapi tidak berani menjawab, karena saya juga tidak tahu malam itu Ibu pergi kemana."

"Lalu, Bi?"

"Pak Langit memanggil saya dan bertanya kemana Ibu dan Syaina pergi?"

"Bibi jawab apa?"

"Saya jujur ngomong kalau nggak tahu, Bu."

Hana menarik napas.

"Ceritakan terus, Bi."

"Pak Langit termenung sejenak. Ia seperti mengingat sesuatu. Setelah itu beliau kembali ke kamar. Keesokan harinya, saya melihat beliau pergi selama dua hari, lalu kembali ke rumah bersama seorang wanita. Tiap hari wanita itu datang ke rumah, Bu."

"Ngapain? Apa dia masuk ke kamar Mas Langit?"

"Tidak, Bu. Tapi saya sempat mendengar percakapan mereka. Wanita itu pernah merayu Bapak, tapi Bapak tetap menolak."

Hana menarik napas dalam.

"Karena penasaran, saya menguping, Bu. Ternyata dia mendesak Bapak untuk segera menceraikan Ibu. Supaya mereka bisa menikah, begitu Bu. Senenarnya saya kasihan sama Bapak, sepertinya beliau sudah termakan omongan wanita tersebut. Saya tatap mata Bapak seperti orang kehilangan ruh, Bu. Kosong begitu. Terus hidupnya juga nggak teratur semenjak Ibu nggak ada, perginya pagi, pulangnya larut malam. Nggak pernah makan di rumah padahal Bibik sudah masak masakan yang enak. Dan yang paling buat Bibi sedih, sesekali Bapak sering lupa. Beliau buka kamar non Syaina sambil manggilin nama. Sepertinya Bapak rindu Bu. Tapi ya itu wanita yang belakangan Bibi tahu bernama Syarlina selalu menjadi alasan Bapak abai pada keinginannya. Wanita itu seperti seorang penyihir yang bisa membuat Bapak lupa segalanya."

Hana tertegun sejenak. Kejujuran Bi Ina sedikit membuatnya merasa bimbang.

Dan setelah pertemuan tersebut, jujur Hana masih ingin meneruskan usahanya kembali untuk tetap bersama Langit. Ia bermaksud kembali menemui Langit, tapi surat dari pengadilan yang diajukan sang lelaki membuat semua keinginan hancur.

Tak cukup di situ luka yang ditorehkan Langit. Tahap mediasi yang diajukan pihak pengadilan berujung sia-sia, karena sang lelaki tetap pada pendiriannya semula untuk berpisah.

Hana sadar, tak ada gunanya ia merebut kembali hati Langit jika lelaki itu sudah sejauh itu bertindak. Sebab itulah ia memutuskan untuk pergi jauh tanpa memberi kabar sedikitpun pada Langit. Meski karena hal itu, Syaina harus kehilangan kasih sayang papanya. Dan pertemuan yang terjadi kemarin, jujur tak pernah ada dalam harapan Hana. 

Tapi tentu saja takdir tetap akan berjalan sebagaimana kehendak Yang Maha Kuasa. Hana akan belajar lebih sabar serta berbesar hati, apalagi jika hal ini bertujuan untuk kesembuhan putri tercinta.

***

Bersambung.

Semoga jika ada yang membaca cerbung ini rumah tangganya sedang tidak baik, agar Allah senantiasa memberi jalan keluar. Dan mengukuhkan kembali rumah tangga yang sudah terbina. Jangan sampai ada perceraian, karena itu adalah solusi terakhir jika semua solusi yang ada tidak bisa menyelesaikan masalah.

Ingat selalu bahwa membangun rumah tangga bukan soal cinta, tapi tanggung jawab. Cinta akan hadir seiring kebersamaan yang terjalin setiap saat.

Terima kasih sudah membaca.

Utamakan baca Al-Quran.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
betul thoer
goodnovel comment avatar
Wajem Aja
l di part sebelumnya namanya gagah langit rahagi knp jd langit gagah perkasa ??......
goodnovel comment avatar
Dahlia
ini si isteri di buat janda,tp menikahi janda.egois
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status